Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Tanggapi Penangguhannya di Dewan HAM PBB, Wakil Putin Sebut akan Gunakan Segala Cara

Rusia menyesalkan penangguhan keanggotaannya dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB (UNHRC).

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Elfan Fajar Nugroho
AFP
Presiden Rusia Vladimir Putin (depan) didampingi juru bicaranya, Dmitry Peskov. Terbaru, Rusia beri tanggapan soal penangguhannya dari Dewan HAM PBB, Kamis (7/4/2022). 

TRIBUNWOW.COM - Rusia menyesalkan penangguhan keanggotaannya dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB (UNHRC).

Penangguhan tersebut dilakukan menyusul terungkapnya kekejaman tentara Rusia di wilayah Ukraina.

Namun, Rusia tak serta merta menghentikan invasinya ke Ukraina, meski tidak lagi mendapat hak istimewa dalam aliansi tersebut.

Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi pada Rabu (2/3/2022) yang menuntut agar Rusia segera mengakhiri operasi militernya di Ukraina. Sebanyak 141 negara memberikan suara mendukung resolusi tersebut, yang menegaskan kembali kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas wilayah Ukraina.
Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi pada Rabu (2/3/2022) yang menuntut agar Rusia segera mengakhiri operasi militernya di Ukraina. Sebanyak 141 negara memberikan suara mendukung resolusi tersebut, yang menegaskan kembali kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas wilayah Ukraina. (UN PHOTO via Kompas.com)

Baca juga: Temukan Pemakaman Massal, PBB Ungkap Jumlah Korban Tewas akibat Serangan Rusia di Mariupol

Baca juga: Tuding PBB Sebar Hoaks, Rusia Sebut RS Bersalin Mariupol yang Diserang adalah Sarang Militer Ukraina

Dikutip TribunWow.com dari TASS, Jumat (8/4/2022), juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan sikap tersebut pada Sky News dalam sebuah wawancara.

Pihak Presiden Rusia Vladimir Putin mengaku menyayangkan keputusan PBB tersebut.

Hanya saja penangguhan ini tak menyurutkan niat Rusia untuk mencapai tujuannnya.

"Kami menyayangkan hal itu dan kami akan terus membela kepentingan kami menggunakan segala cara hukum yang mungkin," kata Peskov.

Menurut laporan Reuters, Moskow menggambarkan langkah itu sebagai sikap tidak bersahabat dan mengatakan akan ada konsekuensi untuk hubungan bilateral.

Diketahui, pada hari Kamis (7/4/2022), Majelis Umum PBB (UNGA) mengeluarkan resolusi tentang penangguhan Rusia dari Dewan Hak Asasi Manusia selama sesi khusus.

Sebanyak 93 suara mendukung resolusi tersebut, 24 menentang, sementara 58 delegasi abstain.

Untuk pengambilan keputusan diperlukan dua pertiga suara, dan suara abstain tidak diperhitungkan.

Sehingga jumlah suara yang dihitung menjadi 117 banding 93 suara, yang memungkinkan resolusi untuk disahkan.

Dilansir Sky News, Kamis (7/4/2022), pemungutan ini dilakukan lantaran adanya tuduhan pelanggaran HAM oleh tentara Rusia, yang oleh Amerika Serikat dan Ukraina disebut dengan kejahatan perang.

Bukti pelanggaran tersebut terlihat setelah Rusia mundur dari wilayah di sekitar Kiev, khsusunya di Bucha dan Borodyanka, di mana terlihat mayat penduduk bergelimpangan.

Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield meluncurkan kampanye untuk mengeluarkan Rusia dari UNHRC.

Ia mengatakan Rusia harus diperingatkan agar tidak terus bertindak seperti negara kebal hukum dengan berpura-pura menghormati hak asasi manusia.

Menteri luar negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, mengatakan dia berterima kasih kepada semua negara anggota yang mendukung pemungutan suara itu.

