Konflik Rusia Vs Ukraina
Gadis 10 Tahun Tewas Mengenaskan Diserang Tentara Ukraina, Kakek Korban: Lihatlah Darah di Mana-mana
Seorang gadis berusia 10 tahun tewas terkena serangan pasukan militer Ukraina ketika tengah duduk-duduk di depan rumahnya.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Nasib nahas menimpa seorang gadis berusia 10 tahun di Donetsk, Ukraina.
Saat sedang duduk di depan rumahnya, gadis di bawah umur ini tewas terkena serangan pasukan militer Ukraina.
Dikutip TribunWow.com dari rt.com, serangan diketahui terjadi di pemukiman penduduk.
Baca juga: Rahasia Ukraina Terbongkar, Hacker Rusia Publikasikan Ribuan Identitas Agen Intelijen Kiev
Menurut keterangan kakek korban, cucunya tewas dalam kondisi jasad mengenaskan mengalami luka parah karena terkena pecahan peluru.
"Lihat di sana, ada darah di mana-mana," ucap kakek korban sembari menunjuk tempat kejadian perkara (TKP).
Tampak sepatu korban masih berada di TKP.
"Dia dan seorang bocah laki-laki, mereka baru saja berjalan-jalan," ucap ibu korban.
Ibu korban bercerita, pada saat kejadian, anak gadisnya hendak pulang ke rumah.
Tetangga korban mengaku mendengar suara keras sebelum akhirnya keluar rumah dan menemukan kaki korban dan tubuh korban berada di posisi yang berbeda.
Menurut keterangan Wali Kota Donetsk, Aleksey Kuzmin, pasukan Ukraina melakukan serangan di sejumlah titik di wilayah Republik Rakyat Donetsk pada Selasa (5/7/2022).
Menurut penjelasan Kuzmin, serangan dilakukan oleh pasukan Ukraina menggunakan peluru berukuran 155mm.
Peluru ini diketahui biasa digunakan di senjata artileri milik NATO.
Baca juga: Media Rusia Ungkap AS Picu 23 Perang di Seluruh Dunia Berkedok Kontraterosisme, Termasuk Ukraina?
Di sisi lain, pasukan militer Rusia pada Minggu (3/7/2022) telah berhasil menguasai Luhansk sepenuhnya.
Namun dapat dipastikan serangan pasukan Rusia di Ukraina belum akan berhenti.
Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, Presiden Rusia Vladimir Putin telah memberikan instruksi terbaru kepada Menteri Pertahanannya yakni Sergei Shoigu.
Memiliki tujuan untuk menguasai seluruh area Donbas, kini pasukan Rusia menyerang wilayah tetangga Luhansk yakni Donetsk.
Seorang tentara sukarelawan yang sempat berperang di Luhansk bercerita, pasukan Rusia menyerang tanpa pandang bulu, mulai dari desa hingga perkotaan semua menjadi target serangan.
"Tidak peduli siapa yang ada di sana, warga sipil Ukraina atau militer," ungkap Mark.
Mark bersama tentara Ukraina yang lain setuju untuk mundur dari Luhansk seusai kalah unggul dari pasukan militer Rusia.
Mundurnya tentara Ukraina dari Lysychansk juga telah dikonfirmasi langsung oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Dikutip TribunWow.com dari Tass.com, detail mundurnya pasukan Ukraina dari Lysychansk dijelaskan langsung oleh Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina.
Baca juga: Dihargai Rp 200 Juta, Bantuan Senjata ke Ukraina Dijual di Darknet, dari Drone hingga Anti-Tank
Dijelaskan bahwa angkatan bersenjata Ukraina dipaksa untuk mundur dari posisi mereka setelah melakukan pertempuran melawan Rusia.
Diterangkan juga bahwa pasukan militer Rusia unggul dalam artileri, serangan udara, dan sistem peluncur roket.
"Melanjutkan bertahan mempertahankan kota akan mengakibatkan konsekuensi fatal," tegas Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina.
"Untuk menyelamatkan nyawa prajurit Ukraina, diputuskan untuk pergi."
Dilansir TribunWow.com, Lysychansk merupakan kota terakhir di provinsi Luhansk yang masih dikuasai Ukraina setelah jatuhnya Severodonetsk.
Baca juga: Ungkit Sikap Putin, AS Sebut Belum Waktunya Rusia-Ukraina Lakukan Negosiasi Damai
Namun, meski Rusia kini menguasai seluruh Luhanks, Ukraina menyatakan akan kembali merebut kota tersebut.
Seperti dilaporkan DW, Minggu (3/7/2022), dalam pidato video malamnya, Zelensky bersumpah untuk memulihkan kendali atas daerah itu.
Ia merasa yakin berkat prospek persenjataan baru yang lebih baik setelah mendapat bantuan militer dari Barat.
"Jika komandan tentara kita menarik orang dari titik-titik tertentu di depan, di mana musuh memiliki keuntungan terbesar dalam kekuatan tembakan, dan ini juga berlaku untuk Lysychansk, itu hanya berarti satu hal," kata Zelensky.
"Bahwa kami akan kembali berkat taktik kami, berkat peningkatan pasokan senjata modern."
Moskow mengatakan Minggu pagi bahwa Luhansk sekarang berada di bawah kendali Rusia setelah perebutan Lysychansk.
Pasukan Rusia sekarang dapat berkonsentrasi di wilayah tetangga Donetsk, di mana Kyiv masih menguasai sebagian besar wilayah.

