Tragedi Arema Vs Persebaya
2 Putrinya Tewas di Tragedi Kanjuruhan, Ayah di Malang Ungkap Obrolan Terakhir: Saya Marah, Teriak
Seorang ayah menceritakan momen-momen terakhir berkomunikasi dengan kedua anaknya sebelum mereka tewas karena kerusuhan di Stadion Kanjuruhan.
Editor: Rekarinta Vintoko
Kemudian Devi melanjutkan pekerjannya untuk mengantarkan tebu dari Situbondo ke Malang.
Di perjalanan, dia merasa gelisah, ”seperti ada orang di mobil, tapi tidak ada”. Dia tiba di rumahnya sekitar pukul 11 malam.
Saat itu, seorang teman dari komunitas pendukung Aremania “Curvanord”, meneleponnya.
Teman itu mengatakan, Natasha telah meninggal dunia dan berada di Rumah Sakit Wava Husada Malang.
Lalu Devi mengajak kedua orang tuanya dan kakaknya ke RS.
“Hancur [saya melihat kondisi anak]. Natasha tergeletak. Saya pukul semua, saya tidak percaya anak saya meninggal dunia. Saya peluk lagi, berontak lagi,” katanya.
Lalu Devi menelepon ponsel milik anaknya, Naila, dan mantan istrinya, Gebi, sekitar pukul 01:30-an.
Namun tidak ada jawaban.
Ternyata Gebi dan Naila juga tewas dalam tragedi Stadion Kanjuruhan.
Mereka berada di RS yang sama.
“Kakak saya lalu cari-cari lagi dan melihat mamanya [Gabi], dan Naila di barisan jenazah, tiga saf, yang sama,” kata Devi.
“Melihat itu, saya tidak percaya, saya marah. Saya teriak, ‘anakku mati loro’ [dua anakku meninggal] dan kemudian saya pingsan, ” ceritanya.
Baca juga: Kapolri Umumkan Oknum Polisi Penembak Gas Air Mata di Stadion Kanjuruhan, 20 Orang Terancam Disanksi
Setelah beberapa hari terlewati, Devi mengatakan, semangat hidupnya telah hancur dan perjuangannya untuk kedua putri yang disayangi menjadi sia-sia.
“Ini akibat gas beracun, bukan gas air mata. Kalau gas air mata mungkin cuma efek pedih gatal. Tapi anak saya keluar racun, busa, dan gosong.”
“Saya mohon dihukum seberat-beratnya pihak keamanan yang menembakkan gas air mata ke tribun. Itu saja”.