Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Menhan Putin Tuduh AS Ganggu Keamanan Regional Asia Tenggara, Manfaatkan Konflik Rusia dan Ukraina?

Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu menuding AS sedang berupaya mengganggu keamanan di Asia Tenggara.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Alexei Nikolsky/ AP
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu (depan), mendengarkan pidato Presiden Rusia Vladimir Putin saat pertemuan mereka di Moskow, Minggu (27/2/2022). Terbaru, Shoigu menuding AS berusaha mengganggu kestabilan keamanan Asia Tenggara, Rabu (24/8/2022). 

TRIBUNWOW.COM - Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu menuding AS memiliki agenda tersendiri di Asia Tenggara.

Dilansir TribunWow.com, orang kepercayaan Presiden Rusia Vladimir Putin tersebut mengatakan AS berusaha membongkar arsitektur keamanan yang sudah mapan di Asia Tenggara.

AS diduga memanfaatkan keadaan lantaran hal ini dilakukan di tengah terjadinya konflik Rusia dan Ukraina yang berdampak di sejumlah aspek.

Baca juga: Ukraina Klaim 300 Anak Disekap di Rusia, Pasukan Putin Dituding Organisir Adopsi Ilegal

Menurut Shoigu, upaya tersebut dilakukan AS untuk memastikan hegemoni globalnya.

Adapun pernyataan ini diungkap Shoigu pada pertemuan militer SCO pada hari Rabu (24/8/2022).

"Adapun di sisi selatan organisasi kami, Asia Tenggara, kami juga menyaksikan serangkaian kontradiksi transnasional yang kompleks." ucap Shoigu dikutip media Rusia TASS.

"Titik panas ketegangan sedang dibentuk dengan skenario perkembangan yang sulit diprediksi. Untuk memastikan hegemoni globalnya, Washington berusaha memecah arsitektur keamanan regional," tandas pejabat tinggi militer Rusia itu.

Untuk itu, kata dia, sedang dibentuk blok-blok politik-militer seperti QUAD dan AUKUS.

"Negara-negara di kawasan itu ditarik ke dalam kerja sama dengan NATO. Mengikuti Eropa, sebuah front sedang disatukan untuk menahan China," beber Shoigu.

"Apa yang disebut masalah Taiwan sengaja diperburuk, dan sengketa teritorial di Laut China Selatan dan Laut China Timur sedang dicetuskan."

"Keamanan di kawasan ini hanya dapat dipastikan dengan upaya bersama dengan tetap memperhatikan kepentingan semua negara dengan peran sentral ASEAN dan mekanisme interaksi multilateral lainnya".

Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden Tiongkok Xi Jinping berpose selama pertemuan mereka di Beijing, pada 4 Februari 2022. Terbaru, pemerintah China menjawab isu dimintai Rusia bantuan untuk mengirim kebutuhan militer.
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden Tiongkok Xi Jinping berpose selama pertemuan mereka di Beijing, pada 4 Februari 2022. Terbaru, pemerintah China menjawab isu dimintai Rusia bantuan untuk mengirim kebutuhan militer. (AFP/Alexei Druzhinin/Sputnik)

Baca juga: VIDEO - Buntut Kunjungan Senator AS, 9 Pesawat Tempur China Bermanuver di Taiwan

Sebelumnya, Duta Besar China untuk Rusia, Zhang Hanhui, menuding pemerintah Amerika Serikat (AS) disebut ingin membuat Rusia semakin lemah lewat konflik yang terjadi di Ukraina.

Dikutip TribunWow dari rt, Zhang menjabarkan bagaimana ide ekspansi NATO ke timur sebenarnya didorong oleh AS.

Zhang juga menyampaikan bagaimana AS adalah inisiator yang menyebabkan terjadinya krisis di Ukraina.

Berdasarkan penjelasan Zhang, AS terus memberikan sanksi kepada Rusia serta menyuplai senjata ke Ukraina supaya perang bisa terus berlanjut.

AS diketahui berharap dapat melemahkan Rusia lewat strategi tersebut.

Zhang juga menyinggung bagaimana AS turut ikut campur dalam masalah internal pemerintahan China lewat kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan.

Menurut Zhang aksi AS mengganggu Rusia dan China memiliki tujuan yang sama yakni menghambat perkembangan negara.

Kemudian Zhang mengungkit bagaimana AS berniat untuk mengembalikan masa-masa perang dingin.

Zhang juga mengklaim saat ini sudah terjadi perang dingin jilid 2.

Ia menilai apa yang dilakukan oleh AS telah merusak aturan internasional dan menciptakan ketidakseimbangan di dunia.

Zhang menyatakan, kunjungan Nancy Pelosi ke Taiwan tidak akan mengubah sikap China terhadap Taiwan.

Baca juga: Pakai Meme, Diplomat China Ledek Negara Eropa yang Menderita karena Musuhi Rusia di Konflik Ukraina

Pada Selasa (8/3/2022) Presiden China Xi Jinping mengadakan pertemuan secara daring bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz. Ketiga pemimpin negara itu bertemu dan membahas soal konflik antara Rusia dan Ukraina.
Pada Selasa (8/3/2022) Presiden China Xi Jinping mengadakan pertemuan secara daring bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz. Ketiga pemimpin negara itu bertemu dan membahas soal konflik antara Rusia dan Ukraina. (youtube kompastv)

Zelensky Desak China Hentikan Rusia

Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendesak Presiden China Xi Jinping untuk membantu mengakhiri perang di negaranya.

Dilansir TribunWow.com, ia meminta Beijing untuk menggunakan pengaruh politik dan ekonominya di Rusia.

Dilaporkan Al Jazeera, Kamis (4/8/2022), hal ini diungkapkan Zelensky dalam sebuah wawancara dengan media South China Morning Post (SCMP) .

Dia mengaku telah meminta untuk berbicara dengan presiden China sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai pada bulan Februari, tetapi itu belum terjadi.

"Saya ingin berbicara langsung. Saya melakukan satu percakapan dengan Xi Jinping itu setahun yang lalu," terang Zelensky melalui sambungan virtual.

"Sejak awal agresi skala besar pada 24 Februari, kami telah meminta secara resmi untuk melakukan percakapan, tetapi kami belum melakukan percakapan apa pun dengan China meskipun saya yakin itu akan membantu."

China, sekutu paling penting Rusia, belum mengutuk apa yang oleh Presiden Rusia Vladimir Putin disebut sebagai operasi militer khusus di Ukraina.

Zelensky dan Barat menyebut invasi Rusia sebagai perang, tetapi Beijing mengatakan Moskow terprovokasi untuk menyerang, termasuk karena ekspansi NATO di Eropa.

Baca juga: Rusia Klaim Putin Didukung Xi Jinping untuk Perangi Ukraina, China Keluarkan Pernyataan Berbeda

Xi Jinping sebelumnya telah menyatakan keprihatinan atas konflik di Ukraina selama pertemuan puncak pada bulan Juni, dengan mengatakan bahwa itu membunyikan alarm bagi kemanusiaan.

Namun, dia tidak memberikan indikasi bagaimana caranya untuk mengakhiri pertempuran.

Awal bulan ini, dia juga berbicara dengan Putin, dan menegaskan kembali dukungan China untuk kedaulatan dan keamanan Rusia.

Xi Jinping mengatakan semua pihak harus mendorong penyelesaian krisis Ukraina dengan cara yang bertanggung jawab dan bahwa China akan terus memainkan perannya untuk tujuan ini.

Terkait hal ini, Zelensky mengatakan kepada SCMP bahwa dia memahami bahwa China ingin mempertahankan sikap seimbang terhadap perang.

Tetapi ia menekankan bahwa konflik dimulai dengan invasi tanpa alasan Rusia ke wilayah kedaulatan Ukraina.

"Rusia adalah penjajah, ini adalah perang di wilayah kami, mereka datang untuk menyerang. China, sebagai negara besar dan kuat, bisa turun dan menempatkan federasi Rusia di tempat tertentu," sebut Zelensky.

"Tentu saja, saya sangat ingin China meninjau kembali sikapnya terhadap Federasi Rusia."

Dia juga mendesak China untuk bertindak di Dewan Keamanan PBB sebagai salah satu dari lima anggota yang memiliki hak veto, untuk mempertahankan norma-norma internasional.

"Jika kita beroperasi tanpa undang-undang, lalu mengapa kita harus memiliki Dewan Keamanan, jika ada negara atau beberapa negara di dunia, dapat memutuskan untuk melanggar aturan secara militer?" tanyanya.

China sejauh ini abstain dari pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB dan di Majelis Umum yang mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.

China malah menyerukan dialog antara pihak-pihak yang bertikai, sementara juga mengutuk bantuan militer Barat ke Ukraina dan sanksi terhadap Rusia sebagai merugikan resolusi konflik.

Zelensky mengatakan kepada SCMP bahwa dia yakin China memiliki kekuatan ekonomi untuk menekan Putin agar mengakhiri perang.

"Saya yakin, saya yakin tanpa pasar China untuk Federasi Rusia, Rusia akan merasakan isolasi ekonomi sepenuhnya,” kata Zelensky.

"Itu adalah sesuatu yang dapat dilakukan China, untuk membatasi perdagangan dengan Rusia sampai perang berakhir.”(TribunWow.com/Via/Anung)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Tags:
RusiaUkrainaAsia Tenggara
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved