Konflik Rusia Vs Ukraina
Viral Video Puluhan Mayat Tergeletak di Jalan Raya Mariupol yang Dibiarkan, Ini Faktanya
Beredar sebuah video menampilkan puluhan mayat bertebaran di sebuah jalan raya yang berada di Kota Mariupol.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Kota Mariupol, Ukraina saat ini masih dalam blokade pasukan militer Rusia.
Beberapa tentara dan warga Ukraina masih ada yang terjebak di kompleks pabrik baja Azovstal tidak bisa keluar dan enggan menyerah.
Kini muncul di media sosial (medsos), sebuah video menampilkan puluhan mayat tergeletak di sebuah jalan raya di Kota Mariupol.
Baca juga: 27 Kru Hilang, Kemenhan Rusia Buka Suara soal Korban Tenggelamnya Kapal Moskva
Baca juga: Serbu Kantor Media di Ukraina, Tentara Rusia Ancam Jurnalis agar Sebarkan Berita Ini
Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, ada sekira 23 mayat warga sipil tergeletak dibiarkan begitu saja di jalan raya.
Total ada empat video yang beredar di medsos.
Berdasarkan penelusuran tim pemeriksa fakta BBC, para jasad tersebut menggunakan pakaian warga sipil dan tidak membawa senjata.
Selain menampilkan mayat manusia, video yang beredar juga merekam kerusakan pada bangunan-bangunan dan puing-puing di jalanan.
Beberapa warga yang masih hidup juga tampak beraktivitas melewati jasad-jasad manusia tersebut.
Lokasi direkamnya video ini diketahui berada di dekat pabrik besi dan baja Ilyich yang berada di daerah utara Mariupol.
Ada beberapa orang yang merekam video ini.
Pertama adalah Patrick Lancaster, seorang veteran mantan anggota intelijen angkatan laut Amerika Serikat (AS).
Patrick diketahui aktif merekam video wilayah Ukraina yang dikontrol oleh Rusia sejak tahun 2014 silam.
Tak hanya itu, Patrick aktif tampil sebagai narasumber di acara stasiun televisi (TV) milik pemerintah Rusia.
Sementara itu, sosok lain yang merekam video di Mariupol adalah seorang jurnalis Italia bernama Vittorio Nicola Rangeloni.
Rangeloni yang tinggal di wilayah timur Ukraina mulai aktif merekam situasi di Mariupol pada akhir Maret 2022.
Tim pemeriksa fakta BBC telah mencoba menghubungi Patrick dan Rangeloni namun belum ada jawaban.
Masih belum jelas kapan video ini diambil, namun berdasarkan sebuah portal berita bernama ANNA, diduga video ini diambil pada 15 April 2022.
Dalam video itu, beberapa warga yang ada di tempat kejadian perkara (TKP) mengatakan, para jasad itu tewas karena diserang oleh penembak jitu Ukraina.
Sebelumnya diberitakan, Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengeluarkan instruksi kepada pasukan militernya untuk memblokade Kota Mariupol.
Sejumlah pasukan militer Ukraina yang dulu menolak menerima tawaran Rusia untuk menyerah, kini terjebak di Mariupol.
Pemerintah Inggris mencurigai ada maksud lain mengapa Putin tidak memilih untuk menyerbu Mariupol khususnya pabrik baja Azovstal.
Dikutip TribunWow.com dari Aljazeera.com, kecurigaan ini disampaikan oleh Kementerian Pertahanan Inggris.
Kemenhan Inggris menjelaskan, Rusia berniat memblokir pasukan militer Ukraina yang ada di Mariupol agar tidak pergi ke mana-mana.
Di saat pasukan Ukraina tertahan di Mariupol, Rusia akan mengerahkan pasukannya ke wilayah lain.
"Serangan darat total oleh Rusia ke pabrik (Azovstal) kemungkinan besar akan menyebabkan kekalahan besar untuk Rusia, yang nantinya akan mengurangi efektivitas kekuatan tempur mereka," papar Kemenhan Inggris.
Kemenhan Inggris juga menyampaikan, meskipun kini perang memasuki babak baru namun pasukan militer Rusia masih menderita kerugian akibat masa-masa awal konflik.
Presiden Rusia Vladimir Putin diketahui telah memerintahkan pasukannya untuk tidak menyerbu benteng terakhir Ukraina yang tersisa di kota Mariupol yang terkepung.
Hal ini diutarakan setelah menteri pertahanannya, Sergei Shoigu mengakui tentara Rusia masih memerangi ribuan tentara Ukraina di sana.
Putin menilai rencana untuk menyerbu pabrik baja Azovstal tidak praktis dan justru mengintruksikan pasukan Rusia untuk memblokade daerah itu agar tak seekor lalat bisa lewat.
Tentara Ukraina di Mariupol Dilarang Menyerah
Di sisi lain, Pimpinan Chechnya Ramzan Kadyrov mengungkapkan bagaimana para tentara Ukraina diperlakukan secara tak manusiawi oleh komandan mereka.
Diketahui kini masih tersisa sejumlah tentara Ukraina yang bertahan di pabrik baja Azovstal yang berada di Kota Mariupol.
Kadyrov menjelaskan, para tentara Ukraina itu saat ini dipimpin oleh batalion nasionalis Ukraina yang bersikap keji bahkan terhadap rekan seperjuangan mereka sendiri.
Dikutip TribunWow.com dari Tass.com, Kadyrov lewat akun Telegram miliknya menjelaskan bagaimana para tentara Ukraina yang terjebak di dalam Mariupol dipaksa untuk terus berperang oleh komandan mereka.
Informasi ini diperoleh Kadyrov seusai bertanya ke seorang tawanan perang.
Batalion nasionalis Ukraina yang kini memimpin para tentara Ukraina di Azovstal disebut akan menembak mati para tentara yang memilih untuk menyerah ke Rusia.
"Menurut keterangan tawanan, mayoritas dari mereka yang terkurung di belakang tembok tebal pabrik ingin cepat-cepat pergi meninggalkan wilayah sambil memegang bendera putih," ungkap Kadyrov.
"Namun inisiatif ini tidak didukung oleh sang komandan batalion nasionalis."
"Kami telah mengkonfirmasi informasi tentang mengeksekusi mati anggota mereka sendiri yang ingin menyerah," papar Kadyrov.
Kadyrov menyampaikan, batalion nasionalis juga telah menyebarkan disinformasi kepada anggota mereka tentang nasib para tahanan perang di tangan Rusia.
Diketahui pemerintah Rusia telah memberikan kesempatan kepada pasukan militer Ukraina di Mariupol agar menyerah.
Namun beberapa tentara Ukraina tetap enggan menyerah dan memutuskan untuk melawan Rusia hingga titik darah penghabisan.
Beberapa di antaranya bertahan di pabrik baja Azovstal yang berada di Mariupol.
Dikutip TribunWow.com dari Sky News, Mayor Serhiy Volyna menyatakan pasukannya yakni brigade marinir ke-36 akan terus bertempur melawan Rusia.
Lewat sebuah video, Volyna menyampaikan sebuah permohonan kepada para pemimpin dunia untuk membantu Mariupol dan Ukraina.
"Ini adalah pesan kami kepada dunia. Ini mungkin jadi pesan terakhir kami," ucap Volyna.
"Kami mungkin hanya memiliki beberapa hari atau jam tersisa."
"Kekuatan musuh 10 kali lebih besar dibandingkan kami. Mereka menguasai udara, artileri, tank dan unggul dalam kendaraan tempur."
Volyna mengatakan, misinya dan pasukannya di Mariupol adalah mempertahankan pabrik baja Azovstal.
"Kami meminta kepada para pemimpin dunia untuk bantu kami," kata Volyna.
Volyna ingin agar dirinya dan para pasukannya dievakuasi ke negara dunia ketiga.
Menurut Volyna ada 500 tentara yang terluka, dan ratusan warga sipil di Mariupol termasuk wanita dan anak-anak yang belum dievakuasi.
"Kami meminta diberikan keamanan di teritori negara dunia ketiga," ujar Volyna. (TribunWow.com/Anung/Via)