Konflik Rusia Vs Ukraina
Divonis Hukuman Mati di Wilayah Pro Rusia, 2 Warga Inggris Hubungi Media Massa Minta Pertolongan
Dua warga negara Inggris menghubungi media massa di negara asalnya seusai menerima vonis hukuman mati di pengadilan pro Rusia.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Dua warga negara Inggris bernama Shaun Pinner dan Aiden Aslin dijatuhi vonis hukuman mati seusai menjalani persidangan di Donetsk.
Keduanya ditangkap oleh pasukan militer Rusia seusai terlibat membantu tentara Ukraina dalam konflik di Ukraina.
Informasi terbaru, Aslin dan Pinner diketahui telah menghubungi media massa di negara asalnya mengirimkan permohonan tertulis.
Baca juga: Samakan Diri dengan Tsar Rusia, Putin Bandingkan Ambisi Kuasai Ukraina dengan Perang Lawan Swedia
Baca juga: VIDEO Isi Surat Permintaan Maaf Tentara Rusia ke Para Siswa di Ukraina, Kepsek Ngaku Jijik
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, Aslin dan Pinner menjelaskan bahwa mereka terancam dihukum mati jika permintaan pemerintah Rusia tidak dikabulkan.
Dengan suara bergetar, Pinner menjelaskan dirinya menghadapi ancaman hukuman 20 tahun penjara hingga mati seusai dihukum sebagai kombatan ilegal.
"Kami ketakutan," ujar Pinner.
Menanggapi kabar ini, keluarga Aslin telah menemui kedutaan Besar Ukraina di Notting Hill, London Barat.
Di sana ia menjelaskan bahwa Aslin dan Pinner merupakan bagian resmi dari pasukan militer Ukraina.
"Harus diperlakukan dengan hormat seperti tahanan perang lainnya. Mereka bukan dan tidak pernah menjadi tentara bayaran," ujar keluarga Aslin.
Keluarga Aslin kini berharap vonis Aslin dapat berubah, mereka juga memohon bantuan pemerintah Inggris dan Ukraina untuk berusaha maksimal membantu keselamatan Aslin dan Pinner.
Aslin dan Pinner kini memiliki waktu satu bulan untuk mengajukan banding atas vonis hukuman mati yang mereka terima.
Media Rusia memberitakan, vonis Aslin dan Pinner dapat berkurang menjadi 25 tahun penjara hingga hukuman penjara seumur hidup.
Sebelumnya diberitakan, pemerintah Inggris disebut tengah mendapat masalah besar gara-gara ada dua warga negaranya terlibat dalam konflik di Ukraina dan kini berakhir ditangkap oleh tentara Rusia.
Dua orang itu adalah Shaun Pinner dan Aiden Aslin.
Baca juga: Putin Pilih Bungkam, Keluarga Rusia Justru Tahu Kematian Kerabat Tentaranya dari Postingan Ukraina
Baca juga: Ditangkap Pasukan Rusia, 2 Warga Inggris Dijatuhi Hukuman Mati, Keluarga Beri Pembelaan
Keduanya bahkan sempat dipertontonkan ke publik lewat sebuah acara milik stasiun televisi (TV) pemerintah Rusia.
Dikutip TribunWow.com dari Skynews.com, eks diplomat Inggris, Lord Ricketts menyoroti bagaimana hal ini merupakan masalah besar bagi pemerintah Inggris.
Ricketts mengungkit bagaimana pemerintah Inggris sebenarnya telah melarang keras warganya agar tidak pergi ke Ukraina.
Ricketts juga menyampaikan bagaimana pemerintah Rusia memanfaatkan momen ini untuk menekan Ukraina lewat pemerintah Inggris.
Dalam situasi ini, menurut Ricketts pemerintah Inggris tengah mengalami dilemma bagaimana harus merespons.
Saat ditampilkan di TV Rusia, Shaun dan Aiden berharap agar mereka dapat pulang kembali ke Inggris dengan cara pertukaran tahanan dengan politisi pro Rusia Viktor Medvedchuk yang kini ditahan oleh Ukraina.
Relawan Asal Inggris Ungkap Pasukan Ukraina Panik
Eks tentara Inggris yang bergabung dengan pasukan militer Ukraina, Shaun Pinner (48) dipertontonkan ke publik seusai diamankan oleh tentara Rusia.
Shaun ditangkap seusai membantu pasukan Ukraina dalam konflik melawan Rusia.
Dalam acara stasiun televisi (TV) milik pemerintah Rusia, Shaun diwawancarai seputar konflik yang terjadi di lapangan.
Baca juga: VIDEO Intelijen Ukraina Sebut Tentara Rusia Pura-pura Nikah demi Bisa Lari dari Tanggung Jawab
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, Shaun menceritakan terjadi kepanikan di antara pasukan militer Ukraina yang berjaga di Mariupol.
Shaun bercerita, ia dan rekan-rekannya memutuskan untuk meninggalkan area pabrik yang awalnya mereka jaga.
Pada pukul 04.00 dini hari waktu setempat, Shaun dan prajurit yang lain pergi meninggalkan area pabrik itu sambil membawa personil yang terluka.
Kabur tanpa tujuan yang jelas, Shaun menyebut komandannya juga hilang entah kemana.
"Komandan saya kelihatannya menghilang. Saya juga tidak tahu apa yang terjadi terhadap mereka yang saat itu di sana bersama saya," ungkap Shaun.
Shaun sendiri merupakan pensiunan tentara Inggris.
Ia pergi ke Ukraina empat tahun lalu untuk menikahi istri keduanya yakni Larysa.
Setelah menikahi Larysa, Shaun bergabung dengan pasukan militer Ukraina sebagai tentara kontrak.
Keluarga Shaun menyatakan Shaun bukanlah tentara sukarelawan namun resmi merupakan bagian dari pasukan militer Ukraina.
Keluarga Shaun di Inggris mengatakan tengah berusaha berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri Inggris untuk membawa pulang Shaun yang kini ditahan di Rusia.
Selain itu keluarga Shaun juga berharap Rusia menjamin hak Shaun sebagai tahanan perang.
Sebelumnya diberitakna, Shaun sengaja diprovokasi saat diwawancarai di stasiun TV milik pemerintah Rusia.
Seorang jurnalis pro Rusia dituding memberikan informasi bohong tentang instruksi komandan yang memimpin Shaun dan rekan-rekan Shaun.
Jurnalis pro Kremlin yang diketahui bernama Andrey Rudenko itu menjelaskan bagaimana dalam misi yang dijalankan oleh Shaun adalah hal mustahil untuk bisa pergi dengan selamat.
Rudenko menjelaskan bahwa Shaun dan rekan-rekan Shaun sengaja dikorbankan demi imej pahlawan.
Shaun lalu menjawab "Saya tidak menyangka kita ditelantarkan. Dan saya tidak tahu siapa yang mengambil keputusan seperti itu," ujarnya.
Kemudian Shaun mengatakan bahwa dirinya tidak ingin berperang dan ingin segera pulang ke negara asalnya.(TribunWow.com/Anung)