Konflik Rusia Vs Ukraina
Sempat Diunggah di Medsos, Walikota di Jerman hingga Spanyol Video Call dengan Pejabat Ukraina Palsu
Menggunakan teknologi deepfake, seorang oknum berpura-pura menjadi Wali Kota Kiev, Ukraina lalu menelepon sejumlah walikota negara-negara Eropa.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Sebanyak tiga orang wali kota sejumlah negara di Eropa terkena aksi penipuan oleh seorang oknum tak dikenal.
Oknum tersebut berpura-pura sebagai Wali Kota Kiev/Kyiv, Ukraina lalu melakukan panggilan video (video call) ke Wali Kota di Jerman, Spanyol, dan Austria.
Dikutip TribunWow.com dari rt.com, sang penipu diketahui berpura-pura menirukan Wali Kota Kiev, Vitaly Klitschko.
Baca juga: Ukraina Menyerah Tak Jadi Gabung ke NATO, Penasihat Zelensky Ungkap Keinginan Terbaru sang Presiden
Wali Kota Berlin, Franziska Giffey mengakhiri obrolannya dengan oknum tersebut setelah ia menyadari ada yang aneh dari topik pembicaraan.
Giffey saat itu sudah curiga bahwa orang yang bicara dengannya bukan Wali Kota Ukraina yang asli.
Giffey menjelaskan bagaimana saat ini konflik dilakukan lewat berbagai cara termasuk metode digital.
Kecurigaan juga dirasakan oleh Wali Kota Madrid, Jose Luis Martinez-Almeida.
Sementara itu Wali Kota Vienna, Michael Ludwig mengobrol sampai habis dengan Vitaly palsu.
Tak hanya itu, Ludwig bahkan sempat memamerkan di akun sosial medianya bahwa ia baru saja berbincang dengan Wali Kota Kiev.
Aksi Ludwig kemudian diklarifikasi oleh otoritas di Vienna yang menjelaskan bahwa Ludwig baru saja menjadi korban kejahatan siber.
Kasus video call palsu ini telah dikonfirmasi oleh Duta Besar Ukraina, Andrey Melnyk.
Melnyk menyampaikan, aparat berwenang tengah melakukan investigasi tentang video deepfake yang digunakan untuk menipu para wali kota di negara-negara Eropa.
Baca juga: Ukraina Menyerah Tak Jadi Gabung ke NATO, Penasihat Zelensky Ungkap Keinginan Terbaru sang Presiden
Sebelumnya, Dinas Keamanan Ukraina (SBU) menahan agen propaganda Kremlin di Kyiv.
Agen tersebut ditugaskan untuk menyebarkan informasi palsu mengenai invasi Rusia di Ukraina.
Ia membuat beberapa media online di Ukraina dan menggunakannya untuk mendoktrin masyarakat.