Konflik Rusia Vs Ukraina
Uni Eropa Kaji Rencana Penggunaan Aset Rusia yang Dibekukan untuk Membangun Kembali Ukraina
Uni Eropa pertimbangkan penggunaan aset Rusia untuk memperbaiki kerusakan di Ukraina akibat serangan pasukan Presiden Vladimir Putin.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Badan eksekutif aliansi Uni Eropa, Komisi Eropa, dilaporkan sedang mempertimbangkan untuk menggunakan aset Rusia yang dibekukan, untuk membantu membangun kembali Ukraina.
Dilansir TribunWow.com, aset yang tengah dipertimbangkan tersebut bukan hanya milik negara Presiden Rusia Vladimir Putin, namun juga termasuk kekayaan para oligarkinya.
Seperti dilaporkan Ukrinform, hal ini diungkapkan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dalam konferensi pers di Strasbourg, Perancis, pada hari Rabu, (6/7/2022).
Baca juga: Rusia Tuding Pemimpin G7 akan Gunakan Aset Negaranya yang Dibekukan untuk Bantu Ukraina
Ia mengatakan bahwa pihaknya sedang mengerjakan kerangka hukum untuk memungkinkan mereka menggunakan aset tersebut.
"Saya pikir ini masalah keadilan untuk mempertimbangkan isu ini. Kami sedang mengerjakan kerangka hukum sehingga aset Rusia dan sebagian aset oligarki dapat digunakan untuk memulihkan Ukraina," ujar Von der Leyen.
Dilansir Newsweek, meskipun Ukraina terus berjuang melawan Rusia sejak Putin melancarkan invasi pada akhir Februari, negara itu telah mengalami kerusakan yang signifikan.
Dewan Kota di Mariupol sebelumnya mengatakan perkiraan awal menunjukkan upaya rekonstruksi dapat menelan biaya $10 miliar (sekira Rp 150 triliun) untuk di kota itu saja.
Sekarang, Komisi Eropa melirik aset Rusia yang dibekukan sebagai sanksi atas invasi, untuk membayar pembangunan kembali Ukraina di masa depan, meskipun masih belum jelas pihak mana yang pada akhirnya akan menang.

Baca juga: Politikus Putin Ancam Hancurkan Setengah Eropa dengan Rudal Nuklir akibat Sanksi Global untuk Rusia
Von der Leyen menyebutkan Konferensi Pemulihan Ukraina baru-baru ini di Lugano, Swiss, yang dihadiri lebih dari 40 negara, telah berdiskusi untuk membantu mendukung pemulihan Ukraina.
Pertemuan ini dinilai berjalan dengan sukses karena mampu menggabungkan banyak inisiatif dan memfokuskannya pada penerapan prinsip-prinsip utama pemulihan Ukraina.
"Ini akan diikuti oleh konferensi besar di bawah naungan Kepresidenan G7 Jerman dan Komisi Eropa, yang bertujuan untuk menyatukan semua pakar pemulihan global terkemuka," terang Von der Leyen.
"Kami belum pernah mengalami pemulihan seperti ini sebelumnya, jadi kami membutuhkan yang paling cerdas dan terbaik di industri ini."
"Tentu saja, sistem manajemen harus diperkenalkan yang kompeten, akuntabel, dan meyakinkan untuk semua inisiatif yang akan menerima pendanaan dan menggabungkan investasi dengan reformasi untuk pemulihan Ukraina."
Seperti diberitakan, rencana pemulihan pasca perang Ukraina sudah diperkirakan lebih dari 750 miliar dolar (sekitar Rp 11,2 kuadriliun).
Pemerintah Ukraina menekankan bahwa sumber utama pemulihan Ukraina seharusnya adalah aset sitaan Rusia dan oligarkinya karena Putinlah yang memulai perang.