Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Nilai Putin Sama Dengan Nazi, Inggris Sebut Invasi ke Ukraina Nodai Peringatan Hari Kemenangan 9 Mei

Menteri Pertahanan Inggris, Ben Wallace, menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin dan lingkaran politik dalamnya mencerminkan fasisme Nazi melalui invas

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Twitter @ukraine
Ukraina mengunggah gambar Adolf Hitler dan Vladimir Putin untuk menyindir invasi militer Rusia pada wilayahnya, Kamis (24/2/2022). Terbaru, Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace samakan kelakuan Putin dengan Nazi, Senin (9/5/2020). 

TRIBUNWOW.COM - Menteri Pertahanan Inggris, Ben Wallace, menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin dan lingkaran politik dalamnya mencerminkan fasisme Nazi melalui invasi ke Ukraina.

Ia menganggap hal tersebut bertentangan dengan prinsip Hari Perayaan Kemenangan Uni Soviet dari Nazi yang dirayakan setiap 9 Mei.

Menurut Wallace, Putin akan membajak peringatan tahunan itu dan mengatakan bahwa para politisi dan jenderal senior Rusia terlibat.

Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace. Ben adalah satu dari dua menteri yang ditelepon OTK ngaku PM Ukraina.
Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace. Ben adalah satu dari dua menteri yang ditelepon OTK ngaku PM Ukraina. (AFP/Arabnews)

Baca juga: Inggris Gelontorkan Rp 23 Triliun untuk Bantu Ukraina Hadapi Rusia, Minta Hentikan Kebrutalan Putin

Baca juga: VIDEO Inggris-Irlandia Ciut seusai Rusia Tayangkan Video Simulasi Serangan Nuklir, Langsung Hancur

Dilansir TribunWow.com dari The Guardian, Senin (9/5/2022), Wallace menuturkan hal tersebut pada dalam pidatonya di National Army Museum di London.

Ia menyebut invasi Rusia ke Ukraina itu hal yang ilegal dan kejam.

"Melalui invasi mereka ke Ukraina, Putin, lingkaran dalam dan jenderalnya sekarang mencerminkan fasisme dan tirani 70 tahun yang lalu, mengulangi kesalahan rezim totaliter abad lalu," kata Wallace, Senin (9/11/2022).

"Invasi mereka yang tidak beralasan dan ilegal ke Ukraina, serangan terhadap warga yang tidak bersalah dan rumah mereka, dan kekejaman yang meluas, termasuk dengan sengaja terhadap perempuan dan anak-anak, merusak ingatan akan pengorbanan masa lalu dan reputasi global yang pernah dibanggakan Rusia."

Diketahui, tanggal 9 Mei menjadi hari bersejarah bagi Rusia yang merupakan pecahan Uni Soviet.

Setiap tanggal tersebut, Rusia akan menggelar parade tahunan yang semakin dianggap penting selama 20 tahun kepemimpinan Putin.

Pada hari ini, tentara dan tank yang tidak bertempur di Ukraina akan berparade melalui Moskow dan kota-kota Rusia lainnya.

Tetapi Wallace diperkirakan akan mengatakan bahwa kehadiran jenderal-jenderal tentaralah yang sangat tidak pantas.

Pasalnya, mereka membiarkan Kremlin membuat persamaan yang salah antara perjuangan anti-fasis dalam perang dunia kedua dan serangan tak beralasan terhadap Ukraina yang demokratis.

"Mari kita sebut absurditas para jenderal Rusia, gemerlap dalam seragam parade terawat mereka dan terbebani oleh banyak medali mereka, karena benar-benar terlibat dalam pembajakan Putin atas sejarah kebanggaan leluhur mereka untuk bertahan melawan invasi kejam; memukul mundur fasisme; mengorbankan diri mereka sendiri untuk tujuan yang lebih tinggi," kata menteri pertahanan itu.

Wallace mengatakan bahwa prajurit profesional juga harus terkejut dengan perilaku tentara Rusia.

Pasukan Moskow telah dituduh berulang kali membom warga sipil, sementara gagal mencapai tujuan militer yang telah ditetapkan.

"Mereka tidak hanya terlibat dalam invasi ilegal dan kejahatan perang, tetapi petinggi mereka telah gagal pangkat dan arsip mereka sendiri sejauh mereka harus diadili di pengadilan militer," ujar Wallace.

Militer Rusia teretahan di Ukraina setelah lebih dari dua bulan pertempuran, termasuk upaya yang gagal untuk merebut ibu kota Kyiv.

Kini Rusia mencoba mengerahkan pasukan massal di timur untuk mendapatkan keuntungan teritorial dalam pertempuran di wilayah Donbas.

Baca juga: Luncurkan Rudal Iskander, Rusia Berhasil Hancurkan Pasokan Senjata Barat untuk Ukraina

Baca juga: Senjata Bantuan AS Tak Berguna, Komandan Ukraina Sebut Sistem Anti Tank Javelin Tak Bisa Halau Rusia

Tokoh Rusia Anggap Perlu Praktikkan Hukuman Ala Nazi

Figur publik Rusia memberikan pernyataan kontroversial mengenai konflik di Ukraina.

Ia menyebutkan mengenai ancaman tanpa ampun bagi para penentang invasi Rusia ke Ukraina.

Dikatakan bahwa hukuman tersebut mencangkup praktik terlarang yang pernah diterapkan oleh Nazi di masa lalu.

Dilansir TribunWow.com dari Daily Mail, Kamis (5/5/2022), Karen Shakhnazarov, seorang pembuat film pro-Putin, mengecam setiap penentang huruf Z yang merupakan simbol invasi Rusia.

Ia mengatakan lawan tersebut akan menghadapi tindakan tanpa belas kasih dari Rusia.

Dalam acara yang disiarkan saluran televisi milik negara, Rusia 1, ia memperingatkan bahwa penentang perang Rusia di Ukraina akan menghadapi hukuman keras termasuk kamp konsentrasi dan sterilisasi.

"Penentang huruf Z harus memahami bahwa jika mereka mengandalkan belas kasihan, tidak, tidak akan ada belas kasihan bagi mereka," kata Shakhnazarov, yang memimpin studio film Mosfilm yang didukung Kremlin.

"Semuanya menjadi sangat serius. Dalam hal ini, itu berarti kamp konsentrasi, pendidikan ulang dan sterilisasi."

Shakhnazarov kemudian mengklaim komentarnya telah diambil di luar konteks, tetapi tidak memberi keterangan lebih jauh.

Seolah mengonfirmasi pernyataan tersebut, sebelumnya santer diberitakan bahwa ribuan penduduk Mariupol dibawa paksa pasukan Rusia.

Hingga saat ini belum diketahui nasib penduduk yang didominasi wanita dan anak-anak tersebut.

Muncul kekhawatiran bahwa pasukan Presiden Vladimir Putin mengumpulkan para penduduk tersebut ke semacam kamp konsentrasi.

Dilansir TribunWow.com dari Sky News, Minggu (20/3/2022), Walikota Mariupol Vadym Boychenko mengklaim bahwa beberapa ribu penduduk Mariupol telah dibawa secara paksa ke Rusia.

Namun, belum ada bukti maupun konfirmasi dari pihak terkait mengenai tudingan ini.

Boychenko menuduh beberapa penduduk diarahkan ke kota-kota terpencil begitu melintasi perbatasan Rusia.

Ia pun membandingkan praktik ini seperti yang pernah terjadi pada masa perang dunia kedua.

Pada masa itu, sejumlah penduduk etnis Yahudi dibawa oleh tentara Nazi ke kamp-kamp konsentrasi untuk dieksekusi atau mengalami penyiksaan.

Dia mengatakan orang-orang secara ilegal dipindahkan dari distrik tepi kiri dan tempat perlindungan di gedung klub olahraga.

Tempat perlindungan tersebut disebut berisi dari seribu orang yang bersembunyi dari pengeboman.

Sehingga diasumsikan para pengungsi tersebut banyak berasal dari kalangan anak-anak dan wanita yang memang diprioritaskan untuk berlindung.

Menurut Boychenko, militer Ukraina telah ditarik dari daerah itu untuk menghindari situasi yang menempatkan warga sipil dalam bahaya.

Melalui postingan Telegram, Boychenko menyebut warga Mariupol yang ditangkap dibawa ke kamp penyaringan, di mana penjaga memeriksa ponsel dan dokumen warga.

"Setelah pemeriksaan, beberapa warga Mariupol dialihkan ke kota-kota terpencil di Rusia, nasib yang lain masih belum diketahui," tulis Boychenko.

"Apa yang dilakukan penjajah hari ini sudah tidak asing lagi bagi generasi tua, yang melihat peristiwa mengerikan Perang Dunia II, ketika Nazi menangkap orang secara paksa."

"Sulit membayangkan bahwa di abad ke-21 orang akan dideportasi secara paksa ke negara lain."

Dikutip dari kanal Ukrinform, Senin (21/3/2022), Boychenko juga sempat mengungapkan kegeramannya.

"Pasukan Rusia tidak hanya menghancurkan Mariupol kita yang damai, mereka bahkan telah melangkah lebih jauh dan mulai mengusir penduduk Mariupol," seru Boychenko.

"Semua kejahatan perang oleh Rusia harus mendapatkan hukuman yang paling berat," pungkasnya.(TribunWow.com)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Tags:
Vladimir PutinNaziInggrisUkrainaRusia
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved