Konflik Rusia Vs Ukraina
Diduga Manfaatkan Keadaan, Hungaria Umumkan Status Darurat akibat Perang Rusia dan Ukraina
Hungaria telah mengumumkan status 'keadaan bahaya' dalam menanggapi perang Rusia di negara tetangga Ukraina.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Sang perdana menteri dituding menggunakan sumber daya negara untuk memperkuat kekuasaannya.
Partai Fidesz yang memenangkan kemenangan pemilihan keempat berturut-turut pada 3 April, memberi Orban, pemimpin terlama di Uni Eropa, masa jabatan empat tahun tambahan.
Emese Pasztor dari Persatuan Kebebasan Sipil Hungaria menulis bahwa pemerintah Hungaria sekali lagi menyesuaikan aturan permainan dengan kebutuhannya sendiri.
"Dengan selalu membiarkan kemungkinan memperkenalkan tatanan hukum khusus di masa depan, itu akan kehilangan karakter khusus. Ini akan menjadi normal baru, yang akan mengancam hak-hak dasar kita semua, dan aturan dengan dekrit akan semakin mengurangi pentingnya Parlemen," tulis Pasztor, Selasa (24/5/2022).
Keputusan pemerintah yang dikeluarkan melalui perintah hukum khusus ini berlaku selama 15 hari kecuali diperpanjang oleh parlemen Hungaria.
Baca juga: Nasib Komandan Azov yang Ditangkap Rusia di Mariupol, Sempat Hubungi Istri Kabarkan Hal Ini
Baca juga: Putin Diisukan Dibenci Musuh dan Rekannya, Sosok Penerus Ramai Dibahas Elit di Rusia
Lihat tayangan selengkapnya:
Penolakan Barat Diduga Jadi Penyebab Perang
Seorang politisi veteran Jerman mengatakan penolakan Barat untuk mendengarkan kekhawatiran Moskow adalah salah satu penyebab utama konflik saat ini di Ukraina.
Ia menuduh Barat mengabaikan kepentingan keamanan Rusia selama bertahun-tahun.
Bahkan, ia menuding Amerika Serikat (AS) dan kroninya mengambil keuntungan dalam perang tersebut.
Pernyataan ini diungkapkan oleh Oskar Lafontaine, yang dari 1995 hingga 1999 menjabat sebagai ketua Sosial Demokrat di Jerman.
Dilansir TribunWow.com dari RT, Minggu (22/5/2022), Lafontaine berpendapat bahwa AS tengah melakukan pengancaman pada lawan politiknya.
"Untuk waktu yang lama, kita telah berada dalam situasi di mana Rusia dan China telah dikepung secara militer oleh AS," kata Lafointaine dalam sebuah wawancara dengan surat kabar sayap kiri Junge Welt.
Mantan pemimpin SPD mengatakan Moskow telah menjelaskan kepada NATO selama 20 tahun bahwa Ukraina tidak boleh menjadi bagian dari aliansi militer itu.
Menurut Lafontaine, jika negara itu bergabung, berarti rudal AS akan dikerahkan di perbatasan Ukraina-Rusia.