Konflik Rusia Vs Ukraina
Saat Bahas Konflik Ukraina, Menlu Rusia Sebut Inggris Korbankan Kepentingan Warga demi Nafsu Politik
Menlu Rusia melihat pemerintah Inggris lebih mementingkan ambisi politik dibandingkan kepentingan warga sipilnya.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Elfan Fajar Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Hubungan antara Rusia dan Inggris mulai merenggang sejak pecahnya konflik Ukraina-Rusia pada Februari 2022 lalu.
Inggris mengambil sikap pro Ukraina dan aktif memberikan sanksi ekonomi hingga bantuan senjata dan perlengkapan militer.
Sementara itu Rusia memasukkan Inggris sebagai daftar negara tidak bersahabat.
Baca juga: Saat Wawancara Eksklusif, Menlu Rusia Tuduh BBC Tidak Beritakan soal Pasukan Ukraina Bom Warga Sipil
Baca juga: Menlu Rusia Tanggapi Aksi Pasukan Putin Sekap Ratusan Warga Sipil di Basemen: Sangat Disayangkan
Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengungkit pernyataan Menteri Luar Negeri Inggris yang menyerukan ajakan untuk mengalahkan Rusia.
"Sekali lagi mengorbankan kepentingan rakyatnya demi ambisi politik," ujar Lavrov dalam wawancara eksklusif bersama bbc.com, ketika ditanya pandangannya tentang Inggris saat ini, Kamis (16/6/2022).
Lavrov kemudian diminta menanggapi soal nasib dua warga Inggris yang dijatuhi hukuman mati di wilayah pro Rusia.
Lavrov menjelaskan bahwa berdasarkan hukum internasional, tentara bayaran tidak dianggap sebagai kombatan.
Jurnalis BBC yang mewawancarai Lavrov lalu menjelaskan bahwa kedua warga Inggris tersebut resmi menjadi bagian dari pasukan militer Ukraina, bukan tentara bayaran.
Lavrov mengatakan status tersebut akan ditentukan di pengadilan.
Sementara itu, secara sukarela Aiden Aslin, seorang warga negara Inggris pergi ke Ukraina untuk membantu pasukan di sana menghadapi gempuran tentara Rusia.
Namun di tengah konflik, Aslin menyerah kepada prajurit Rusia dan kini dirinya telah dijatuhi vonis hukuman mati seusai diadili di Donetsk.
Aslin yang mengaku menyesal telah memerangi Rusia kini menyebut perang di Ukraina sebenarnya bisa berakhir lebih cepat jika pemerintah Ukraina menginginkannya.
Dikutip TribunWow.com, hal ini disampaikan oleh Aslin saat diwawancarai oleh media Rusia rt.com.
Wawancara ini dilakukan sebelum Aslin dijatuhi vonis hukuman mati.
Aslin bercerita, pasukan militer Ukraina ternyata tidak mendapatkan pelatihan yang cukup.