Konflik Rusia Vs Ukraina
Diduga Mata-mata Kiriman Putin, Warga Rusia di Inggris Ditangkap di Bandara atas Dugaan Sabotase
Seorang warga Rusia yang diduga agen rahasia Putin ditangkap di bandara Gatwick.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
Pada Selasa (10/5/2022) kemarin, AS, Inggris, Uni Eropa, dan negara-negara lainnya menuding Rusia melakukan serangan ke satelit komunikasi yang digunakan oleh pasukan militer Ukraina.
Serangan ini kemudian disebut turut berdampak kepada warga sipil.
Sejauh ini Rusia tergolong tenang dan tidak melakukan serangan siber seusai menerima sanksi dari perusahaan-perusahaan negara-negara barat.
Namun beberapa pejabat menyampaikan kepada BBC, mereka khawatir apabila efek sanksi mulai terasa nyata terhadap perekonomian Rusia, maka bukan tidak mungkin Rusia akan melakukan serangan siber ke perusahaan-perusahaan barat.
Di sisi lain, Google's Threat Analysis Group (Kelompok analisis ancaman milik Google) melaporkan adanya usaha peretasan ke jaringan NATO.
Peretasan tersebut diklaim dilakukan oleh kelompok berbasis Rusia.
Selain NATO, ada jaringan militer milik sejumlah negara Eropa timur yang juga mendapat ancaman peretasan.
Dilansir TribunWow.com dari Euronews, Google's Threat Analysis Group merilis laporan tersebut pada Rabu (30/3/2022).
Disebutkan bahwa peretas Rusia baru-baru ini berusaha untuk menembus jaringan NATO dan militer beberapa negara Eropa timur.
Namun, laporan itu tidak mengatakan militer mana yang menjadi sasaran peretasan.
Google menyebut aksi itu sebagai kampanye phishing kredensial yang diluncurkan oleh kelompok berbasis di Rusia bernama Coldriver, atau Callisto.
"Kampanye ini dikirim menggunakan akun Gmail yang baru dibuat ke akun non-Google, sehingga tingkat keberhasilan kampanye ini tidak diketahui," bunyi laporan itu.
Akan tetapi, hingga saat ini, NATO tidak segera bersedia untuk mengomentari laporan tersebut.
Sementara Rusia, yang sekarang berada di bawah sanksi ekonomi Barat akibat invasinya ke Ukraina, terus membantah tuduhan atas serangan siber terhadap sasaran-sasaran Barat.
Pada tahun 2019, perusahaan keamanan siber Finlandia F-Secure Labs menggambarkan Callisto sebagai aktor ancaman yang tidak dikenal.