Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Geger Pria Rusia Tembak Petugas Wajib Militer Perang Ukraina, Buat Warga Berhamburan saat Teriak Ini

Rekaman menunjukkan peristiwa penembakan oleh seorang warga lokal Rusia terhadap petugas wajib militer untuk perang Ukraina.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
Instagram @voaindonesia
Kolase rekaman penembakan yang dilakukan warga lokal terhadap petugas wajib militer Rusia di kota Ust-Ilimsk, Irkutsk, Siberia, Senin (27/9/2022). 

TRIBUNWOW.COM - Seorang petugas militer Siberia, bagian negara yang dikuasai Rusia, telah ditembak dan terluka parah selama menangani wajib militer untuk dikirim ke Ukraina.

Dilansir TribunWow.com, otoritas regional Rusia mengatakan peristiwa ini terjadi pada Senin (26/9/2022) di di kota Ust-Ilimsk, Irkutsk.

Hingga saat ini, protes melawan ketentuan wajib militer terus terjadi hingga mendorong Rusia untuk mengakui adanya kesalahan dalam proses tersebut.

Baca juga: 5 Bulan Disiksa dan Hampir Dieksekusi Rusia, Warga Inggris yang Bela Ukraina Ungkap Peran Abramovich

Rekaman mengerikan dari kantor perekrutan militer wilayah Irkutsk menunjukkan seorang pria berseragam menembak seorang pria lain secara langsung.

Dalam video yang juga dibagikan Instagram @voaindonesia, Selasa (27/9/2022) tersebut, tampak para hadirin berhamburan dari aula pertemuan.

Sang perekam yang awalnya ingin menunjukkan kondisi di tempat pengumpulan wajib militer tersebut ikut berteriak panik dan berlari keluar.

Dikutip The Moscow Times, Senin (26/9/2022), penembakan itu menandai salah satu contoh paling dramatis dari kemarahan publik atas wajib militer yang dicanangkan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memenuhi kuota 300 ribu tentara cadangan guna bertempur di Ukraina.

Igor Kobzev, gubernur wilayah Irkutsk, 5.000 kilometer timur Moskow, mengatakan kepala perwira Alexander Yeliseyev terluka parah dan sekarang berjuang untuk hidupnya sebagai akibat dari penembakan itu.

Kini penembak tersebut ditahan di kantor perekrutan di kota Ust-Ilim, Irkutsk.

Rekaman video menampilkan pasukan militer Rusia merekrut warga untuk mengikuti wajib militer terkait konflik di Ukraina.
Rekaman video menampilkan pasukan militer Rusia merekrut warga untuk mengikuti wajib militer terkait konflik di Ukraina. (YouTube The Telegraph)

Baca juga: Melawan Putin, Kadyrov Tolak Wajib Militer Rusia, Klaim Telah Banyak Kirim Tentaranya ke Ukraina

Media lokal yang memiliki hubungan dekat dengan dinas keamanan Rusia mengidentifikasi penembak sebagai warga lokal Ruslan Zinin, yang berusia 25 tahun.

Ibu Zinin, Marina Zinina, mengatakan kepada situs berita independen Astra bahwa Zinin sangat kecewa karena temannya yang tidak memiliki pengalaman militer menerima panggilan wajib militer.

Padahal, pihak berwenang sebelumnya berjanji untuk hanya merekrut tentara cadangan yang berpengalaman tempur.

"Ruslan sendiri tidak menerima panggilan, tapi sahabatnya menerimanya kemarin," kata Zinina.

Seorang saksi mata yang berbicara dengan saluran Telegram Bratchane, yang berbasis di Irkutsk, memberikan keterangan.

Ia melihat penembak menerobos masuk ke aula pertemuan dengan senapan dan berteriak 'Tidak ada yang pergi ke mana pun' sebelum mengamuk.

Otoritas investigasi mengategorikan insiden ini sebagai kasus kriminal ke dalam upaya pembunuhan terhadap petugas penegak hukum dan perolehan senjata secara ilegal.

Sebagai informasi, sejak Putin membuat pengumuman mengejutkan pada Rabu, setidaknya 20 kantor perekrutan dibakar di 11 zona waktu Rusia.

Ribuan orang Rusia juga turun ke jalan sebagai bentuk protes.

Republik Dagestan di Kaukasus Utara, wilayah dengan jumlah tentara tertinggi yang diketahui tewas dalam perang Ukraina, menjadi titik pusat protes anti-wajib militer selama akhir pekan dengan lebih dari 100 dilaporkan ditahan.

Juga pada Senin pagi, seorang pria di kota barat Ryazan membakar dirinya sendiri di sebuah stasiun bus sambil mengatakan dia tidak ingin ambil bagian dalam perang di Ukraina.

Kremlin mengakui bahwa kesalahan telah dibuat selama mobilisasi pasukan cadangan untuk aksi militer di Ukraina dan mengatakan tidak ada keputusan yang diambil untuk menutup perbatasan Rusia.

"Memang, ada kasus ketika dekrit (mobilisasi wajib militer) dilanggar. Di beberapa daerah, gubernur secara aktif bekerja untuk memperbaiki situasi," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan.

"Contoh ketidakpatuhan (dengan keputusan) menurun. Kami berharap ini akan mempercepat dan semua kesalahan akan diperbaiki."

Baca juga: Penduduk Wilayah Mayoritas Muslim di Rusia Protes Putin Ogah Dipaksa Perang ke Ukraina

Warga Dipanggil Tengah Malam dan Langsung Dikirim ke Ukraina

Pemerintah Rusia telah mengumumkan diberlakukannya wajib militer untuk membantu tentaranya yang kesulitan di Ukraina.

Dilansir TribunWow.com, pengumuman tersebut disampaikan Presiden Rusia Vladimir Putin dan mulai berlaku sejak Rabu (21/9/2022).

Sehari setelah pengumuman, sejumlah pria mendapatkan panggilan tersebut dan terpaksa bersedia dikirim ke medan perang.

Baca juga: Sempat Divonis Hukuman Mati, Warga Inggris yang Viral Bela Ukraina di Mariupol Kini Dibebaskan Rusia

Seperti dilaporkan The Guardian, panggilan wajib militer tersebut dikirim ke pria Rusia yang memenuhi syarat pada tengah malam.

Para pria diberi waktu satu jam untuk mengemasi barang-barang mereka dan muncul di pusat-pusat wajib militer.

Sementara para wanita menangis saat mereka mengirim suami dan putranya untuk bertempur dalam perang Rusia di Ukraina.

Hari pertama mobilisasi pertama Rusia sejak perang dunia kedua menghasilkan pertikaian emosional di pusat-pusat wajib militer dan bahkan tanda-tanda protes.

Seorang wanita di sebuah desa kecil di wilayah Zakamensky di Buryatia, di Siberia timur, mengatakan bahwa dia pertama kali merasa ada yang tidak beres ketika anjing-anjing mulai menggonggong sekitar tengah malam.

Dalam sebuah komunitas yang terdiri dari 450 orang itu, kepala desa berjalan dari rumah ke rumah, berusaha membagikan lebih dari 20 draft pemberitahuan.

Saat para pria berkumpul sebelum berangkat keesokan paginya, beberapa orang minum vodka, sementara yang lain berpelukan dan saling berdoa untuk tetap selamat.

Para wanita menangis dan membuat tanda salib di atas minibus kecil yang membawa mereka pergi.

"Ini bukan mobilisasi parsial, ini mobilisasi 100 persen,” kata Alexandra Garmazhapova, aktivis sekaligus presiden Yayasan Free Buryatia.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan akan memobilisasi sebagian penduduk Rusia untuk membantu tentara di medan perang Ukraina, Rabu (21/9/2022).
Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan akan memobilisasi sebagian penduduk Rusia untuk membantu tentara di medan perang Ukraina, Rabu (21/9/2022). (Tangkapan Video The Guardian)

Baca juga: Kalah dari Ukraina, Putin Umumkan Wajib Militer Parsial, akan Kirim Warga Rusia ke Medan Perang

Pada hari terakhir, dia dan rekan-rekannya telah menerima dan mengidentifikasi lebih dari 3.000 laporan povestka, atau draft makalah panggilan wajib militer, yang dikirimkan ke Buryatia hanya dalam waktu 24 jam setelah Putin mengumumkan wajib militer.

Meskipun Rusia menjamin yang dikirim adalah orang-orang yang memiliki pengalaman tempur, namun para aktivis menunjuk sejumlah kasus pria berusia 50-an yang menerima wajib militer.

Seorang wanita mengatakan kerabatnya yang berusia 52 tahun telah dikirimi povestka sesaat sebelum presiden mengumumkan rancangan tersebut pada hari sebelumnya.

Yanina Nimayeva, seorang jurnalis dari Ulan-Ude di Buryatia, mengeluh bahwa suaminya yang berusia 38 tahun telah menerima wajib militer meskipun tidak pernah bertugas di ketentaraan.

"‘Bukankah kamu punya lima anak?’ tanya mereka. Suami saya tertawa dan berkata 'ya, lima anak'. 'Yah, oke, tunggu draft makalahmu'," tutur Nimayeva.

Dalam sebuah video yang ditujukan kepada gubernur regional, ia juga menyebut adanya kuota dari pemerintah terkait jumlah orang dari wilayahnya.

"Saya mengerti bahwa kami memiliki kuota. Republik kita perlu mengumpulkan 4.000 tentara,” kata Nimayeva.

"Tetapi beberapa parameter dan prinsip dari mobilisasi parsial ini harus diperhatikan."

Selama wawancara yang disiarkan televisi pada hari Rabu, Menteri Pertahanan Rusia, Sergey Shoigu mengatakan Rusia akan menargetkan 300.000 wajib militer, terutama mereka yang memiliki pengalaman militer baru-baru ini.

Tetapi jumlah kuota wajib militer yang sebenarnya, yang ditandatangani oleh Putin, hingga kini masih dirahasiakan.

Beberapa orang berpikir jumlah orang yang dipanggil wajib militer itu bisa jauh lebih tinggi.

Surat kabar independen Rusia Novaya Gazeta Europe melaporkan bahwa sebuah sumber di pemerintahan kepresidenan mengatakan Rusia berusaha untuk merekrut lebih dari 1 juta orang menjadi tentara.

Namun laporan itu belum dikonfirmasi oleh outlet berita lain.

Tetapi bukti video dan laporan dari seluruh Rusia telah menunjukkan pemanggilan besar-besaran terjadi bahkan di kota-kota kecil, menunjukkan bahwa jumlahnya bisa jauh lebih tinggi.

Banyak masyarakat di republik etnis minoritas Rusia, merasa bahwa negara itu secara tidak proporsional mengandalkan etnis minoritas untuk menyediakan kekuatan tempur utamanya di Ukraina.

Daerah-daerah itu juga menderita jumlah kematian dan korban perang yang lebih banyak dibandingkan wilayah lain.(TribunWow.com/Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaRusiaUkrainaVolodymyr ZelenskyVladimir Putin
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved