Konflik Rusia Vs Ukraina
Incar Jembatan, Ini Cara Ukraina Rebut Kembali Wilayah Kherson yang Dikuasai Pasukan Militer Rusia
Pemerintah Ukraina telah bergerak melakukan serangan balik untuk merebut kembali wilayah Kherson yang kini dikuasai oleh Rusia.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
"China menyerukan gencatan senjata segera, dimulainya kembali perundingan damai. Seluruh pihak yang terlibat harus ikut, termasuk Rusia, AS dan aliansi NATO," kata Qin Gang.
Qin Gang meminta seluruh pihak untuk duduk bersama dan mencari jalan keluar yang disetujui bersama.
Ia turut menegaskan bahwa kedaulatan dan integritas wilayah seluruh negara harus dihormati.
Sementara itu pada Senin (18/7/2022), Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmitry Kuleba mendeklarasikan bahwa negosiasi damai dengan Rusia hanya mungkin terjadi saat Rusia kalah di medan perang.
Semenjak gagalnya perundingan damai di Turki, belum ada lagi agenda besar perundingan damai yang dilakukan oleh Rusia dan Ukraina.
Dikutip TribunWow.com dari rt.com, namun NATO justru meyakini konflik antara Rusia dan Ukraina akan berakhir lewat negosiasi.
Pernyataan ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, Sabtu (25/6/2022).

Baca juga: VIDEO Tentara Ukraina Terus Digempur Rusia, Sebut Bertahan Paling Lama Sebulan
"Kemungkinan besar, perang ini akan berakhir di meja negosiasi," kata Stoltenberg.
Stoltenberg menjelaskan, saat ini tanggung jawab NATO adalah untuk memastikan Ukraina memiliki posisi yang kuat saat melakukan perundingan dengan Rusia agar kedaulatan negara di Eropa tetap terjaga.
Menurut Stoltenberg, cara paling ampuh untuk membantu Ukraina adalah dengan mengirimkan bantuan militer, ekonomi, hingga sanksi terhadap musuh Ukraina yakni Rusia.
Saat ditanya kapan negosiasi damai akan terwujud, Stoltenberg menolak untuk berkomentar.
"Perdamaian selalu dapat dicapai jika Anda menyerah," kata dia.
"Namun Ukraina berperang demi kemerdekaannya, demi haknya untuk berdiri, demi hak untuk menjadi negara demokrasi tanpa menyerah kepada kekuatan Rusia."
"Dan Ukraina siap untuk membayar harga yang sangat tinggi untuk mengorbankan diri mereka demi nilai-nilai tersebut."
"Bukan hak kita untuk menjelaskan kepada mereka sejauh mana pengorbanan harus dilakukan," papar Stoltenberg.
Baca juga: Sempat Diunggah di Medsos, Walikota di Jerman hingga Spanyol Video Call dengan Pejabat Ukraina Palsu