Konflik Rusia Vs Ukraina
Inggris Prediksi Rusia akan Banyak Andalkan Pasukan Sukarelawan untuk Perangi Ukraina
Intelijen Inggris menyampaikan beberapa minggu ke depan, Rusia akan mengandalkan pasukan cadangan yang terdiri dari sukarelawan.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
"Namun Ukraina berperang demi kemerdekaannya, demi haknya untuk berdiri, demi hak untuk menjadi negara demokrasi tanpa menyerah kepada kekuatan Rusia."
"Dan Ukraina siap untuk membayar harga yang sangat tinggi untuk mengorbankan diri mereka demi nilai-nilai tersebut."
"Bukan hak kita untuk menjelaskan kepada mereka sejauh mana pengorbanan harus dilakukan," papar Stoltenberg.
Baca juga: Sempat Diunggah di Medsos, Walikota di Jerman hingga Spanyol Video Call dengan Pejabat Ukraina Palsu
Ukraina Menyerah Tak Jadi Gabung ke NATO
Sementara itu, pemerintah Ukraina menegaskan tidak akan lagi mengejar-ngejar agar bisa diterima menjadi anggota NATO.
Selama konflik Rusia-Ukraina berjalan, pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin berkali-kali memperingatkan agar Ukraina tidak bergabung ke NATO karena dapat membahayakan kedaulatan Rusia.
Dikutip TribunWow.com dari rt.com, saat ini Ukraina dipastikan tidak akan lagi berupaya untuk bergabung dengan aliansi militer yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) tersebut.

Informasi ini disampaikan oleh penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Igor Zhovkva, Sabtu (25/6/2022).
Zhovkva menjelaskan, saat ini pemerintahan Zelensky hanya ingin mendapat pengakuan dari NATO bahwa Ukraina sangat penting untuk menjadi landasan keamanan di regional Eropa.
Volodymyr Zelensky juga ingin memastikan kemitraan antara Ukraina dan NATO.
"Anggota NATO telah menolak aspirasi kami," ujar Zhovkva.
"Kami tidak akan melakukan hal lain dalam masalah ini."
Baca juga: Rusia Tuding Pemimpin G7 akan Gunakan Aset Negaranya yang Dibekukan untuk Bantu Ukraina
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov merasa yakin bahwa NATO dan Uni Eropa (UE) sedang membangun koalisi yang pada akhirnya bisa berperang dengan Rusia.
Dilansir TribunWow.com dari Newsweek, Jumat (24/5/2022), menilai tindakan tersebut sebagai strategi yang serupa dilakukan Nazi Jerman pada Perang Dunia II.
Orang kepercayaan Presiden Rusia Vladimir Putin itu juga membahas persetujuan yang diperoleh Ukraina untuk menjadi kandidat anggota UE.