Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Sekelompok Tentara Rusia Laporkan Atasannya setelah Disekap akibat Menolak Perang ke Ukraina

Sejumlah tentara Rusia menuntut atasannya karena dituding melakukan penahanan setelah mereka menolak perang ke Ukraina.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Atri Wahyu Mukti
AFP
Ilustrasi tentara Rusia. Pasukan militer Rusia saat berada di Mariupol, Ukraina. Terbaru, satu grup pasukan Rusia melaporkan atasannya akibat mengalami penahanan setelah menolak untuk berperang, Selasa (2/8/2022). 

TRIBUNWOW.COM - Sekelompok tentara Rusia menuduh komandannya telah memenjarakan mereka di Ukraina timur.

Dilansir TribunWow.com, para tentara itu ditahan karena menolak untuk ambil bagian dalam perang.

Seperti dilaporkan The Guardian, Selasa (2/8/2022), ini merupakan satu di antara kasus yang jarang dipublikasikan tentang ketegangan di dalam jajaran tentara Rusia akibat invasi.

Baca juga: Dari 150 Ribu Pasukan, Rusia Diklaim Sudah Kehilangan 75 Ribu Tentara akibat Perang Ukraina

Hal ini diungkapkan Maxim Grebenyuk, seorang pengacara yang menjalankan organisasi advokasi Ombudsman Militer yang berbasis di Moskow.

Ia mengatakan setidaknya empat tentara Rusia telah mengajukan keluhan tertulis kepada komite investigasi dan menuntut hukuman bagi atasan yang mengawasi penahanan mereka.

"Kami sudah memiliki daftar 70 tentara Rusia yang ditahan sebagai tahanan. Total ada sekitar 140 tentara yang ditahan," beber Grebenyuk yang mewakili para prajurit.

Dalam satu kesaksian tertulis yang dikirim ke jaksa Rusia pada 1 Agustus, seorang tentara menggambarkan bagaimana, dia di penjara selama lebih dari seminggu di sel yang berbeda di wilayah Luhansk yang dikuasai Rusia.

Tentara tersebut ditahan dan diperlakukan dengan tidak manusiawi setelah menolak untuk kembali ke medan perang,

"Sebagai akibat dari apa yang saya yakini sebagai kesalahan taktis dan strategis yang dibuat oleh komandan saya, dan pengabaian total mereka terhadap kehidupan manusia, saya membuat keputusan untuk tidak melanjutkan operasi militer,” kata Vladimir, seorang prajurit yang namanya telah disamarkan sesuai permintaannya.

Vladimir mengatakan dia ditahan pada 19 Juli dan ditempatkan di sebuah ruangan dengan jeruji jendela.

Dia ditahan tanpa makanan bersama 25 tentara lain dari unitnya yang juga menolak untuk berperang.

Mantan Letnan Kolonel Dinas Keamanan Ukraina (SBU), Vasily Prozorov, menunjukkan bekas penjara SBU di bandara Mariupol, Senin (20/6/2022).
Mantan Letnan Kolonel Dinas Keamanan Ukraina (SBU), Vasily Prozorov, menunjukkan bekas penjara SBU di bandara Mariupol, Senin (20/6/2022). (Capture Video RIA Novosti)

Baca juga: Rusia Penjara Komandannya Sendiri karena Kabur dari Medan Perang, Terungkap dari Sambungan Telepon

Tak lama setelah itu, Vladimir mengatakan dia dipindahkan ke kota Bryansk di Luhansk.

Kali ini dia ditahan di bekas sekolah yang telah diubah menjadi pangkalan militer, dengan sekitar 80 tentara lain dari unit berbeda, yang juga menolak untuk terus berpartisipasi dalam perang.

Dia mengatakan mereka dijaga di sana oleh anggota perusahaan militer swasta Wagner.

Wagner adalah sebuah organisasi terkenal yang dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia saat berperang bersama militer Rusia di Ukraina.

"Mereka (tentara Wagner) memberi tahu kami bahwa ranjau telah ditempatkan di luar pangkalan militer dan bahwa siapa pun yang mencoba melarikan diri akan dianggap sebagai musuh dan ditembak di tempat," tulis tentara itu.

"Kami diberi makan sekali sehari saat makan siang. Tidak ada kebersihan dasar. Sepanjang waktu, tidak ada satu dokumen pun yang diberikan yang menjelaskan penangkapan kami. Kami dipenjara secara ilegal."

Vladimir pun meminta jaksa untuk memulai penyelidikan kriminal terhadap dua kolonel Rusia dan seorang mayor yang katanya bertanggung jawab atas pemenjaraannya.

Dalam keterangannya, Vladimir mengatakan dia akhirnya berhasil meninggalkan tempat itu setelah seorang dokter militer merekomendasikan dia harus dirawat di rumah sakit karena cedera yang dideritanya sebelumnya dalam perang.

Tidak segera jelas apakah tentara Rusia lainnya masih ditahan di Luhansk.

Pemenjaraan para prajurit, yang pertama kali dilaporkan minggu lalu oleh outlet investigasi independen Insider, menambah bukti yang berkembang bahwa beberapa unit Rusia di Ukraina terus terganggu oleh moral yang rendah dan konflik internal.

