Konflik Rusia Vs Ukraina
Terjerat Kasus Kejahatan Perang, Tentara Rusia Berusia 21 Tahun Ngaku Tak Berniat Bunuh Warga Sipil
Ini pengakuan seorang tentara Rusia yang menembak mati warga sipil di Ukraina.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Di usianya yang masih muda, seorang tentera Rusia bernama Vadim Shishimarin (21) menjadi orang pertama yang diadili atas kasus kejahatan perang di Ukraina sejak pecahnya konflik pada 24 Februari 2022 lalu.
Shishimarin kini tengah terjerat kasus kejahatan perang karena menembak mati seorang warga sipil.
Saat dihadirkan dalam persidangan pada Kamis (19/5/2022), Shisimarin mengaku dirinya sebenarnya tak ingin membunuh warga sipil tersebut.

Baca juga: Aman dari Hinaan hingga Diberi Kasur dan Makan, Ini Kondisi Tahanan Perang dari Azovstal di Rusia
Baca juga: Putin Puji Perjuangan Para Tentara Rusia yang Muslim di Ukraina: Menunjukkan Keberanian
Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, kala itu Shishimarin bersama tentara Rusia lainnya tengah terpisah dari kelompok mereka.
Akhirnya mereka memutuskan untuk mencuri mobil agar bisa kembali bergabung dengan grup mereka.
"Saat kami tengah berkendara, kami melihat seorang pria. Dia berbicara ke telepon," ujar Shishimarin.
Kala itu Shishimarin ditekan oleh tentara Rusia lainnya agar menembak warga sipil tersebut.
Shishimarin mengaku kala itu ia tidak ingin menembak mati korban.
Seorang tentara rusia lain bernama Ivan Maltysev (21) yang juga berstatus sebagai saksi mata mengatakan kepada pengadilan bahwa para tentara Rusia menyadari keberadaan korban yakni Oleksandr Shelipov ketika mereka tengah mengendari mobil curian mereka.
Maltysev mengiyakan bahwa Shishimarin diperintahkan untuk menembak mati warga sipil tersebut.
"Berteriak kepada Vadim untuk melakukan perintah, atau kita akan diadukan (oleh korban)," ujar Maltysev.
Maltysev menyampaikan, Shishimarin menembakkan tiga hingga empat peluru ke arah korban.
Pada persidangan Kamis (19/5/2022), Shishimarin juga sempat dipertemukan dengan Kateryna yang merupakan suami Oleksandr Shelipov.
Diketahui Shysimarin dan Kateryna sempat berbincang sebelum akhirnya Shysimarin memohon minta diampuni.
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, berikut adalah percakapan yang terjadi antara Shysimarin dan Kateryna.
"Jelaskan kepada saya apa yang kamu rasakan ketika kamu membunuh suami saya? Apakah kamu menyesali kejahatan ini?" kata Kateryna.
"Saya mengaku bersalah. Saya memahami Anda tidak akan bisa memaafkan saya. Saya memohon pengampunan," ujar Shysimarin.
Tak menanggapi permohonan Shysimarin, Kateryna kembali menanyakan hal lain.
"Mohon jelaskan, mengapa Anda datang ke sini? Untuk melindungi kita? Dari siapa? Dari suami saya yang Anda bunuh?" kata Kateryna.
Shysimarin bisa dikenai hukuman penjara seumur hidup karena menembak kepala korban melalui jendela mobil yang terbuka.
Baca juga: Suaminya Dibunuh Tentara Rusia, Wanita di Ukraina Sempat Merasa Kasihan ke Pelaku
Dilansir TribunWow.com dari Aljazeera, Rabu (18/5/2022), Shysimarin adalah seorang anggota unit tank Rusia yang ditangkap, diadili berdasarkan bagian dari KUHP Ukraina yang membahas hukum dan kebiasaan perang.
Jaksa Agung Ukraina Iryna Venediktova sebelumnya mengatakan kantornya sedang menyiapkan kasus kejahatan perang terhadap 41 tentara Rusia untuk pelanggaran yang mencakup pemboman infrastruktur sipil, pembunuhan warga sipil, pemerkosaan dan penjarahan.
Tidak segera jelas berapa banyak tersangka yang berada di tangan Ukraina dan berapa banyak yang akan diadili secara in absentia.
Sebagai kasus kejahatan perang perdana di Ukraina, penuntutan Shysimarin diawasi dengan ketat.
Penyelidik telah mengumpulkan bukti kemungkinan kejahatan perang untuk dibawa ke Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag.
Kantor Venediktova mengatakan sedang menyelidiki lebih dari 10.700 potensi kejahatan perang yang melibatkan lebih dari 600 tersangka, termasuk tentara Rusia dan pejabat pemerintah.
Dengan bantuan dari para ahli asing, jaksa sedang menyelidiki tuduhan bahwa pasukan Rusia melanggar hukum Ukraina dan internasional dengan membunuh, menyiksa dan menyalahgunakan mungkin ribuan warga sipil Ukraina.
Persidangan Shysimarin dibuka pada hari Jumat, ketika dia membuat penampilan pengadilan singkat sementara pengacara dan hakim membahas masalah prosedural.
Pihak berwenang Ukraina memposting beberapa detail di media sosial pekan lalu dari penyelidikan mereka atas kasusnya.
Menurut akun Facebook Venediktova, Shysimarin termasuk di antara sekelompok pasukan Rusia yang melarikan diri dari pasukan Ukraina pada 28 Februari.
Rusia diduga menembaki sebuah mobil pribadi dan menyita kendaraan tersebut, kemudian melaju ke Chupakhivka, sebuah desa sekitar 322km (200 mil) timur Kyiv.
Dalam perjalanan, jaksa agung menuduh, tentara Rusia melihat seorang pria bersepeda dan berbicara di teleponnya.
Shysimarin diperintahkan untuk membunuh pria itu sehingga dia tidak dapat melaporkannya ke otoritas militer Ukraina.
Venediktova tidak mengidentifikasi siapa yang memberi perintah.
Ia hanya mencatat Shysimarin menembakkan senapan Kalashnikov-nya melalui jendela yang terbuka dan mengenai kepala korban .
"Pria itu meninggal di tempat hanya beberapa puluh meter dari rumahnya," tulis Venediktova.
Dinas Keamanan Ukraina, yang dikenal sebagai SBU, memposting video pendek pada 4 Mei tentang Shysimarin berbicara di depan kamera dan menjelaskan secara singkat bagaimana dia menembak pria itu.
SBU menggambarkan video itu sebagai salah satu pengakuan pertama dari penjajah musuh.
"Saya diperintahkan untuk menembak," kata Shysimarin.
“Saya menembak satu (putaran) ke arahnya. Dia terjatuh. Dan kami terus berjalan.”
Sidang berikutnya dalam kasus ini akan berlangsung Kamis pukul 09:00GMT.
Jaksa Andriy Sinyuk mengatakan kepada wartawan setelah sidang hari Rabu bahwa dua saksi, termasuk salah satu tentara Rusia yang bersama Shysimarin pada saat kejadian, akan dibawa untuk bersaksi di pengadilan.
Senjata tentara juga akan diperiksa sebagai bagian dari penyelidikan.
Kremlin sebelumnya mengatakan tidak diberitahu tentang kasus tersebut, dengan mengatakan kemampuan Moskow untuk memberikan bantuan karena kurangnya misi diplomatik kami di sana juga sangat terbatas.
Namun, Rusia kini diyakini sedang mempersiapkan pengadilan kejahatan perang untuk tentara Ukraina.
Baca juga: Ukraina Rilis Foto dan Identitas Tentara Rusia Pelaku Rudapaksa dan Kekerasan di Bucha
Baca juga: Masih Muda, Ini Sosok Tentara Rusia yang Bergantian Rudapaksa Gadis Ukraina di Rumahnya
Pengakuan Shysimarin
Pengadilan kejahatan perang pertama kali digelar di Kiev, Ukraina pada hari ini, Jumat (13/5/2022).
Dilansir TribunWow.com dari The Guardian, Kamis (12/5/2022), sidang ini akan menjadi pengadilan kejahatan perang pertama sejak Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi ke Ukraina.
Adapun jumlah kejahatan yang didaftarkan oleh jaksa penuntut umum Ukraina sudah melampaui 11.000 kasus.
Sementara, UNICEF melaporkan bahwa setidaknya 100 anak telah tewas dalam perang pada bulan April saja.
Diketahui, Shysimarin yang berpangkat sersan, diduga membunuh seorang warga sipil pada 28 Februari di desa Chupakhivka.
Ia tengah bertugas di wilayah Sumy di timur laut Ukraina ketika dituduh menembaki mobil sipil setelah konvoi kendaraan militernya diserang oleh pasukan Ukraina.
Dia kemudian mengemudikan mobil itu bersama empat tentara lainnya saat berusaha melarikan diri dari para pejuang Ukraina.
Shysimarin menembak mati pria tak bersenjata itu, yang sedang bersepeda dan berbicara di telepon.
Menurut pengakuannya kepada jaksa, Shysimarin diperintahkan oleh atasannya untuk membunuh warga sipil tersebut.
Sang atasan memintanya melenyapkan warga berusia 62 tahun itu karena takut keberadaan mereka dilaporkan pada tentara Ukraina.
"(Diperintahkan) untuk membunuh seorang warga sipil sehingga dia tidak akan melaporkan mereka ke pembela Ukraina," tutur jaksa.
Kejahatan dikatakan telah terjadi puluhan meter dari rumah korban dan dilakukan dengan menggunakan senapan AK-74.
Kasus itu minggu ini diajukan ke pengadilan pidana.
"Dia ada di sini (di Ukraina), kami menahannya," kata jaksa agung Ukraina, Iryna Venediktova, dari markas besarnya yang dijaga ketat di Kyiv, Selasa (10/5/2022).
Menurut seorang juru bicara kantor kejaksaan Ukraina, bukti-bukti yang akan memberatkan Shysimarin sudah terkumpul.
Ia pun terancam dijatuhi hukuman hingga 10-15 tahun atau penjara maksimal seumur hidup.
"Jaksa dan penyelidik SBU (dinas rahasia Ukraina) telah mengumpulkan cukup bukti keterlibatannya dalam pelanggaran hukum dan aturan perang yang dikombinasikan dengan pembunuhan berencana."
"Untuk tindakan ini, dia menghadapi 10 hingga 15 tahun penjara atau penjara seumur hidup," ungkap uru bicara kantor kejaksaan Ukraina.
Dua kasus lain kemungkinan akan disidangkan di pengadilan dalam beberapa hari, termasuk pengadilan in absentia terhadap Mikhail Romanov, seorang tentara Rusia yang dituduh melakukan pemerkosaan dan pembunuhan.
Dia dituduh membobol sebuah rumah pada bulan Maret di sebuah desa di wilayah Brovarsky dekat Kyiv.
Tentara itu dituding membunuh seorang pria kemudian berulang kali memperkosa istrinya sambil mengancam anak mereka dengan kekerasan dan senjata. (TribunWow.com/Anung/Via)