Konflik Rusia Vs Ukraina
Kembali Evakuasi Warga Ukraina di Pabrik Baja Azovtal, Sekjen PBB: Mengeluarkan Orang dari Neraka
PBB berencana menggelar operasi ketiga untuk mengevakuasi warga sipil dari Mariupol, Ukraina, yang dijadwalkan pada hari ini, Jumat (6/5/2022).
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
Namun pasukan Ukraina yang tersisa di dalam pabrik, para pejuang dari resimen Azov, beberapa marinir, penjaga perbatasan dan polisi, mengatakan serangan Rusia terus berlanjut.
Dalam pidatonya semalam, Presiden Ukraina Zelensky juga mengatakan bahwa penembakan Rusia dan upaya untuk merebut kendali pabrik baja sedang berlangsung.
"Bayangkan saja neraka ini. Dan ada anak-anak! Lebih dari dua bulan penembakan terus-menerus, pengeboman, kematian terus-menerus di dekatnya," kata Zelensky.
Resimen Azov merilis rekaman drone yang menunjukkan ledakan di pabrik baja, tetapi tanggal rekaman tidak dapat diverifikasi.
Sebelumnya pada hari Kamis Sviatoslav Palamar, seorang komandan resimen Azov, mengatakan bahwa para pembela Ukraina sedang berperang pertempuran berdarah yang sulit karena pasukan Rusia yang berhasil memasuki bagian dari kompleks tersebut.
Tetapi Kremlin membantah pasukannya telah mencoba menyerbu pabrik dan bersikeras bahwa koridor kemanusiaan dibuka sebagai bagian dari gencatan senjata tiga hari yang dimulai pada hari Kamis.
Rusia melancarkan invasi ke Ukraina 10 minggu lalu tetapi belum mendapatkan kendali penuh atas kota-kota besar Ukraina.
Baca juga: Warga Mariupol Berhasil Dievakuasi setelah Lama Terjebak di Pabrik Azovtal yang Dikepung Rusia
Baca juga: Berencana Kirim Bom 3 Ton, Rusia Serang Pabrik Baja Azovtal Tempat Ribuan Warga Ukraina Berlindung
Perdebatan Sengit Menlu Putin dan Sekjen PBB
Sekretaris Jenderal Antonio Guterres melakukan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov di Moskow, Selasa (26/4/2022).
Keduanya membahas mengenai kemungkinan perdamaian antara Rusia dan Ukraina yang berkonflik.
Juga mengenai negosiasi yang terhenti serta ketidakpuasan Rusia kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Adapun, pertemuan itu dilakukan sebelum Guterres nantinya berunding langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Dilansir Sky News, Lavrov menyatakan invasi ke Ukraina adalah seruan peringatan yang berbahaya bagi PBB.
Ia juga menuduh PBB berusaha mencoret aturan dasar dari piagamnya sendiri.
"Organisasi ini dibuat atas dasar persamaan kedaulatan negara," tambah Lavrov dikutip TribunWow.com, Rabu (27/4/2022).