Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Jika Rusia Terus Kalah dari Ukraina, Putin Disebut akan Menunjukkan Sifat Brutalnya

Politisi asal Inggris menyebut Putin kemungkinan akan menunjukkan kebrutalannya apabila Rusia semakin terdesak dan kalah dari Ukraina.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
YouTube RT
Presiden Rusia Vladimir Putin saat mengadakan pertemuan dengan pramugari maskapai Aeroflot, Sabtu (5/3/2022). Dalam kesempatan tersebut, Putin turut mengungkit soal konflk Ukraina Vs Rusia. 

TRIBUNWOW.COM - Bill Browder, seorang aktivis politik yang dijuluki sebagai musuh sejati Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan risiko apabila posisi Rusia dalam konflik di Ukraina semakin kalah dan buruk.

Browder memperingatkan, ada kemungkinan Putin akan berlaku brutal tak peduli menang atau kalah jika Rusia semakin terdesak.

Menurut aktivis politik Inggris itu posisi Rusia dalam konflik di Ukraina tengah dalam kondisi yang merugikan atau kalah.

Foto kiri: Presiden Rusia Vladimir Putin ketika menghadiri acara kebaktian gereja, Minggu (24/4/2022). Putin dikabarkan menunjukkan gelagat aneh yang merujuk pada penyakit Parkinson. Foto kanan: Aktivis politik Inggris Bill Browder.
Foto kiri: Presiden Rusia Vladimir Putin ketika menghadiri acara kebaktian gereja, Minggu (24/4/2022). Putin dikabarkan menunjukkan gelagat aneh yang merujuk pada penyakit Parkinson. Foto kanan: Aktivis politik Inggris Bill Browder. (Kolase AFP dan Thesun.co.uk)

Baca juga: 3 Bulan Konflik di Ukraina, Korban Jiwa Tentara Rusia Mirip Perang 9 Tahun Uni Soviet di Afghanistan

Baca juga: Sebut Penolakan Barat Jadi Akar Perang Rusia dan Ukraina, Politisi Jerman: AS Menertawakan Kami

Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, Browder menyebut Rusia sudah gagal dalam bidang strategi militer.

Browder turut menyoroti bagaimana sektor ekonomi Rusia juga tak luput dari serangan.

"Saya menduga langkah selanjutnya Putin adalah sebuah langkah dramatis, jika tidak memberikannya keunggulan, setidaknya menunjukkan seberapa brutal dirinya (Putin)," kata Browder.

Langkah ini disusul mobilisasi penuh tentara cadangan Rusia, bahkan senjata biologis, kimia, hingga nuklir.

"Dia memiliki kapabilitas untuk melakukan itu semua," ujar Browder.

Di sisi lain, konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina disebut tidak hanya akan merugikan kedua negara tersebut.

Presiden Serbia Aleksandar Vucic memperingatkan hampir 1/4 atau 25 persen populasi manusia di bumi terancam kelaparan akibat konflik antara Rusia dan Ukraina.

Pernyataan ini disampaikan oleh Vucic pada acara pameran pertanian internasional di Novi Sad pada Sabtu (21/5/2022).

Dikutip TribunWow.com dari rt.com, Vucic memperingatkan, jika sampai terjadi kelaparan maka akan ada masalah baru yang tercipta.

Menurut keterangan Vucic, ancaman kelaparan pada musim dingin mendatang akan menjadi yang terburuk sejak 70 tahun terakhir.

Baca juga: Pria yang Dijuluki Musuh Sejati Putin Sebut Konflik di Ukraina akan Terus Berlangsung hingga 8 Tahun

Turut hadir dalam acara tersebut, Presiden Hungaria, Viktor Orban.

Orban dalam acara itu mengungkit naiknya harga bahan dasar makanan akibat konflik Rusia dan Ukraina.

"Kita akan mengalami musim dingin yang sulit, tetapi Serbia dan Hungaria memiliki cadangan makanan yang penting, dua negara kita aman perkara gas bumi," ujar Orban.

Di sisi lain, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengaku sangat prihatin dengan kelaparan yang meluas.

Pasalnya, perang di Ukraina mengancam ketahanan pangan di berbagai belahan dunia.

Hal ini memicu kemungkinan akan adanya bencana kelaparan global yang berdampak luas.

Dilansir TribunWow.com dari Aljazeera, Rabu (11/5/2022), Guterres menyinggung hal ini saat berdiskusi bersama kanselir Austria dan menteri luar negeri di Wina.

Ia juga mengatakan pembicaraan sedang berlangsung untuk mengevakuasi lebih banyak warga sipil dari zona konflik di Ukraina dan menyatakan keyakinannya bahwa lebih banyak evakuasi akan terjadi di masa depan.

Diketahui, perang di Ukraina telah membuat harga global untuk biji-bijian, minyak goreng, bahan bakar dan pupuk melonjak drastis.

Badan-badan PBB pun telah memperingatkan bahwa kenaikan harga akan memperburuk krisis pangan di Afrika.

Invasi Rusia telah mengganggu pengiriman di Laut Hitam, rute utama untuk biji-bijian dan komoditas lainnya, serta membatasi ekspor dari Ukraina dan Rusia.

"Saya harus mengatakan bahwa saya sangat prihatin, yaitu dengan risiko kelaparan yang meluas di berbagai belahan dunia karena situasi keamanan pangan yang dramatis yang kita hadapi karena perang di Ukraina,” kata Guterres.

Dalam kunjungannya ke Moldova, sebuah negara kecil yang membuka pintu bagi masuknya pengungsi dari negara tetangga Ukraina, Guterres mendesak Uni Eropa untuk meningkatkan dukungan keuangan bagi pemerintah di Chisinau.

Lebih dari 450.000 pengungsi dari Ukraina telah melarikan diri ke Moldova, salah satu negara termiskin di Eropa.

Baca juga: Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-89, Kiev Tolak Gencatan Senjata hingga Larangan Simbol Z dan V

Kepedulian itu datang dari latar belakang Guterres sebelumnya menjabat sebagai komisaris tinggi PBB untuk pengungsi.

Dia mencatat selama kunjungan dua hari ke Moldova, negara kecil itu telah menyerap pengungsi paling banyak sebanding dengan populasinya sendiri sekitar 2,6 juta orang.

Di sisi lain, Guterres belum banyak membahas mengenai prospek pembicaraan damai Ukraina dan Rusia.

Ia mengatakan waktunya akan tiba ketika ada negosiasi damai atas Ukraina, tetapi tidak dalam waktu dekat.

"Perang ini tidak akan berlangsung selamanya. Akan ada saatnya negosiasi damai akan dilakukan,” kata Guterres dalam konferensi pers dengan Presiden Austria Alexander Van der Bellen.

"Saya tidak melihat itu dalam waktu dekat. Tapi saya bisa mengatakan satu hal. Kami tidak akan pernah menyerah," tambahnya.(TribunWow.com/Via/Anung)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaRusiaUkrainaVladimir PutinVolodymyr ZelenskyBill BrowderInggris
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved