Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Klaim Putin Didukung Xi Jinping untuk Perangi Ukraina, China Keluarkan Pernyataan Berbeda

Rusia mengklaim Presiden China Xi Jinping telah mendukung legalitas perang yang sedang berlangsung di Ukraina.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
AFP/Alexei Druzhinin/Sputnik
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden Tiongkok Xi Jinping berpose selama pertemuan mereka di Beijing, pada 4 Februari 2022. Terbaru, Rusia sebut invasi ke Ukraina telah mendapat dukungan dari China, Kamis (16/5/2022). 

TRIBUNWOW.COM - Rusia mengklaim Presiden China Xi Jinping telah mendukung legalitas perang yang sedang berlangsung di Ukraina.

Pernyataan itu diberikan Xi Jinping setelah berbincang dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Xi Jinping dikatakan menyadari alasan invasi Rusia ke Ukraina setelah mendapatkan penjelasan dari rekannya tersebut.

Pada Selasa (8/3/2022) Presiden China Xi Jinping mengadakan pertemuan secara daring bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz. Ketiga pemimpin negara itu bertemu dan membahas soal konflik antara Rusia dan Ukraina.
Pada Selasa (8/3/2022) Presiden China Xi Jinping mengadakan pertemuan secara daring bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz. Ketiga pemimpin negara itu bertemu dan membahas soal konflik antara Rusia dan Ukraina. (youtube kompastv)

Baca juga: Puji Kesetiaan China, Rusia Ungkap Masa Depan Hubungan dengan Negara-negara Barat

Baca juga: Merasa Dikhianati Barat, Pejabat Rusia Isyaratkan akan Dekati Negara Lain yang Berpotensi

Dilansir TribunWow.com dari Newsweek, Kamis (16/6/2022), pembicaraan antara dua kepala negara itu berlangsung pada Rabu kemarin.

Pernyataan China ini diklaim merupakan salah satu perubahan paling signifikan sejak konflik dimulai lebih dari 100 hari yang lalu.

"Vladimir Putin memaparkan penilaian prinsipnya tentang situasi di Ukraina dan tugas-tugas yang ditangani selama operasi militer khusus," kata Moskow dalam pembacaan panggilan telepon 15 Juni, yang berlangsung pada kesempatan ulang tahun ke-69 Xi Jinping.

"Presiden China mencatat legitimasi tindakan Rusia untuk melindungi kepentingan nasional fundamental dalam menghadapi tantangan keamanannya yang diciptakan oleh kekuatan eksternal."

Namun, versi Rusia mengenai percakapan kedua Putin dan Xi Jinping sejak invasi ke Ukraina itu berbeda dengan kutipan yang dirilis oleh Beijing.

Dikatakan bahwa sang pemimpin China menyampaikan negaranya telah membuat penilaian independen tentang penyebab konflik tersebut.

"Semua pihak harus mencari resolusi yang tepat untuk krisis Ukraina dengan cara yang bertanggung jawab. China akan terus memainkan peran konstruktif dalam hal ini," kata Xi Jinping kepada Putin yang dikutip Kementerian Luar Negeri China mengenai Ukraina.

Pernyataan Rusia dan Cina yang berbeda dinilai tidak terlalu mengejutkan.

Pasalnya, kedua negara tersebut ingin menonjolkan posisi yang paling selaras dengan kepentingan nasional mereka.

Tetapi pilihan kata Kremlin, khususnya penggunaan ungkapan 'legitimasi', secara tidak langsung menyatakan pengaruh politik Beijing untuk menantang pandangan Barat tentang perang Ukraina yang disebut tidak sah.

Namun, pada saat yang sama, langkah itu berisiko akan semakin merusak citra China di antara mitra dagang utama di Eropa dan Amerika Utara.

Sejauh ini, China tidak secara terbuka mengutuk perang Rusia, tetapi juga tidak secara terbuka mendukung tindakannya di Ukraina.

Baca juga: Kenal Dekat Putin, Sutradara Asal AS Buka-bukaan soal Rekam Jejak Kesehatan sang Presiden Rusia

Baca juga: Viral Para Wanita Protes ke Putin, Suami Tak Pulang sejak Dikirim ke Ukraina: Kami Semua Tertipu

China Tuding AS Ingin Perpanjang Konflik

Media China menggambarkan peran Amerika Serikat (AS) dalam konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.

AS yang kerap memberikan bantuan militer pada Ukraina dikatakan memiliki niatan tersembunyi.

Alih-alih menyelesaikan perang, pemerintahan Joe Biden dituding justru sengaja memperpanjang konflik.

Dilansir TribunWow.com dari media Rusia RIA Novosti, Minggu (17/4/2022), Amerika Serikat dituding mengharapkan konflik berkepanjangan di Ukraina untuk keuntungannya sendiri.

Menurut editorial di surat kabar China Global Times, AS melakukan upaya tersebut sejak awal dimulainya invasi.

“Setelah dimulainya krisis Ukraina, hampir semua yang dilakukan Washington adalah untuk memperpanjang konflik, dan untuk ini, semua jenis mobilisasi dan upaya dilakukan,” bunyi tulisan tersebut.

Menurut surat kabar itu, Amerika Serikat memanfaatkan kekacauan yang ada untuk kepentingan produsen senjata AS.

Pasalnya, setelah konflik terjadi, dikabarkan saham produsen perusahaan terkait telah mengalami pertumbuhan signifikan.

Selain itu, AS juga mencari celah untuk menerima dividen geopolitik dari memanipulasi Eropa dan NATO dengan kedok ancaman Rusia.

"Kompleks industri militer AS adalah penerima manfaat langsung dan terbesar dari perpanjangan konflik," simpul tulisan tersebut.

Menurut ahli, Kyiv digunakan oleh Washington sebagai boneka.

AS dituding memasok negara itu dengan senjata dan amunisi untuk menciptakan preseden buruk, dan mendorong krisis Ukraina ke konsekuensi yang tidak terduga.

Diketahui, Presiden Joe Biden belum lama mengatakan bahwa Amerika Serikat akan memberi Ukraina paket bantuan militer baru senilai 800 juta USD (sekitar Rp 11 triliun) yang mencakup artileri, pengangkut personel lapis baja dan helikopter.

Sebagai tanggapan, Kementerian Luar Negeri Rusia mengirim peringatan ke semua negara, termasuk Amerika Serikat, karena pasokan senjata ke Ukraina.(TribunWow.com/Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaUkrainaVolodymyr ZelenskyRusiaVladimir PutinChinaXi Jinping
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved