Konflik Rusia Vs Ukraina
Rusia Klaim Menangkan Pemilu di Wilayah Jajahan, Sebut Penduduk Ingin Lepas dari Ukraina
Empat wilayah Ukraina diklaim ingin melepaskan diri dan bergabung dengan Rusia setelah diadakan referendum palsu.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Pejabat Rusia di wilayah pendudukan Ukraina melaporkan mayoritas besar mendukung daerahnya menjadi bagian dari Rusia.
Dilansir TribunWow.com, hal ini diklaim setelah dilakukan lima hari pemungutan suara dalam apa yang disebut referendum yang dikecam oleh Kyiv dan Barat sebagai palsu.
Pemungutan suara yang diatur dengan tergesa-gesa berlangsung di empat wilayah yakni Donetsk, Luhansk, Zaporizhia dan Kherson, yang membentuk sekitar 15 persen wilayah Ukraina.
Baca juga: Penampakan Antrean Warga Keluar Rusia sampai 16 Km, Hindari Perintah Wajib Militer Putin ke Ukraina
Pada Selasa malam, pejabat pemilihan yang dibentuk Rusia mengumumkan bahwa 93 persen surat suara yang diberikan di wilayah Zaporizhia mendukung aneksasi.
Demikian juga 87 persen surat suara di wilayah Kherson selatan dan 98 persen di Luhansk.
Hasil dari wilayah Donetsk diharapkan akan menyusul pada hari berikutnya.
Dilaporkan Al Jazeera, Selasa (27/9/2022), dalam wilayah pendudukan, pejabat yang ditempatkan Rusia mengambil kotak suara dari rumah ke rumah.
Ukraina dan Barat mengatakan hal ini sebagai pemaksaan tidak sah untuk menciptakan dalih hukum bagi Rusia untuk mencaplok empat wilayah.
Pasalnya, Presiden Rusia Vladimir Putin kemudian dapat menggambarkan setiap upaya Ukraina untuk merebut kembali mereka sebagai serangan terhadap Rusia sendiri.
Dia mengatakan pekan lalu bahwa dia bersedia menggunakan senjata nuklir untuk mempertahankan "integritas teritorial" Rusia.

Baca juga: Antisipasi Fitnah Rusia, Zelensky Kerahkan Intelijen Ukraina Targetkan Rusia di PLTN Zaporzhzhia
Pengungsi dari empat wilayah dapat memberikan suara di Rusia, di mana kantor berita negara RIA mengatakan penghitungan awal menunjukkan jumlah lebih dari 96 persen yang mendukung berada di bawah kekuasaan Moskow.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berbicara kepada Dewan Keamanan PBB dalam pidato virtual pada hari Selasa tak lama setelah ada kabar bahwa para pejabat pro-Moskow mengatakan bahwa penduduk di wilayah Zaporizhia memilih untuk bergabung dengan Rusia.
"Di depan mata seluruh dunia, Rusia melakukan apa yang disebut referendum palsu di wilayah pendudukan Ukraina," kata Zelensky.
"Orang-orang dipaksa untuk mengisi beberapa dokumen sambil diancam oleh senapan mesin."
Zelensky mengatakan pencaplokan wilayah bisa berarti mengakhiri negosiasi antara Ukraina dan Rusia.
Dia memohon badan dunia untuk mengatasi situasi dan menekan Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Aneksasi adalah jenis langkah yang menempatkan dia sendirian melawan seluruh umat manusia. Sinyal yang begitu jelas sekarang dibutuhkan dari setiap negara di dunia. Saya percaya pada kemampuan Anda untuk bertindak," tegas Zelensky.
Baca juga: Incar Jembatan, Ini Cara Ukraina Rebut Kembali Wilayah Kherson yang Dikuasai Pasukan Militer Rusia
Rusia Rencanakan Referendum Palsu
Warga Ukraina di Balakliia, Kharkiv, menggambarkan bagaimana Rusia telah merencanakan referendum palsu untuk mencaplok wilayah Kyiv.
Dilansir TribunWow.com, penduduk di wilayah yang baru dibebaskan tersebut mengaku sempat diiming-imingi untuk memberikan data pribadinya.
Data tersebut nantinya akan ditukar dengan obat-obatan dan kebutuhan pokoh kainnya.
Baca juga: Datangi Rumah Warga Ukraina 1 per 1 Pakai Senjata Lengkap, Ini Cara Tentara Rusia Gelar Referendum
Kisah ini terungkap melalui penuturan penduduk setelah wilayahnya dibebaskan tentara Ukraina.
Penduduk yang telah menghabiskan enam bulan di bawah pendudukan Rusia mengantri untuk membeli roti, salami, dan makarel beku.
"Ketika Rusia tiba, saya kehilangan 10 kilogram. Istri saya kehilangan delapan kilogram. Hampir tidak ada yang bisa dimakan selama dua bulan pertama," ungkap seorang warga Valery dikutip dari The Guardian, Minggu (25/9/2022).
Diketahui, pasukan Rusia datang ke Balakliia pada bulan Maret, segera setelah invasi diumumkan.
Mereka mengibarkan bendera Rusia di atas gedung administrasi, dan memarkir tank mereka di halaman pabrik yang luas.
Namun, dua minggu lalu tentara Ukraina mengusir mereka dalam serangan balasan yang dramatis.

Baca juga: Leher Terjerat dan Tangan Diikat, Ini Kondisi Ratusan Mayat Izyum Diduga Warga Ukraina Korban Rusia
Penduduk di Balakliia mengatakan bahwa Rusia telah dengan hati-hati merencanakan referendum untuk beberapa waktu.
Para penduduk kota yang berjumlah 15.000 orang terpaksa bergantung pada bantuan Rusia karena keterbatasan logistik.
Bantuan kemanusiaan juga disediakan tentara Rusia, tetapi untuk menerimanya, penduduk setempat harus memberikan alamat mereka, dan menyerahkan paspor dan nomor identifikasi Ukraina mereka.
"Mereka memfotokopi semuanya. Itu adalah tipuan untuk mendapatkan data pribadi anda," jelas Valery.
"Sebagai imbalannya, Anda mendapat sebungkus spageti dan beberapa daging sapi kalengan."
Dengan demikian, agen mata-mata FSB Rusia dapat mengumpulkan data warga dengan akurat, yang kemudian dapat digunakan untuk manipulasi pemilu, atau untuk tujuan lain.
"Rusia memiliki banyak pengalaman sejak Stalin memalsukan hasil pemilunya," kata Valery.
"Putin tahu dia adalah penjahat perang dan berusaha mempertahankan tahtanya. Itu sebabnya dia melakukan mobilisasi. Dia tidak percaya Ukraina adalah sebuah negara dan dia ingin 'menghapus bangsa' kita."
"Saya berharap terjadi kudeta. Dia perlu diadili oleh Tuhan dan manusia. Ada tempat khusus di neraka untuknya," tandasnya.(TribunWow.com/Via)