Sebagai informasi, Rusia adalah anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan tidak dapat dicopot.

Namun, penangguhannya dari UNHRC dipandang sebagai cara yang signifikan bagi PBB untuk menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap tindakan Rusia di Ukraina.

Ini adalah sinyal bahwa dua pertiga anggota UNGA percaya bahwa mereka tidak pantas menjadi anggota badan hak asasi manusia internasional.

Baca juga: Deretan Negara yang Dukung, Tolak, dan Abstain dalam Resolusi PBB soal Invasi Rusia ke Ukraina

Baca juga: Jawaban Kemenlu soal Indonesia Tak Dukung Draf Resolusi PBB untuk Akhiri Serangan Rusia ke Ukraina

NATO Ancam Rusia agar Tarik Pasukan

Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) merilis tanggapan resmi terkait tindakan Rusia menginvasi Ukraina.

Sekretaris Jenderal NATO, Perdana Menteri Norwegia Jens Stoltenberg, mengecam keras keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin tersebut.

Pihaknya mengingatkan akan adanya konsekuensi atas tindakan yang mengancam keseimbangan negara-negara di kawasan Atlantik utara tersebut.

Dilansir laman resmi nato.int, Kamis (24/2/2022), Jens Stoltenberg mengecam invasi militer Rusia tersebut.

Ia menyebut tindakan pasukan Vladimir Putin terlalu ceroboh dan berisiko tinggi pada kesalamatan rakyat.

Jens Stoltenberg juga menyinggung berbagai upaya damai yang tak digubris oleh Rusia.

"Saya mengutuk keras serangan Rusia yang sembrono tidak beralasan terhadap Ukraina, yang membahayakan nyawa warga sipil yang tak terhitung jumlahnya," tegas Jens Stoltenberg secara tertulis dikutip TribunWow.com.

"Sekali lagi, terlepas dari peringatan berulang kali dan upaya tak kenal lelah kami untuk terlibat dalam diplomasi, Rusia telah memilih jalan agresi terhadap negara yang berdaulat dan merdeka."

Pihak NATO menilai serangan yang dilakukan Rusia mencederai perdamaian yang sudah tercipta.

Ia pun meminta Rusia menghentikan tindakannya yang dikhawatirkan akan menimbulkan perang antar negara.

"Ini adalah pelanggaran berat hukum internasional, dan ancaman serius bagi keamanan Euro-Atlantik," kata Jens Stoltenberg.

"Saya meminta Rusia untuk segera menghentikan aksi militernya dan menghormati kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina."

Atas tindakan Rusia, pihak NATO berjanji akan menggelar pertemuan demi mengambil sikap atas tindakan Rusia.

NATO menyatakan membela Ukraina yang kini tengah bersiap untuk mempertahankan negara.

Disebutkan juga adanya konsekuensi yang akan diterima Rusia atas tindakannya menginvasi Ukraina.

"Sekutu NATO akan bertemu untuk membahas konsekuensi dari tindakan agresif Rusia. Kami berdiri bersama rakyat Ukraina pada saat yang mengerikan ini. NATO akan melakukan semua yang diperlukan untuk melindungi dan membela semua Sekutu," terang Jens Stoltenberg.

Diketahui, NATO merupakan himpunan militer yang terdiri dari 30 negara di sekitar kawasan Atlantik Utara termasuk Italia, Perancis Amerika Serikat dan Inggris.

Organisasi ini awalnya dibentuk untuk menanggulangi serangan Uni Soviet seusai perang Dunia ke-II.

Meski Uni Soviet kini telah bubar, NATO terus berdiri dan

Ukraina yang awalnya berencana untuk bergabung pada organisasi tersebut, akhirnya menarik diri setelah Rusia menyatakan keberatannya. (TribunWow.com)

Berita terkait lainnya

Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaRusiaUkrainaVladimir PutinVolodymyr ZelenskyHAM PBBNATO
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved