Konflik Rusia Vs Ukraina
Protes Pemerintah Putin, Warga Rusia Tolak Penugasan Wamil yang Selamat dari Kapal Moskva ke Ukraina
Orangtua Rusia melayangkan surat berisi protes atas rencana pemerintah kembali menugaskan anak-anak mereka ke medan perang.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Pemerintah Rusia dikabarkan akan kembali mengerahkan para pelaut yang selamat dari kapal perang Moskva ke medan perang.
Dilansir TribunWow.com, rencana pemerintah Presiden Rusia Vladimir Putin tersebut kabarnya akan dilaksanakan di bulan ini.
Akibatnya, para orangtua menyerukan penolakan lantaran para pelaut tersebut ternyata hanyalah para pemuda wajib militer (wamil) yang seharusnya belum boleh ikut berperang.
Baca juga: Sebelum Moskva Tenggelam, AS Akui Berbagi Intelijen ke Ukraina soal Lokasi Kapal
Dilaporkan surat kabar independen Novaya Gazeta, Selasa (21/6/2022) orang tua para pelaut menulis sebuah surat berisi penolakan.
Bedasarkan surat tersebut, diketahui bahwa 49 pemuda wajib militer yang diselamatkan dari kapal Moskva telah ditugaskan kembali ke laut menjadi awak fregat rudal Ladny.
Mereka bisa melaut segera setelah 30 Juni meskipun ada janji untuk menahan mereka di darat.
Kutipan surat tersebut menyinggung penugasan ilegal para remaja wajib militer ke medan perang.
Pasalnya, mereka dikatakan mengalami trauma setelah mengalami sendiri insiden tenggelamnya kapal Moskva.
"Anak-anak kami, yang wajib militer, telah terlibat secara tidak sah dalam operasi militer khusus di kapal penjelajah Moskow dan menerima trauma psikologis akibat kecelakaan itu," bunyi surat tersebut.
"Kami menganggap tidak dapat diterima untuk mendaftarkan kembali mereka yang telah mengalami situasi traumatis psikologis untuk berpartisipasi dalam operasi tempur."
Surat itu dilaporkan ditujukan kepada komisaris hak asasi manusia kepresidenan Rusia, jaksa militer di Krimea, dan LSM Komite Ibu Prajurit.
Penulisnya menyatakan keprihatinan bahwa fregat rudal Ladny, yang telah digunakan oleh Armada Laut Hitam Soviet pada tahun 1981, tidak cocok untuk navigasi dan memerlukan perbaikan.
Orang tua pelaut meminta inspeksi ke dalam rumor partisipasi fregat rudal itu dalam apa yang disebut Rusia sebagai operasi militer khusus di Ukraina.

Baca juga: Potret Detik-detik Terakhir Armada Perang Moskva, Muncul Bukti 500 Awak Kapal Rusia Tewas
Sebagai informasi, penjelajah rudal berpemandu Moskva adalah kapal elit di Armada Laut Hitam Rusia yang mampu membawa rudal nuklir dengan kapasitas awak maksimum sekitar 510 pelaut.
Moskva tenggelam di Laut Hitam pada 13 April setelah dilaporkan dihantam oleh rudal Ukraina.
Rusia, yang mengatakan kapalnya tenggelam karena kebakaran yang tidak disengaja di atas kapal, telah melaporkan bahwa satu awak tewas dan 27 lainnya hilang.
Sementara, investigasi media independen menghitung bahwa korban tewas berjumlah sekitar 40 jiwa dan 100 orang lainnya terluka.
Putin awalnya membantah bahwa para pemuda wajib militer telah dikerahkan dalam aksi militer di Ukraina.
Namun ia kemudian justru mengakui kehadiran mereka di medan perang sehari kemudian.
Baca juga: Ternyata Bawa Nuklir, Benarkah Tenggelamnya Kapal Perang Moskva jadi Pukulan Berat untuk Rusia?
Kisah Mengerikan di Balik Insiden Moskva
Pasukan Rusia dilaporkan diam-diam melakukan operasi untuk mengeluarkan jenazah dari kapal penjelajah Moskva yang tenggelam.
Evakuasi tersebut dilakukan setelah banyaknya protes dari keluarga para pelaut yang menuding Presiden Rusia Vladimir Putin berbohong.
Pasalnya, sejumlah awak yang tenggelam di kapal Moskva ternyata merupakan para remaja wajib militer yang seharusnya tak ikut berperang.
Ada pula dugaan bahwa pemerintah sengaja membiarkan para awak kapal tenggelam demi menutupi fakta.

Baca juga: Ada Peran AS di Balik Serangan Ukraina ke Kapal Perang Rusia, Juga Bantu Bunuh Jenderal Rusia
Dilansir TribunWow.com dari Daily Mail, Rabu (25/5/2022), kapal kebanggaan Armada Laut Hitam Putin itu ditenggelamkan pada 14 April oleh serangan rudal Neptunus Ukraina.
Namun Rusia mengklaim kapal itu berlubang dan tenggelam saat diderek menuju pelabuhan angkatan laut Sevastopol.
Rusia masih belum mengakui jumlah korban tewas yang besar, sejauh ini hanya mengakui satu korban dari pukulan memalukan terhadap upaya perang Kremlin.
Namun intelijen militer Ukraina mengklaim Rusia melakukan operasi penyelamatan selama dua minggu yang melibatkan tujuh kapal setelah tenggelamnya kapal tersebut.
"Mereka mengambil mayat, memindahkan semua peralatan yang diklasifikasikan, dan membersihkan kapal penjelajah ini," kata Vadym Skibitskyi, juru bicara direktorat intelijen utama kementerian pertahanan Kyiv.
"Mereka mengambil apa yang seharusnya tidak jatuh ke tangan negara ketiga."
Ini adalah kapal perang Rusia terbesar yang ditenggelamkan sejak Perang Dunia II dan yang pertama dari ukuran sejenis sejak kapal Jenderal ARA Belgrano selama Perang Falklands pada tahun 1982.
Evakuasi jenazah itu dilakukan di tengah setelah meningkatnya kemarahan dari kerabat awak kapal atas dugaan ditutup-tutupinya nasib para pelaut oleh pihak berwenang Rusia.
Seorang ayah yang memimpin aksi protes tersebut, Dmitry Shkrebets (43), mengecam pemerintahnya.
"Tidak ada upaya penyelamatan. Petugas melarikan diri dari kapal seperti tikus, para pelaut ditinggalkan," ujar Shkrebets.
"Putin akan menjawab secara pribadi. Dia terbiasa berbohong."
Dia kehilangan putranya Yegor (20), dalam insiden tenggelamnya kapal itu.
"Ingin tahu mengapa tidak ada korban selamat yang terluka parah dari Moskva? Karena mereka menenggelamkan mereka bersama dengan kapal penjelajah," tuding Shkrebets.
"Mereka tidak bisa menarik kapal ke Sevastopol, karena semua orang akan menyadari apa yang terjadi, jadi dalam semalam 13-14 April mereka menariknya lebih jauh ke selatan, dan menenggelamkannya."
"Ini adalah kebenaran telanjang. Kebenaran yang menakutkan dan mengerikan, dan aku akan membuktikannya."
"Waktu akan berlalu, dan aku akan membuktikannya. Lihatlah binatang-binatang mengerikan yang kita miliki sebagai otoritas kita."
Dia menegaskan putranya adalah seorang wajib militer yang belum menandatangani kontrak untuk berkarir di angkatan laut, seperti banyak orang lain di kapal.
"Rasa sakitnya tak terbendung," kata Shkrebets.
"Jika Yegor telah menandatangani kontrak, saya akan diam, karena itu berarti dia dilatih dan siap berperang, tetapi dia tidak melakukannya, dan ada banyak orang seperti dia."
"Keadaan kematian mereka mengerikan, mereka dikhianati dan dibiarkan mati."
Karenanya, Shkrebets akan melakukan penyelidikan dan menuntut pihak yang bertanggung jawab.
"Dan sekarang para perwira tinggi militer harus dipecat. Waktunya akan tiba, dan saya akan mempublikasikan penyelidikan besar tentang apa yang terjadi," tegas Shkrebets.
"Ada pengkhianatan dan kecerobohan di sana. Saya akan mengatakan lebih banyak tentang itu nanti, jika kita hidup untuk melihatnya."
Laksamana Igor Osipov (49), yang bertanggung jawab atas Armada Laut Hitam, belum terlihat sejak kapal Moskva kapalnya tenggelam.
Hal ini memicu desas-desus bahwa ia telah diskors dan ditahan atau bahkan berada di kapal.
Tetapi sumber armada mengatakan dia tetap di mejanya tetapi tidak bersedia untuk menghadiri setiap acara.(TribunWow.com/Via)