Konflik Rusia Vs Ukraina
Ini Reaksi Joe Biden soal Pembantaian Warga Sipil Ukraina di Bucha
Kasus tentara Rusia diduga melakukan pembantaian warga sipil di Bucha menarik perhatian banyak pihak, satu di antaranya adalah Presiden AS Joe Biden.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden ikut bersuara soal insiden pembantaian warga sipil di Kota Bucha, Ukraina.
Joe Biden meminta agar dilakukan persidangan kejahatan perang atas apa yang terjadi di Bucha.
Selain itu, Joe Biden juga bersumpah akan memberikan sanksi yang lebih berat kepada Rusia.

Baca juga: Kontroversi Pembantaian di Bucha, Rusia Soroti Kejanggalan Mayat hingga Kecurigaan Jurnalis AS
Baca juga: Penampakan Ibu di Ukraina Tutup Jasad Anak Gadisnya Hanya Pakai Papan Kayu, In Kisah Pilunya
Dikutip TribunWow.com dari themoscowtimes.com, di sisi lain Uni Eropa siap mengirim investigator untuk mengumpulkan bukti kejahatan perang di Bucha.
Biden bahkan tak segan menyebut Putin sebagai penjahat perang.
Ia menyebut insiden yang terjadi di Bucha adalah hal kejadian yang luar biasa.
"Kita harus mengumpulkan semua detail untuk menyelenggarakan persidangan kejahatan perang," jelas Biden.
Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tak kuasa menahan emosi melihat kondisi kota Bucha, yang berada di dekat ibukota Kiev.
Ia sempat kesulitan bicara lantaran berusaha membendung air mata ketika memberi pernyataan pada awak media.
Presiden 44 tahun itu pun menegaskan bahwa kejahatan perang yang dilakukan oleh Rusia harus mendapat pengadilan.
Diketahui, Bucha adalah wilayah yang sempat dijadikan pangkalan militer Rusia dalam usahanya menguasai Kiev.
Setelah pasukan Rusia ditarik mundur, baru terlihat sisa-sisa kekejaman perang di tempat tersebut.
Dari foto-foto dan video yang beredar, ratusan mayat bergelimpangan di jalan dan rumah-rumah.
Sementara itu, ditemukan bukti kekerasan pada masyarakat sipil di ruang-ruang bawah tanah.
"Ini adalah kejahatan perang dan akan dinyatakan sebagai genosida oleh dunia," kata Zelensky dilansir TribunWow.com dari YouTube Daily Mail, Selasa (5/5/2022).
"Kalian (awak media) telah datang hari ini dan melihat langsung apa yang terjadi."
"Kami tahu ribuan orang telah dibunuh dan disiksa dengan tubuh yang diamputasi, wanita dirudapaksa, anak-anak dibunuh."
Terdiam sejenak, Zelensky menunduk dan menggelengkan kepalanya.
"Ini memang genosida," ucapnya.
Dilansir The Sun, Selasa (5/4/2022), presiden 44 tahun tersebut melanjutkan pernyataannya.
“Kami adalah warga Ukraina. Kami memiliki lebih dari 100 kebangsaan. Ini tentang penghancuran, dan pemusnahan semua bangsa ini," ujar Zelensky.
Dia menekankan bahwa setiap kejahatan penjajah di wilayah negara itu akan diselidiki.
Ia juga bersumpah bahwa penjahat perang akan dibawa ke pengadilan.
"Setiap orang yang bersalah atas kejahatan semacam itu akan dimasukkan ke dalam Buku Algojo khusus, mereka) akan ditemukan dan dihukum," tekan Zelensky.
"Dunia telah melihat banyak kejahatan perang. Waktunya telah tiba untuk menjadikan kejahatan perang yang dilakukan oleh pasukan Rusia sebagai kejahatan terakhir di Bumi."
"Sangat sulit untuk berbicara ketika anda melihat apa yang telah mereka lakukan di sini," tutupnya.
Baca juga: Terungkap Keseharian Zelensky di Dalam Bunker, Hanya Tidur 2 Jam hingga Tak Bisa Temui Keluarga
Baca juga: Putin Ajukan Syarat agar Bersedia Dipertemukan dengan Zelensky, Jubir Rusia Singgung Hal Berikut
Lihat tayangan selengkapnya dari menit pertama:
Kondisi Mengerikan Kota Bucha
Setelah pasukan Rusia mundur dari wilayah Kiev, Ukraina, fakta mengerikan terungkap.
Kehancuran terlihat dari wilayah yang ditinggalkan Rusia di mana terlihat mayat-mayat berserakan di jalan-jalan di pinggiran kota Kiev.
Pakar Ukraina telah memperingatkan bahwa beberapa kota yang dikosongkan oleh pasukan Rusia mungkin memperlihatkan kekejaman yang lebih buruk daripada di Bucha.
Pasalnya, penduduk setempat mengklaim pasukan Putin membunuh anak-anak, terlibat dalam pemerkosaan massal dan melakukan eksekusi.
Dikutip TribunWow.com dari Daily Mail, Senin (4/4/2022), Moskow dituduh melakukan genosida setelah pasukan Rusia yang mundur meninggalkan bukti mengerikan.
Ditemukan kuburan massal dan pembunuhan warga sipil, beberapa di antaranya tangannya diikat ke belakang, di kota komuter Bucha, dekat Kiev.
Diketahui, Rusia menarik diri dari kota Kiev dan Chernihiv pada hari Jumat, (1/4/2022) hingga 25 mil di beberapa tempat.
Tetapi ketika orang-orang yang selamat muncul dari tempat persembunyian mereka di bawah tanah, kisah-kisah mereka dan kehancuran yang tak terhitung di sekitar mereka mengungkapkan kengerian.
Di antara tank-tank yang hancur dan rumah-rumah yang hancur, mayat-mayat berjajar di jalanan Bucha, sebuah kota pinggiran berpenduduk 28 ribu jiwa sebelum perang.
Gambar-gambar yang terlalu menyedihkan untuk dipublikasikan menunjukkan tubuh seorang pria terikat dan dibuang ke selokan.
Mayat lainnya berserakan di depan stasiun kereta api dan di pinggir jalan.
Di sebuah jalan saja ada 20 mayat, semuanya berpakaian sipil, tangan mereka diikat di belakang.
Seorang anak laki-laki berusia 14 tahun termasuk di antara mereka.
Foto lain menunjukkan tiga pria dengan lengan diikat, tergeletak di pinggir jalan di samping tumpukan palet kayu.
Menurut Telegraph, ditemukan juga jasad yang dipenggal diduga pengungsi yang berusaha melarikan diri.
"Semua orang ini ditembak, dibunuh, di bagian belakang kepala," kata Walikota Bucha, Anatoly Fedoruk.
"Seluruh keluarga, anak-anak, wanita, lansia, pria dibunuh karena mencoba melarikan diri."
Dalam satu insiden di Bucha, tentara Rusia memaksa lima pria berlutut, menarik baju ke atas kepala mereka dan menembak mereka di belakang kepala.
Wanita lain di kota itu mengatakan tentara Rusia membawanya dan 40 lainnya ke alun-alun untuk menyaksikan adegan serupa dengan empat pria – meskipun kali ini hanya satu dari mereka yang tertembak.
Di Irpin terdekat, kota komuter lain yang dikosongkan oleh Rusia minggu lalu, lebih banyak mayat berserakan di taman.
"Mereka menembak gadis dan wanita, dan kemudian menabrak mereka dengan tank," kata walikota Alexander Markushyn.
Di Staryi Bykiv, sebelah timur Kiev, seorang wanita menyaksikan orang-orang Rusia mengumpulkan putranya dan lima pria lainnya dan membunuh mereka di depannya.
"'Kasus-kasus yang kami dokumentasikan berjumlah tak terkatakan, kekejaman yang disengaja dan kekerasan terhadap warga sipil Ukraina," ujar Hugh Williamson, dari Human Rights Watch.
Jaksa Ukraina mengatakan mereka telah menemukan 410 mayat di kota-kota dekat ibukota Kiev.
Mereka juga mengatakan beberapa saksi terlalu trauma untuk berbicara.
Dua kuburan massal ditemukan di Bucha, yang dijuluki 'Srebrenica Baru' mengacu pada pembantaian 8 ribu Muslim tahun 1995 selama Perang Bosnia.
Kementerian pertahanan Ukraina men-tweet cuplikan adegan tersebut, juga membandingkan gambar mengerikan dengan pembunuhan tahun 1995 terhadap 8 ribu pria dan anak laki-laki Muslim di Bosnia.
"Srebrenica baru. Kota Bucha berada di tangan binatang selama beberapa minggu," bunyi cuitan tersebut.
"Warga sipil dieksekusi secara sewenang-wenang, beberapa dengan tangan diikat ke belakang, tubuh mereka berserakan di jalan-jalan kota."
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan walikota Kiev Vitali Klitschko menuduh negara Rusia melakukan genosida.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengutuk tindakan Rusia dan menuduh Vladimir Putin dan pasukannya melakukan kejahatan perang di Ukraina dengan melakukan serangan keji terhadap warga sipil tak berdosa.
Inggris, Prancis dan Jerman, bersama dengan Sekretaris Jenderal NATO, pada Minggu malam menyerukan penyelidikan internasional untuk membuka tuduhan kejahatan perang Rusia.
Kekhawatiran akan rencana genosida tumbuh karena diklaim bahwa Rusia mengadopsi standar teknis negara bagian untuk membuat kuburan massal beberapa minggu sebelum invasi.
Pasukan Rusia dikatakan telah diajari bagaimana membangun kuburan besar untuk 1.000 mayat hanya dalam tiga hari dalam kebijakan yang mulai berlaku pada 1 Februari.
Para pengamat khawatir hal itu dapat menunjukkan bahwa Putin telah merencanakan genosida di Ukraina dalam skala yang tidak terlihat sejak Perang Dunia Kedua.(TribunWow.com/Anung/Via)