Konflik Rusia Vs Ukraina
AS Tuding Rusia Curi dan Jual Pasokan Makanan Ukraina, Diduga Ekspor Gandum Rampasan ke Negara Ini
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menuduh Rusia 'mengekspor bencana kelaparan', Senin (5/6/2022).
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menuduh Rusia 'mengekspor bencana kelaparan', Senin (5/6/2022).
Ia menyebut Rusia telah menanam ranjau di lahan pertanian di Ukraina, memblokir ekspor makanan Ukraina dan mencuri gandum untuk dijual ke seluruh dunia.
Hal ini diklaim dilakukan sebagai bagian dari rencana untuk memeras Barat agar mencabut sanksi global yang dijatuhkan ke negara tersebut.
Baca juga: Putin Izinkan Ukraina Ekspor Gandum Lewat Pelabuhan di Bawah Kendali Rusia, Ajukan Syarat Berikut
Baca juga: VIDEO Rusia Tetap Pasok Gandum ke Negara yang Jatuhkan Sanksi di Tengah Perang Ukraina
Dikutip TribunWow.com dari Daily Mail, Selasa (7/6/2022), selama pertemuan dengan lembaga bantuan dan kelompok sektor swasta, Blinken mengatakan bahwa 20 juta ton gandum terperangkap di Silo dekat pelabuhan Ukraina Odessa.
Selain itu ada lebih banyak pasokan makanan terjebak di kapal yang tidak bisa berangkat karena diadang kapal perang Rusia.
Ia menilai hal ini sengaja dilakukan untuk menciptakan krisis pangan dunia demi membalas sanksi Barat.
"Ini semua disengaja," tuding Blinken.
"Kami tahu bahwa Presiden Putin menghentikan pengiriman makanan dan secara agresif menggunakan mesin propagandanya untuk membelokkan atau mendistorsi tanggung jawab, karena dia berharap itu akan membuat dunia menyerah padanya dan mengakhiri sanksi."
"Dengan kata lain, sederhananya, itu pemerasan."
Pernyatan ini mengikuti peringatan berulang-ulang bahwa konflik di Ukraina menaikkan harga pangan global dan dapat memicu bencana di Afrika.
"Kremlin perlu menyadari bahwa mereka mengekspor kelaparan dan penderitaan jauh melampaui wilayah Ukraina, dengan negara-negara di Afrika yang mengalami bagian yang sangat besar dari rasa sakit," imbuh Blinken.
Sebagai informasi, PBB mencatat Rusia dan Ukraina memasok sekitar 40 persen gandum yang dikonsumsi di Afrika.
Hingga saat ini harga gandum di negara-negara itu sudah naik hingga sekitar 23 persen.
Sementara dilaporkan sekitar 17 juta orang sudah kelaparan di ujung Afrika setelah kekeringan.
Terkait hal ini, New York Times juga menuliskan bahwa pejabat Amerika telah memperingatkan negara-negara Afrika agar tidak membeli gandum Rusia yang mungkin telah dicuri dari Ukraina.
Blinken pun menambahkannya ke daftar pelanggaran Rusia.
"Mereka (Rusia) menanam bahan peledak di seluruh ladang (Ukraina)," ungkap Blinken.
"Mereka telah menghancurkan infrastruktur pertanian yang vital."
"Ada laporan yang kredibel, termasuk seperti yang kita lihat di salah satu surat kabar terkemuka kami hari ini bahwa Rusia mencuri ekspor gandum Ukraina untuk dijual demi keuntungannya sendiri."
"Sekarang, Rusia juga melaporkan ekspor makanannya."
Sebelumnya, Ukraina telah menuduh Rusia mengirimkan gandum Ukraina ke negara-negara termasuk Turki dan Suriah.
Disebutkan bahwa dampak agresi Rusia terhadap pasokan pangan dunia menjadi salah satu faktor yang paling mendesak dalam konflik tersebut.
Baca juga: Untung Besar Gara-gara Beli Minyak Rusia, India Didatangi Pejabat Kementerian Keuangan AS
Baca juga: Rusia Dituding Lakukan Pemerasan Buntut Penghentian Pasokan Gas ke Negara-Negara Eropa
Lihat tayangan selengkapnya dari menit pertama:
Rusia Disebut Jarah Kloset hingga Cadangan Gandum
Media Ukraina sebut penjarahan adalah bagian dari kebijakan perang negara Rusia.
Pasalnya, Rusia dilaporkan telah mencuri sekitar 400 ribu ton gandum di wilayah Ukraina yang diduduki sementara.
Selain itu, tentara Rusia bahkan dituding membawa kloset duduk dari rumah-rumah pribadi penduduk sipil.
Dilansir TribunWow.com dari Ukrinform, Jumat (6/4/2022), pernyataan ini diungkapkan oleh Duta Besar Yevhenii Tsymbaliuk, Perwakilan Tetap Ukraina untuk Organisasi Internasional di Wina, mengatakan pada pertemuan Dewan Permanen OSCE.
"Rusia telah mencuri sekitar 400 ribu ton gandum dari wilayah pendudukan, terutama dari wilayah Kherson," kata Tsymbaliuk.
"Jadi, haruskah kita terkejut sekarang tentang tentara Rusia yang menjarah rumah-rumah Ukraina dan bahkan mencuri kloset duduk?"
"Jelas, penjarahan dan penghancuran adalah bagian dari kebijakan negara Rusia," imbuhnya.
Sebagaimana dicatat, secara paralel, Rusia memberlakukan blokade pengiriman lewat kapal dari pelabuhan Ukraina, rute pengiriman tambang, serta secara metodis menghancurkan atau mencuri peralatan pertanian.
Di Rubizhne, wilayah Luhansk, Rusia disebut telah menghancurkan sepenuhnya kompleks elevator modern, yang dibangun pada tahun 2020, yang dapat menyimpan 30 ribu ton biji-bijian.
Tsymbaliuk menambahkan bahwa pengambilalihan tanaman dari petani adalah kebijakan kriminal pemerintah Soviet, yang bertanggung jawab atas kelaparan buatan massal di Ukraina pada tahun 1921-1923, Holodomor pada tahun 1932-1933, dan kelaparan buatan massal pada tahun 1946-1947.
"Rusia mengikuti jejak kaum Stalinis dengan mencuri gandum. Tentu saja, banyak orang akan menganggap terulangnya kelaparan sebagai sesuatu yang sulit dipercaya di Eropa modern. Namun, Rusia saat ini tidak hanya mengikuti tradisi terburuk Stalinis," ucap Tsymbaliuk.
Ia menambahkan bahwa Rusia telah sangat terjebak dalam omong kosong yang bertujuan untuk membenarkan agresi barbar terhadap Ukraina.
"Dengan serangan anti-Semitnya baru-baru ini, menteri Lavrov mempertanyakan keberadaan tidak hanya negara Ukraina tetapi juga Holocaust. Lavrov sengaja menghina ingatan jutaan orang Yahudi yang tewas di tangan Nazi selama Perang Dunia II," tuding Tsymbaliuk.(TribunWow.com/Via)