Konflik Rusia Vs Ukraina
Putin Izinkan Ukraina Ekspor Gandum Lewat Pelabuhan di Bawah Kendali Rusia, Ajukan Syarat Berikut
Presiden Rusia Vladimir Putin mengaku siap untuk mendukung kelancaran ekspor gandum Ukraina melalui pelabuhan.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Dalam perkembangannya, Rusia gagal menguasai Kiev dan memusatkan serangan di wilayah pelabuhan Ukraina.
Kini, Rusia telah menguasai sepanjang pantai Ukraina setelah berhasil menduduki Mariupol dan sekitarnya.
Hal ini membuat ekspor pangan sebagai produksi ekspor utama Ukraina terhenti ke seluruh dunia.
"Pemerintah Rusia tampaknya berpikir bahwa menggunakan makanan sebagai senjata akan membantu mencapai apa yang belum dilakukan invasi, untuk mematahkan semangat rakyat Ukraina," kata Blinken.
"Pasokan makanan untuk jutaan orang Ukraina dan jutaan lainnya di seluruh dunia telah benar-benar disandera oleh militer Rusia."
Perang di Ukraina telah menyebabkan harga global untuk biji-bijian, minyak goreng, bahan bakar dan pupuk melambung.
Sebagai informasi, Rusia dan Ukraina bersama-sama menyumbang hampir sepertiga dari pasokan gandum global.
Ukraina juga merupakan pengekspor utama jagung, jelai, minyak bunga matahari dan minyak lobak.
Sementara Rusia dan Belarusia, yang telah mendukung Moskow dalam perangnya di Ukraina, menyumbang lebih dari 40 persen ekspor kalium (nutrisi tanaman) global.
Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia membantah dan mengatakan benar-benar keliru jika Rusia harus disalahkan atas krisis pangan global yang telah terjadi selama beberapa tahun.
Dia menuduh Ukraina menahan kapal asing di pelabuhannya dan memasang jebakan bom di perairan.
Nebenzia juga mengatakan militer Rusia telah berulang kali mencoba membuka koridor yang aman untuk kapal.
Ia justru menyalahkan sanksi Barat yang dijatuhkan pada Moskow atas perang Ukraina karena memiliki efek mengerikan pada ekspor makanan dan pupuk Rusia.
Namun, Blinken menolak klaim Rusia bahwa sanksi tersebut memicu krisis pangan.
"Keputusan untuk menggunakan makanan sebagai senjata adalah milik Moskow dan Moskow sendiri," kata Blinken.