Baca juga: Zelensky Umumkan Serangan Dahsyat Rusia, Bocah 10 Tahun Jadi Korban hingga Lysychanks Dikuasai
Staf Umum Ukraina dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan di Facebook pada hari Minggu, mengonfirmasi bahwa pasukan Ukraina terpaksa mundur dari kota timur Lysychansk.
"Setelah pertempuran sengit untuk Lysychansk, Pasukan Pertahanan Ukraina terpaksa mundur dari posisi dan garis mereka yang diduduki," kata pernyataan itu.
"Kami melanjutkan perjuangan. Sayangnya, kemauan baja dan patriotisme tidak cukup untuk sukses, sumber daya material dan teknis diperlukan."
Rusia sebelumnya telah mengumumkan bahwa mereka telah sepenuhnya merebut wilayah Luhansk.
Perebutan wilayah itu menjadi satu dari antara beberapa tujuan utama perang Rusia.
Moskow berhasil mendesak setelah berminggu-minggu hanya mendapat kemajuan yang lambat.
Setelah ini, Rusia mengalihkan fokus medan perang ke wilayah tetangga Donetsk, di mana Kyiv masih menguasai wilayah yang cukup besar.
Baca juga: Berhasil Rebut Lysychansk, Komandan Chechnya Bongkar Strategi yang Berhasil Buat Ukraina Kocar-Kacir
Rusia Serentak Menyerang dari 9 Arah
Sebelumnya, Rusia dikabarkan memulai serangan besar-besaran dari sembilan arah di wilayah Luhanks, Ukraina.
Pejabat militer Ukraina mengatakan bahwa pertarungan sengit masih berlangsung untuk mempertahankan wilayah.
Sementara itu, kota penting Severodonetsk di Luhansk dilaporkan hampir jatuh ke tangan pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Dilansir TribunWow.com dari Reuters, Rabu (16/6/2022), tampaknya Rusia menunjukkan perkembangan signifikan dalam invasinya ke Ukraina.
Pasukan Moskow kini berada di atas angin setelah berhasil mengisolasi kota Severodonetsk di Luhanks.
Panglima militer Ukraina, Valeriy Zaluzhny, mengatakan Rusia telah memusatkan pasukan serangan utamanya di utara wilayah Luhansk.
Bahkan, pasukan tersebut kini telah berusaha menyerang secara serentak dari sembilan arah.
"Perjuangan sengit untuk wilayah Luhansk berlanjut," kata Valeriy Zaluzhny dalam sebuah pesan online, Rabu (15/6/2022).
Baca juga: Gubernur Luhansk Ungkap Alasan Ukraina Mundur dan Serahkan Severodonetsk ke Pasukan Rusia
Ia mengatakan bahwa Rusia menggunakan pesawat, granat berpeluncur roket, dan artileri.
Hal ini sejalan dengan penilaian Barat baru-baru ini bahwa Ukraina timur yang kini menjadi target utama Kremlin, dapat segera jatuh ke tangan Rusia jika dinamika saat ini berlanjut.
Saat Barat mempercepat pengiriman senjata, Kyiv telah berjanji untuk terus berperang dengan harapan bahwa pertempuran di timur akan menjauhkan Rusia dari negara lain.
Dilansir TribunWow.com dari BBC, Selasa (14/6/2022), dilaporkan sekitar 70 persen wilayah kota Severodonetsk yang juga terletak di Luhanks telah berada di bawah kendali Rusia.
Pertempuran sengit terjadi selama berminggu-minggu, di mana merebut Severodonetsk telah menjadi tujuan militer utama bagi Rusia.
Dengan mengambil Severodonetsk dan kota terdekatnya Lysychansk, Moskow akan mendapat kendali atas seluruh wilayah Luhansk, yang sebagian besar sudah dikendalikan oleh separatis yang didukung Rusia.
Melalui pernyataan di Telegram, Gubernur Provinsi Luhanks, Serhiy Haidai menuliskan bahwa ketiga jembatan menuju Severodonetsk telah hancur.
Ia menyebut penduduk yang tersisa di kota itu dipaksa untuk bertahan hidup dalam kondisi yang sangat sulit.
Pasalnya, pasukan Rusia diklaim telah menghancurkan infrastruktur gas, air dan listrik kota itu, di samping apa yang dia sebut 'masalah besar' dengan perawatan medis.
"Semua jembatan telah hancur, jadi sayangnya tidak mungkin membawa apa pun ke kota hari ini," kata Haidai dilansir Newsweek, Selasa (14/6/2022).
Presiden Ukraina Volodomyr Zelensky menggambarkan korban jiwa dalam pertempuran di kota itu sebagai kondisi yang mengerikan.
Ia mengatakan pasukan Ukraina, telah memerangi pasukan Rusia di setiap meter secara harafiah.
"Pasukan Ukraina yang tersisa di kota itu harus menyerah atau mati," kata Eduard Basurin, seorang perwakilan militer dari Republik Rakyat Donetsk yang memproklamirkan diri sendiri.
"Divisi Ukraina yang ada (di Severodonetsk) akan ada selamanya."
Seorang pejabat tinggi Rusia mengatakan tujuan Moskow adalah untuk melindungi republik rakyat Donetsk dan Luhansk yang dideklarasikan sendiri.
"Secara umum, perlindungan republik adalah tujuan utama dari operasi militer khusus," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov seperti dikutip oleh kantor berita RIA Novosti. (TribunWow.com/Anung/Via)