Konflik Rusia Vs Ukraina
Geger Pria Rusia Tembak Petugas Wajib Militer Perang Ukraina, Buat Warga Berhamburan saat Teriak Ini
Rekaman menunjukkan peristiwa penembakan oleh seorang warga lokal Rusia terhadap petugas wajib militer untuk perang Ukraina.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
Para pria diberi waktu satu jam untuk mengemasi barang-barang mereka dan muncul di pusat-pusat wajib militer.
Sementara para wanita menangis saat mereka mengirim suami dan putranya untuk bertempur dalam perang Rusia di Ukraina.
Hari pertama mobilisasi pertama Rusia sejak perang dunia kedua menghasilkan pertikaian emosional di pusat-pusat wajib militer dan bahkan tanda-tanda protes.
Seorang wanita di sebuah desa kecil di wilayah Zakamensky di Buryatia, di Siberia timur, mengatakan bahwa dia pertama kali merasa ada yang tidak beres ketika anjing-anjing mulai menggonggong sekitar tengah malam.
Dalam sebuah komunitas yang terdiri dari 450 orang itu, kepala desa berjalan dari rumah ke rumah, berusaha membagikan lebih dari 20 draft pemberitahuan.
Saat para pria berkumpul sebelum berangkat keesokan paginya, beberapa orang minum vodka, sementara yang lain berpelukan dan saling berdoa untuk tetap selamat.
Para wanita menangis dan membuat tanda salib di atas minibus kecil yang membawa mereka pergi.
"Ini bukan mobilisasi parsial, ini mobilisasi 100 persen,” kata Alexandra Garmazhapova, aktivis sekaligus presiden Yayasan Free Buryatia.

Baca juga: Kalah dari Ukraina, Putin Umumkan Wajib Militer Parsial, akan Kirim Warga Rusia ke Medan Perang
Pada hari terakhir, dia dan rekan-rekannya telah menerima dan mengidentifikasi lebih dari 3.000 laporan povestka, atau draft makalah panggilan wajib militer, yang dikirimkan ke Buryatia hanya dalam waktu 24 jam setelah Putin mengumumkan wajib militer.
Meskipun Rusia menjamin yang dikirim adalah orang-orang yang memiliki pengalaman tempur, namun para aktivis menunjuk sejumlah kasus pria berusia 50-an yang menerima wajib militer.
Seorang wanita mengatakan kerabatnya yang berusia 52 tahun telah dikirimi povestka sesaat sebelum presiden mengumumkan rancangan tersebut pada hari sebelumnya.
Yanina Nimayeva, seorang jurnalis dari Ulan-Ude di Buryatia, mengeluh bahwa suaminya yang berusia 38 tahun telah menerima wajib militer meskipun tidak pernah bertugas di ketentaraan.
"‘Bukankah kamu punya lima anak?’ tanya mereka. Suami saya tertawa dan berkata 'ya, lima anak'. 'Yah, oke, tunggu draft makalahmu'," tutur Nimayeva.
Dalam sebuah video yang ditujukan kepada gubernur regional, ia juga menyebut adanya kuota dari pemerintah terkait jumlah orang dari wilayahnya.