Konflik Rusia Vs Ukraina
Jika Mustahil Menang dari Ukraina, Vladimir Putin Berpotensi Ubah Rusia Jadi seperti Korut
Presiden Rusia Vladimir Putin disebut berpotensi mengubah negara Rusia layaknya Korut jika Rusia tak bisa lagi menang dari Ukraina.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Sebuah prediksi kontroversial dan liar disampaikan oleh aktivis politik asal Inggris bernama Bill Browder soal masa depan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Browder yang dijuluki sebagai musuh sejati Putin menyebut, sang Presiden Rusia saat ini berpotensi melakukan kebijakan seperti pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-Un.
Vladimir Putin disebut dapat berubah total mengubah negara Rusia layaknya Korut.
Baca juga: Diinterogasi hingga Kepala Dipukul, Ini Upaya Warga Ukraina untuk Kabur dari Wilayah Kekuasaan Rusia
Baca juga: Alasan Putin Perangi Ukraina Disebut Tak Masuk Akal Gara-gara Intelijen Jerman Temukan Ini di Rusia
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, kondisi ini disebut Browder mungkin akan terjadi apabila Rusia jelas-jelas mustahil menang dari Ukraina.
Ketika kondisi itu terjadi, maka Putin akan melakukan segala cara untuk melawan Ukraina tak lagi peduli menang atau kalah.
Putin disebut akan menggunakan taktik bumi hangus di mana wilayah Ukraina yang ia serang akan dihancurkan total.
"Jika Putin ingin melakukan hal yang sama dengan Kim Jong-Un, dia dapat membuat lapar masyarakatnya sendiri dan terus berperang untuk sementara waktu," kata Browder.
Browder menyebut, Putin dapat mengubah negara Rusia menjadi negara yang satu-satunya tujuannya adalah berperang melawan Ukraina.
Di sisi lain, Putin dikabarkan akan segera dikirim ke sanatorium lantaran penyakitnya yang semakin parah.
Disebutkan bahwa presiden 69 tahun itu akan dikirim ke unit perawatan intensif pada akhir tahun ini.
Berita ini diungkapkan menyusul kabar komplikasi penyakit Putin yang diduga mempengaruhi keputusannya untuk menyerang Ukraina.
Dilansir TribunWow.com dari Daily Mail, Minggu (22/5/2022), spekulasi ini disampaikan oleh Richard Dearlove, mantan kepala intelijen Inggris MI6.
Menurutnya, Putin akan dibawa ke sanatorium ketika ia tak lagi menjabat sebagai presiden.
Tahun ini, ia dikabarkan akan segera digantikan dari jabatannya karena kondisi kesehatannya dan kegagalan menguasai Ukraina.
Menurut Dearlove, dengan mengirim Putin ke pusat perawatan terpadu, maka tampuk kepemimpinan Rusia bisa berganti tanpa harus diadakan kudeta.
"Saya pikir dia akan pergi pada tahun 2023 - tapi mungkin ke sanatorium, dari mana dia tidak akan muncul sebagai pemimpin Rusia," kata Dearlove saat tampil di podcast One Decision.
"Saya tidak mengatakan dia tidak akan muncul dari sanatorium, tetapi dia tidak akan muncul sebagai pemimpin Rusia lagi."
"Itulah cara untuk bergerak maju tanpa kudeta," pungkasnya.
Dearlove menunjuk Nikolai Patrushev, sekretaris Dewan Keamanan Nasional, sebagai kemungkinan pengganti jika Putin dibawa ke sanatorium.
"Pendirian dalam skenario ini mungkin menjadi permanen," ujar Dearlove.
"Tidak ada rencana suksesi dalam kepemimpinan Rusia."
Dia berspekulasi bahwa Rusia sedang mencapai akhir rezim tetapi tidak berarti rezim itu akan hilang.
"Apa yang saya katakan selama tahun depan, 18 bulan mungkin sesuatu, itu akan pecah," beber Dearlove.
"Tidak diragukan lagi bahwa invasi ke Ukraina ini adalah bencana."
"Ekonomi sedang kacau, sanksi benar-benar akan mulai menggigit selama tiga sampai enam bulan ke depan, akan ada inflasi yang sangat tinggi dan di atas itu, secara militer itu adalah kegagalan total."
