Konflik Rusia Vs Ukraina
Kim Jong Un Beri Selamat Putin atas Perayaan Hari Kemenangan Rusia, Beri Pesan Berikut
Presiden Korea Utara Kim Jong-un mengucapkan selamat kepada Presiden Rusia Vladimir Putin pada Hari Kemenangan.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Dikutip TribunWow.com dari Tass.com, Korut mengaku melihat ada taktik licik yang digunakan oleh negara-negara barat dan Amerika Serikat (AS) terkait pembantaian di Bucha.
Pernyataan ini disampaikan oleh Kedutaan Besar Korut di Moskow.
Korut menyebut, tragedi pembantaian di Bucha adalah skenario AS dan sekutunya untuk membuat citra Rusia semakin buruk di dunia internasional dan semakin terisolasi.
"Pembunuhan massal di Kota Bucha jelas menunjukkan AS dan sekutunya tidak terlalu khusus tentang metode licik yang mereka gunakan untuk meraih tujuan kotor mereka yakni mengotori citra Rusia dan mengisolasi Rusia dari dunia internasional," tulis Kedubes Korut di Moskow.
Baca juga: Ungkit Permintaan Putin, Korea Utara Salahkan AS atas Konflik antara Ukraina Vs Rusia
Baca juga: Tinggalkan AS, Media Rusia Sebut Arab Saudi akan Gabung dengan Aliansi Moskow dan China, Benarkah?
Korea Utara Nilai AS Perparah Konflik Rusia-Ukraina
Komentar pedas dilontarkan oleh media pemerintah Korea Utara (Korut) terkait isu konflik antara Rusia dan Ukraina.
Negara pimpinan Kim Jong Un itu menilai Amerika Serikat (AS) sebagai provokator yang semakin memperburuk situasi konflik antara Rusia dan Ukraina.
Bahkan media pemerintah Korut tersebut menyebut Presiden AS Joe Biden sebagai kakek tua yang ceroboh.

Dikutip TribunWow.com dari rt.com, pernyataan ini disampaikan oleh kantor berita milik pemerintah Korut yakni Korean Central News Agency (KCNA).
Korut menyoroti bagaimana AS berusaha untuk mendiskreditkan Rusia dalam konflik ini.
KCNA lalu mengungkit bagaimana AS telah membunuh jutaan orang tak bersalah di Afghanistan hingga Irak.
Kemudian KCNA mengungkit momen Biden menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai penjahat perang dan tak bisa dibiarkan berkuasa.
"Memanggil kepala negara lain sebagai seorang penjahat perang dan diktator pembunuh tanpa alasan yang jelas adalah sebuah penghinaan terhadap negara lain dan pelanggaran nyata terhadap kedaulatan," ujar KCNA.
KCNA lalu menyatakan Biden mengucapkan hal tersebut karena pikun dan ceroboh.
"Ucapannya yang sembrono menunjukkan kecerobohan seorang kakek tua yang pikun," tulis KCNA.