Polisi Tembak Polisi
Misteri Jet Pribadi Hendra Kurniawan, Bawahan Ferdy Sambo Sewa Rp 300 Juta dari Uang Sendiri?
Hendra Kurniawan mengaku merogoh kocek hingga Rp 300 juta untuk menyewa pesawat pribadi untuk temui keluarga Brigadir J.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Terungkap asal muasal pesawat jet pribadi yang digunakan Brigjen Hendra Kurniawan untuk berangkat ke Jambi.
Dilansir TribunWow.com, bawahan eks Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo itu mengaku membayar sendiri sewa pesawat tersebut.
Padahal, harga sewa pesawat private jet tersebut mencapai harga hingga ratusan juta rupiah.
Baca juga: Sebut Gaya Ferdy Sambo Tembak Brigadir J serupa Teroris, Kamaruddin Simanjuntak: Itu Cara Pengecut
Sebagaimana diketahui, Hendra bersama rombongan diutus Ferdy Sambo untuk mendatangi rumah keluarga korban Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.
Mereka menggunakan private jet bernomor T7-JAB yang diregistrasi di San Marino, dan kini diklaim telah berada di Eropa.
Sebelumnya, sempat tersiar kabar bahwa private jet tersebut merupakan bentuk gratifikasi dari mafia judi online.
Adapun menurut IPW, pemilik private jet tersebut adalah pengusaha Robert Bono Susatya (RBT) yang diduga terlibat Konsorsium 303 (judi online).
Namun hal ini dibantah secara tegas oleh pengacara Hendra, Henry Yosodiningrat.
Hendra rupanya menyewa pesawat tersebut dan membayarnya dengan uang pribadi hasil dari menyelenggarakan turnamen di Pluit, Jakarta Utara.
"Jet pribadi dia katakan dia nyewa ke perusahaan profesional dan dia bayar," tegas Henry dikutip kanal YouTube KOMPASTV, Selasa (18/10/2022).
"Dari mana uangnya itu, dia beberapa hari sebelumnya dia pernah ada cash beberapa ratus juta karena dia menyelenggarakan turnamen mancing di Pluit."

Baca juga: Copot Masker dan Tatap Tajam Hakim, Bharada E Tampil Berbeda dari PC dan Ferdy Sambo saat Sidang
Uang tersebut, kata Henry, belum diganti oleh Ferdy Sambo yang memerintahkan Hendra untuk berangkat ke Jambi.
"'Nah sampai sekarang uang saya itu belum diganti', katanya, dia tunjukin dengan saya bukti dia narik uang itu," ungkap Henry.
"Ya diganti oleh Si Sambo dong. Dia (Hendra) sebagai Karopaminal diperintahkan oleh Kadiv Propam untuk berangkat dengan pesawat, dia ambil pesawat dululah."
Hendry menegaskan bahwa kliennya hanya memenuhi perintah atasannya yang saat itu menjabat sebagai Kadiv Propam Polri.
Ia juga membantah adanya keterkaitan antara Hendra dengan para mafia judi online yang diisukan.
"Yang jelas dalam kasus ini atas perintah dari Kadiv Propam dia laksanakan kemudian dia cari insiatif sendiri dengan cari perusahaan yang memang profesional," beber Henry.
"Enggak ada kaitannya dengan yang diisukan konsorsium dan sebagainya, boleh ditelusuri."
Ditanya tentang ongkos sewa pesawat, Henry menjawab bahwa kliennya mengeluarkan dana Rp 300 juta untuk pulang-pergi Jakarta-Jambi.
"Total hampir Rp 300 juta pulang-perginya," tandasnya.
Baca juga: Bukan Ferdy Sambo, Putri Candrawathi Justru Pelaku Utama? Pengacara Brigadir J: Perannya Jelas
Lihat tayangan selengkapnya dari menit pertama:
Ibu Brigadir J Debat Lawan Rombongan Brigjen Hendra
Sejak awal anaknya tewas terbunuh, ibu dari Brigadir J yakni Rosti Simanjuntak mengakui sudah merasakan ada yang aneh.
Rosti bercerita, dirinya sempat berdebat soal tewasnya Brigadir J hingga CCTV melawan rombongan eks Karopaminal Divisi Propam Polri, Brigjen Pol Hendra Kurniawan yang kala itu datang ke Jambi.
Dikutip TribunWow, pengakuan ini diceritakan Rosti dalam acara Rosi Kompastv, Kamis (29/9/2022).
Baca juga: Kuasa Hukum Brigadir J Soroti Pernyataan Eks Jubir KPK yang Jadi Pengacara PC: Waktu akan Buktikan
"Ini kronologinya sebenarnya adalah aib, gitu ngomongnya," ungkap Rosti menirukan perkataan rombongan Brigjen Hendra pada 11 Juli 2022 lalu.
Kala itu para aparat yang mendatangi rumah Rosti menceritakan kronologi kasus pembunuhan Brigadir J versi skenario di mana terjadi baku tembak antara Yosua dan Bharada E.
Samuel Hutabarat selaku ayah dari Brigadir J langsung menaruh curiga karena tembakkan dari Brigadir J tidak ada yang mengenai Bharada E.
Begitupula Rosti mengaku langsung marah ketika kronologi tewasnya Brigadir J disebut sebagai aib oleh rombongan Brigjen Hendra.
"Di saat dia menyebut aib, di dalam tubuh yang tidak berdaya, saya sedang syok dan lemah, seakan-akan saya diberikan Tuhan sesuatu kekuatan untuk menentang mereka," ungkap Rosti.
Rosti sempat menegur para polisi yang saat itu mendatangi rumahnya.
Ia menegaskan Brigadir J tidak akan melakukan hal amoral.
"Apa kata kamu, anakku melakukan aib kamu bilang, saya yang melahirkan anak ku, saya yang besarkan anak ku, saya yang mendidik anak ku, jadi saya tahu karakter anak ku," kata Rosti menirukan perkataannya saat itu.
Setelah itu Samuel meminta ditunjukkan bukti CCTV yang menurutnya pasti ada di rumah seorang jenderal Polri.
Kala itu rombongan Brigjen Hendra berdalih tidak ada CCTV yang menyorot ruangan utama menuju kamar PC.

Baca juga: Dicurhati FS hingga Alasan Bela PC, Ini Fakta Febri Diansyah Jadi Lawyer Tersangka Kasus Brigadir J
Rosti kemudian menceritakan bahwa di sekolah di tempatnya mengajar yang bukan Ibu Kota memiliki CCTV yang lengkap.
Menurut penjelasan Rosti, setelah membahas soal CCTV, rombongan Brigjen Hendra meminta jangan dipojokkan.
"Saya jawab memojokkan apa? Kalau kalian bicara kami dengar, kalau kami bicara kalian bilang pojokkan (memojokkan)," ujar Rosti.
"Kalau gitu diam keluar semua."
Rosti bercerita, rombongan Brigjen Hendra yang ada di rumahnya akhirnya keluar satu per satu.
Selanjutnya pada malam hari Rosti menceritakan dirinya dan keluarganya menjadi korban peretasan.
Dikutip TribunWow.com dari TribunJambi.com, sebelumnya sempat beredar sebuah video menampilkan momen saat Brigjen Hendra beserta rombongannya mendatangi rumah duka.
Dalam video itu tampak ada sekira tujuh anggota polisi berjaga di pintu ruangan.
Terekam para polisi yang berada di rumah duka tidak mencopot sepatu mereka saat masuk ke kediaman orangtua Brigadir J.
Baca juga: Putri Candrawathi Didesak untuk Ditahan, Kuasa Hukum Brigadir J Sebut Alasan Kemanusiaan Tak Relevan
Karpet yang digunakan sebagai alas duduk oleh para penghuni rumah tampak jelas terinjak oleh para anggota polisi yang mengenakan sepatu.
Terdengar juga suara ibu-ibu memprotes kehadiran Brigjen Hendra beserta rombongannya.
Diketahui polisi yang datang tidak hanya ada di dalam ruangan tapi juga ada yang berjaga di luar rumah.
"Gak kek gitu juga caranya kalau masuk ke rumah orang," ucap perempuan di dalam video.
Sebagai informasi, kehadiran Brigjen Hendra saat itu untuk memberikan penjelasan kepada keluarga terkait penyebab tewasnya Brigadir J.
Menurut penjelasan TribunJambi.com sudah menjadi tradisi masyarakat bahwa orang yang mau bertamu harus izin terlebih dahulu kepada tuan rumah lalu melepas alas kaki. (TribunWow.com/Via/Anung)