Polisi Tembak Polisi
Dokter Forensik yang Pertama kali Autopsi Brigadir J Jadi Sorotan, Diduga Tidak Profesional
Dalam kasus dugaan pembunuhan berencana terhadap Brigadir J, perhatian publik kini tertuju kepada dokter forensik yang pertama kali melakukan autopsi.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Atri Wahyu Mukti
Adapun dari pihaknya, Royanto biasanya menugaskan sekitar empat orang untuk berjaga.
"Kita dua (sampai) empat orang maksimalnya, kalau pun lebih tidak masalah," terang Royanto.
"Yang jelas kita dari Pemuda Batak Bersatu, tapi kami juga mendengar informasi dari pihak Kepolisian Polsek Sungai Bahar juga bekerjasama."
Dikatakan bahwa penjagaan tersebut akan terus dilakukan hingga berlangsungnya ekshumasi yang rencananya segera digelar.
"Kita akan jaga sampai proses autopsinya berlangsung," tegas Royanto.
"Yang jelas kami mengharapkan bahwa di sinilah nanti akan terbukti, menjadi bukti paling utama penyebab kematian Brigadir Polisi Nofriansyah Yosua," pungkasnya.
3. Hasil Autopsi Bisa Dimanipulasi
Autopsi ulang atau ekshumasi pada jasad Brigpol Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J akan segera dilaksanakan.
Dilansir TribunWow.com, proses tersebut dilakukan berangkat dari keraguan keluarga Brigadir J yang menilai ada rekayasa pada hasil autopsi pertama.
Menanggapi hal ini, Novianto Adi Nugroho, pakar forensik RS UNS Surakarta, membenarkan potensi tersebut.

Baca juga: Bukti Baru CCTV Jadi Kunci Misteri Kematian Brigadir J, Rekam Pelaku di Rumah Ferdy Sambo?
Ia menerangkan bahwa hasil autopsi semata-mata merupakan penilaian dari dokter yang bergantung pada individu ahli tersebut.
Meskipun sudah disumpah, bukan tidak mungkin dokter yang melakukan pemeriksaan memiliki pendapat pribadi yang kurang objektif.
"Sebenarnya hasil autopsi itu kan dilakukan oleh dokter ya. Jadi dokter ketika memeriksa, lalu menyampaikan suatu hasil ke penyidik itu sudah disumpah," terang Novianto.
"Sudah disumpah di sini maksudnya berhubungan hati nurani bagaimana menyampaikan hal tersebut."
"Misalnya pun dimanipulasi, itu tetap pasti bisa, cuma kan hubungannya dengan hati nurani dengan kepercayaan," imbuhnya.