Konflik Rusia Vs Ukraina
Pakar Propaganda Tuding Putin Rekayasa Momen Jenguk Tentara Rusia di RS, Pasien Disebut Hanya Aktor
Media asal Inggris memberitakan Putin telah merekayasa momen dirinya kunjungi tentara Rusia di sebuah RS.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin dituding telah merekayasa momen kunjungan ke sebuah rumah sakit.
Diketahui pada Rabu (25/5/2022) Putin menjenguk tentara Rusia yang terluka akibat konflik di Ukraina, di sebuah rumah sakit di Moskow.
Media asal Inggris The Sun, memberitakan tentara Rusia yang menjadi pasien di RS tersebut hanyalah aktor.

Baca juga: Alasan Donbas Kini Jadi Target Minimum Invasi Rusia, Seberapa Pentingnya Wilayah Itu bagi Putin?
Baca juga: Penampakan Bungkus Indomie Goreng yang Ditemukan Tentara Rusia di Eks Markas Pasukan Ukraina
Dikutip TribunWow.com, aktor ini diduga kuat sempat tampil bertemu Putin di acara lain.
Analisis ini disampaikan oleh seorang Pakar Penanggulangan Propaganda asal Estonia bernama Adam Rang.
"Putin bertemu dengan seorang prajurit terluka yang, secara kebetulan anehnya, juga seorang pekerja pabrik yang dia temui sebelumnya," ujar Adam.
Adam tidak menyimpulkan kedua orang itu merupakan orang yang sama, namun ia menduga kuat mereka adalah orang yang sama.
Menurut Adam, Putin sudah sejak lama menggunakan aktor untuk kepentingan gimmick media.
Sebelumnya, kunjungan ke tentara Rusia yang terluka dilakukan oleh Putin dan Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu di Moskow, pada Rabu (25/5/2022).
Saat melakukan kunjungan, seorang tentara Rusia menceritakan tentang anak dan istrinya.
Dikutip TribunWow.com, video percakapan antara Putin dan tentara Rusia tersebut diunggah di YouTube The Telegraph.
Baca juga: Usia Putin Disebut Tinggal Tersisa 3 Tahun, Intelijen Rusia Soroti Kondisi Putin saat Tampil di TV
Tampak Putin mengenakan jas berwarna putih mengunjungi sebuah kamar berisi dua tentara Rusia.
Awalnya Putin menyalami kedua tentara Rusia tersebut.
"Apakah tanganmu dapat bekerja secara normal?" tanya Putin ke seorang tentara Rusia.
"Iya pak," jawab tentara Rusia tersebut.
Putin lalu menanyakan dari unit mana ia berasal.
Tentara Rusia itu mengaku berasal dari brigade artileri.
Ia lalu menceritakan bahwa istri dan anaknya kini berada di Nizhny Novgorod.
Mendengar sang tentara Rusia itu bercerita soal keluarga, Putin memfokuskan pertanyaannya seputar keluarga sang tentara tersebut.
"Apakah Anda berkomunikasi dengan mereka?" tanya Putin.
"Iya pak," jawab sang tentara.
"Apakah mereka khawatir kepada Anda?" tanya Putin lagi.
"Iya pak," jawab tentara Rusia itu.
"Apakah mereka sudah berkunjung? Apakah kau sudah melihat mereka?" tanya Putin yang terus membahas keluarga sang tentara.
"Tidak, mereka tidak datang," kata tentara tersebut singkat.
"Ketika mereka datang melihat mu, mereka akan memahami bahwa semuanya benar-benar baik-baik saja," ujar Putin.
"Cepat sembuh," ucap Putin sembari menyalami kedua tentara tersebut.
Di sisi lain, sebuah sindiran disampaikan oleh anggota militer Ukraina kepada pemerintahan Rusia.
Anggota militer Ukraina, Kolonel Volodymyr Liamzin menyebut Rusia memperlakukan rakyatnya sendiri layaknya sampah.
Sindiran ini bermula dari temuan jasad tentara Rusia di hutan yang terletak di sekitar Kyiv/Kiev.
Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, diketahui ada banyak mayat tentara Rusia yang ditemukan di sekitar Kyiv.
"Mayat yang kita temukan menunjukkan (Rusia) memperlakukan rakyat mereka seperti sampah," ujar Liamzin.
"Mereka tidak memerlukan tentara mereka, mereka membuangnya ke sini."
Liamzin menyebut, jasad para tentara Rusia itu ditelantarkan begitu saja sementara itu pasukan mereka mundur dari Kyiv.
Jasad tentara Rusia yang ditemukan kemudian disimpan di sebuah kereta pendingin untuk disimpan.
Pihak Ukraina mengatakan, mereka nantinya ingin mengembalikan jasad-jasad tentara tersebut kembali ke keluarga mereka.
Namun menurut Ukraina, pemerintah Rusia tidak menunjukkan ketertarikan atau keinginan untuk mengambil mayat-mayat tersebut.
Sebelumnya beredar sebuah video menampilkan pemerintah Ukraina menyimpan jasad para tentara Rusia.
Video ini dirilis pada Jumat (20/5/2022) setelah adanya laporan menyatakan Presiden Rusia Vladimir Putin telah kehilangan 30 ribu tentaranya dalam konflik di Ukraina.
Baca juga: Tak Puas Dengan Putin, Pejabat Tinggi dan Elit Rusia Dikabarkan Sudah Rencanakan Kudeta
Video tersebut dirilis oleh Kepala Kereta Api Ukraina, Alexander Kamyshin.
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, selain menampilkan detik-detik penyimpanan jasad tentara Rusia, ditampilkan juga cara pemerintah Ukraina mengawetkan jasad para tentara Rusia tersebut.
Kamyshin turut menuliskan caption bertuliskan "We treat dead #russians better than they treat live #ukrainians. Just another thing that makes us different."
Kalimat tersebut memiliki arti "Kami memperlakukan jasad orang Rusia lebih baik dibandingkan mereka memperlakukan warga Ukraina yang hidup. Hanya hal lain yang membuat kita berbeda."
Pemerintah Ukraina menjelaskan, berdasarkan hukum humaniter, jasad para tentara Rusia itu akan dikembalikan ke keluarga korban.
Tertulis juga pesan dalam video itu bahwa pemerintah Rusia menutupi angka kematian pasukan mereka dari masyarakat mereka sendiri untuk menghindari kepanikan dan kericuhan.
Pada akhir video dituliskan bahwa kargo 200 siap dikirim ke Rusia.
Kalimat 'Kargo 200' diketahui merupakan kode militer era Uni Soviet yang berarti korban perang.
Sebelumnya, sebuah video yang beredar memperlihatkan sejumlah ambulans militer melintas di Belarus.
Disebutkan bahwa konvoi ambulans tersebut membawa mayat-mayat tentara Rusia yang gugur akibat invasi ke Ukraina.
Dalam seminggu, rumah sakit di Belarus mengklaim bahwa ada 2.500 jenazah yang dikirim kembali ke Rusia.
Dilansir TribunWow.com dari Daily Mail UK, Minggu (20/3/2022), kabar tentang mayat-mayat tentara Rusia yang berusaha dibawa kembali ke negaranya muncul ke permukaan.
Para pasukan yang tewas di Ukraina dikatakan dipindahkan dari Belarus kembali ke Rusia dengan kereta api dan pesawat di tengah malam untuk menghindari menarik perhatian.
Dalam sebuah video yang diposting oleh Radio Free Europe/Radio Liberty, tampak barisan ambulans militer mengemudi melalui kota Homel, Belarus pada awal Maret.
Karyawan di rumah sakit klinis di kawasan itu pun telah mengklaim adanya lebih dari 2.500 mayat telah dikirim kembali ke Rusia pada Minggu (13/3/2022).
Baca juga: Rusia Klaim Sengaja Perlambat Militernya untuk Kuasai Ukraina, Sebut Demi Kemanusiaan
200 Mayat Ditemukan di Bunker
Pihak berwenang Ukraina mengatakan para pekerja tengah melakukan penggalian di antara puing-puing di Mariupol.
Mereka menemukan tak kurang dari 200 mayat di ruang bawah tanah sebuah gedung apartemen.
Lebih banyak kengerian juga terungkap di kota yang hancur yang telah menyaksikan beberapa penderitaan terburuk dari perang tiga bulan itu.
Dilansir TribunWow.com dari Aljazeera, Selasa (24/5/2022), Petro Andryushchenko, seorang penasihat walikota mengatakan mayat-mayat mulai berbau dan membusuk di lingkungan itu.
Namun, dia tidak mengatakan kapan jenazah tersebut ditemukan.
Sementara itu, pertempuran sengit masih berlanjut di Donbas, kawasan industri timur yang ingin direbut oleh pasukan Moskow.
Pasukan Rusia meningkatkan upaya mereka untuk mengepung dan merebut Severodonetsk serta kota-kota tetangga.
Mariupol ditekan tanpa henti selama pengepungan hampir tiga bulan yang berakhir pekan lalu setelah sekitar 2.500 pejuang Ukraina meninggalkan pabrik baja tempat mereka bersembunyi.
Pasukan Rusia telah menguasai seluruh kota, di mana diperkirakan 100.000 orang tetap berada di luar populasi 450.000 sebelum perang.
Banyak dari mereka terperangkap selama pengepungan dengan sedikit makanan, air, panas atau listrik.
Menurut pihak berwenang Ukraina, setidaknya 21.000 orang tewas dalam pengepungan itu.
Rusia juga dituduh berusaha menutupi kengerian dengan membawa peralatan kremasi bergerak dan dengan mengubur orang mati di kuburan massal.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuding Rusia mengobarkan perang total dan berusaha untuk menimbulkan sebanyak mungkin kematian dan kehancuran di negaranya.
"Memang, belum ada perang seperti itu di benua Eropa selama 77 tahun," kata Zelensky, merujuk pada akhir Perang Dunia II. (TribunWow.com/Anung/Via)