Baca juga: Diduga Kekurangan Tentara, Rusia Tugaskan Perangkat Desa Rekrut Penduduk untuk Perangi Ukraina

Tentara Rusia Akui Ditipu Pemerintah

Prajurit Rusia membongkar propaganda yang diklaim dilakukan oleh negaranya sendiri.

Melemahnya daya juang pasukan Rusia juga dilaporkan terjadi di sejumlah wilayah di Ukraina.

Banyak beredar video tentara-tentara muda tersebut memilih menyerahkan diri kepada warga sipil.

Pasukan terjun payung Rusia menaiki pesawat kargo militer untuk berangkat ke Kazakhstan. Terbaru, Ukraina menawarkan pilihan damai agar tentara Rusia menyerah, Rabu (2/3/2022).
Pasukan terjun payung Rusia menaiki pesawat kargo militer untuk berangkat ke Kazakhstan. Terbaru, tentara Rusia banyak yang menyerah dan mengaku ditipu. (Kementerian Pertahanan Rusia via AFP)

Diketahui, sejumlah video amatir yang diambil penduduk Ukraina beredar di dunia maya.

Satu di antaranya adalah seorang prajurit Rusia yang menangis saat berbicara dengan ibunya lewat panggilan video.

Sementara warga sipil Ukraina menenangkan dan memberinya teh hangat dan roti.

Dilansir The Guardian, Jumat (4/3/2022), video lain memperlihatkan lima tentara Rusia duduk di sebuah bangunan bata.

Mata mereka ditutup saat tengah diinterogasi oleh warga Ukraina.

"Terus terang, mereka menipu kami," jawab perwira itu, merujuk pada atasan militernya yang duduk di Moskow.

"Semua yang diberitahukan kepada kami adalah palsu. Saya akan memberitahu orang-orang saya untuk meninggalkan wilayah Ukraina. Kami punya keluarga dan anak-anak. Saya pikir 90 persen dari kita akan setuju untuk pulang."

Memang, video berdurasi tiga menit itu difilmkan di bawah kondisi paksaan, di mana para prajurit jelas ketakutan.

Namun ada banyak wawancara serupa dengan tawanan Rusia yang telah beredar, mengungkapkan sentimen serupa.

Ungkapan lain yang sering digunakan adalah 'oni obmanuli nas', 'mereka menipu kita'.

Menurunnya daya juang pasukan ini, mungkin menjadi satu alasan mengapa rencana Putin menguasai Ukraina tampaknya tidak berkembang sesuai prediksi.

Moskow berasumsi bahwa operasi itu akan berlangsung cepat dan sukses, meski ternyata meleset.

Hal ini terbukti dari makanan dan persediaan bahan bakar yang diberikan untuk para tentara, hanya cukup untuk dua atau tiga hari.

Para tentara itu juga tampaknya disusupi gagasan yang benar-benar fantastis tentang perayaan yang akan mereka dapatkan.

Beberapa tawanan perang mengatakan mereka telah diyakinkan bahwa orang Ukraina akan menyambut mereka sebagai pembebas.

Pasukan Rusia datang dan mengharapkan bunga dan sorakan, bukan peluru dan bom, kata mereka.

"Beberapa dari mereka mengira mereka sedang latihan militer. Mereka tidak mengantisipasi perlawanan,” kata Artem Mazhulin, seorang guru bahasa Inggris berusia 31 tahun dari Kharkiv.

"Banyak prajurit (Rusia) yang wajib militer lahir pada tahun 2002 atau 2003. Kita berbicara tentang anak laki-laki berusia 19 tahun dan 20 tahun."

Ia menuturkan upaya Rusia untuk menyebarkan doktrin palsu untuk menutup fakta yang terjadi.

"Sejak 2014 pemerintah Rusia telah mencuci otak penduduknya dengan propaganda. Mereka mencoba dan membuat Rusia percaya bahwa Ukraina bukanlah negara nyata dan mengatakan bahwa monster fasis telah merebutnya," tambah Mazhulin.

Alex Kovzhun, seorang penasihat mantan perdana menteri Ukraina, Yulia Tymoshenko, mengatakan tentara Rusia dapat dibagi menjadi dua jenis.

Yakni wajib militer muda yang ketakutan setengah mati, dan tentara berpengalaman yang telah bertempur di Suriah dan Donbas.

Kovzhun mengatakan staf umum Rusia mengira invasi itu akan mudah seperti halnya operasi untuk merebut Krimea pada tahun 2014 yang tak mendapat perlawanan.

Sebaliknya, warga sipil Ukraina tak gentar berdiri di depan tank musuh, memblokir kendaraan lapis baja dengan tangan kosong dan menyanyikan lagu kebangsaan di depan penjaga Rusia.

"Mereka meneriakkan sumpah serapah di depan orang-orang bersenjata. Saya telah melihat wajah-wajah Rusia. Mereka sangat tidak nyaman karena tidak seperti yang mereka harapkan. Mereka diberi tahu bahwa orang-orang Ukraina dipenjarakan oleh Nazi,”ujar Kovzhun.(TribunWow.com/Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Tags:
TentaraRusiaPerangUkrainaVladimir PutinVolodymyr Zelensky
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved