Konflik Rusia Vs Ukraina
Rusia Menolak Bergabung dalam Perjanjian Pelarangan Senjata Nuklir Internasional, Isyarat Bahaya?
Rusia menolak menandatangani perjanjian internasional PBB yang melarang penggunaan senjata nuklir.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
Perjanjian yang diadopsi di New York, AS pada 7 Juli 2017 ini telah ditandatangani oleh 86 negara dunia kecuali Rusia dan China.
Dilansir TribunWow.com dari icanw.org, Rusia tercatat memiliki 6.257 senjata nuklir berbahaya.
Situs The International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN) menuliskan bahwa Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, mengatakan pada 2019 bahwa tujuan menghilangkan senjata nuklir tidak dapat dicapai dengan metode sepihak dan agak arogan yang menjadi dasar dokumen ini (TPNW).
Putin Umumkan akan Luncurkan Rudal Nuklir di Akhir Tahun 2022
Presiden Rusia Vladimir Putin kembali menyatakan ancaman untuk menggunakan rudal balistik yang dapat memuat bom nuklir.
Bahkan, ia menyatakan rudal tersebut akan diluncurkan pada akhir tahun 2022, meski belum jelas ke mana arahnya.
Dilansir TribunWow.com dari Al Jazeera, Selasa (21/6/2022), rudal Rusia Sarmat II, yang mampu membawa hulu ledak nuklir dan menghindari radar, diuji pada April di tengah ketegangan yang meningkat.

Baca juga: Bicara ke Pimpinan Uni Afrika, Zelensky Peringatkan Dampak Invasi Rusia: Mereka Coba Memanfaatkanmu
Peluncuran itu membuat beberapa pengamat ketakutan yang sekali lagi meningkatkan prospek konfrontasi nuklir dengan Barat.
Kini, Putin mengatakan Moskow akan lebih memperkuat dan memodernisasi angkatan bersenjatanya, termasuk mengerahkan rudal balistik antarbenua (ICBM) tersebut pada akhir 2022.
Putin membuat komentar tersebut dalam pertemuan di televisi dengan lulusan akademi militer di tengah invasi berkelanjutan Rusia ke Ukraina.
"Direncanakan bahwa pada akhir tahun, kompleks pertama seperti itu akan bertugas tempur,” kata Putin kepada para wisudawan, mengacu pada ICBM yang dikembangkan Rusia yang mampu membawa 10 atau lebih hulu ledak nuklir.
Menurut Putin, pengerahan itu akan dilakukan sebagai bagian dari peningkatan militer Rusia yang lebih besar.
Ia menambahkan bahwa pasukan telah mulai menerima sistem pertahanan udara dan pertahanan rudal S-500 yang disebut tidak ada tandingannya di dunia.
Rusia telah membenahi sistem pertahanan udaranya dengan S-500, yang dapat dengan cepat dikerahkan dan dapat mencegat pesawat jarak jauh, rudal hipersonik, dan ICBM.
"Kami akan terus mengembangkan dan memperkuat angkatan bersenjata kami, dengan mempertimbangkan potensi ancaman dan risiko militer," ujar Putin.