Diketahui, pada bulan April dilaporkan bahwa Putin menderita kanker tiroid hingga perlu diikuti 24 jam sehari oleh dokter spesialis.
Penemuan oleh media investigasi Project (atau Proekt) itu mendukung teori baru-baru ini bahwa Putin menyatakan perang ketika dia menderita masalah medis yang disembunyikan dari rakyat Rusia.
Salah satu versi adalah bahwa ia telah diobati dengan steroid, yang menyebabkan bengkak di sekitar wajah dan leher.
Dan klaim itu didukung oleh sutradara pemenang Oscar Oliver Stone, yang mengungkapkan bahwa Putin menderita kanker.
Selain kanker, ada spekulasi kuat bahwa Putin mungkin menderita Parkinson.
Pasalnya ia kedapatan bertemu dengan para pemimpin dunia lainnya dengan tangan dan kaki yang tampak bergerak tak terkontrol.
Baca juga: Akui Rusia sempat Ingin Gabung NATO, Putin Sebut Sengaja Dihalangi AS, Ada Konflik Kepentingan?
Baca juga: Kekacauan Mulai Terjadi di Pemerintahan Putin, Para Elite Rusia Dikabarkan Siap Melarikan Diri
Dua Penyakit Putin
Sebelumnya, Putin dikabarkan menderita penyakit mematikan yang mempengaruhi keputusannya untuk menginvasi Ukraina.
Sejumlah ahli melihat kondisi tersebut dari kejanggalan sikap dan penampilan di depan publik baru-baru ini.
Pria 69 tahun itu dikabarkan tampak lebih lesu dengan tubuh yang terlihat menggembung.
Dilansir TribunWow.com dari The Sun, Jumat (1/4/2022), Putin yang selama ini menunjukkan citra sebagai pria kuat, telah berubah secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir.
Penyelidikan terbaru telah mengungkapkan bahwa sang presiden terus-menerus ditemani oleh seorang dokter yang berspesialisasi dalam kanker tiroid.
Laporan oleh media investigasi Proekt, menyatakan bahwa ahli bedah Yevgeny Selivanov, dari Rumah Sakit Klinik Pusat Moskow, telah terbang menemui Putin tidak kurang dari 35 kali di resor Laut Hitam Sochi.
Yevgeny Selivanov diketahui merupakan dokter yang memiliki keahlian di bidang kanker tiroid.
Penemuan ini mendukung teori baru-baru ini bahwa Putin menyatakan perang ketika dia menderita masalah medis yang disembunyikan dari orang-orang Rusia.
Sementara pada November 2020, analis politik Valery Solovei mengungkapkan teori penyakit kanker dan Parkinson yang diderita Putin hingga perlu menjalani operasi darurat.
"Yang satu bersifat psiko-neurologis, yang lain adalah masalah kanker," ujar Solovei.
"Jika ada yang tertarik dengan diagnosis pasti, saya bukan dokter, dan saya tidak punya hak etis untuk mengungkapkan masalah ini."
"Diagnosis kedua jauh, jauh lebih berbahaya daripada diagnosis yang disebutkan pertama karena Parkinson tidak mengancam keadaan fisik, tetapi hanya membatasi penampilan publik."
Dia menambahkan bahwa Putin telah menjalani operasi, sedangkan sumber lain membenarkan dan mengklaim operasi itu untuk mengangkat kanker perut.
Sebuah rekaman video menunjukkan kaki dan jari-jari Putin bergerak terus-menerus, yang mendukung teori Parkinson.
Putin juga menderita batuk-batuk selama pertemuan yang disiarkan televisi.
Selain dokter Selivanov, pemimpin Rusia itu juga diikuti oleh seorang ahli bedah saraf.
Ahli bedah tersebut adalah Alexey Shcheglov yang terus mengikuti Putin dalam setiap acara publik dan sempat ikut terfoto.
Ia dipandang sebagai dokter yang antara lain dapat mendeteksi penyakit pada kelenjar tiroid, termasuk masalah onkologis.
Ada spekulasi luas di Barat bahwa Putin memiliki masalah medis yang serius ketika ia melancarkan perang di Ukraina yang diperkirakan menewaskan 17.000 tentara Rusia.
Diduga, sikap Putin yang dinilai tergesa-gesa merupakan dampak dari penyakit fatal yang dideritanya. (TribunWow.com/Anung/Via)