Konflik Rusia Vs Ukraina
Menyamar Jadi Tentara Rusia, Ukraina Dituduh Sengaja Buat Video Pembunuhan Massal Warga Sipil
Kelompok nasionalis di Ukraina disebut secara sengaja membuat video pembunuhan massal seolah-olah dilakukan oleh tentara Rusia.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Otoritas Ukraina dituding tega melakukan hal sadis demi mendiskreditkan pasukan militer Rusia.
Rusia menuding pihak Ukraina secara sengaja membuat sebuah video aksi kriminal mulai dari penjarahan hingga pembunuhan massal seolah-olah aksi tersebut dilakukan oleh tentara Rusia.
Pembuatan video-video keji itu disebut dilakukan oleh kelompok nasionalis Ukraina atas perintah otoritas di Kiev/Kyiv.
Baca juga: Curiga Disusupi Agen Rahasia, Negara-negara Eropa Usir para Diplomat Rusia
Baca juga: Tak Setuju Putin Tarik Pasukan Militer, Kadyrov Sebut Rusia Punya Kewajiban di Ukraina
Dikutip TribunWow.com dari Tass.com, informasi ini disampaikan oleh Kepala Pusat Komando Pertahanan Nasional Rusia Kolonel Jenderal Mikhail Mizintsev pada Selasa (29/3/2022).
"Berdasarkan testimoni dari tentara Ukraina yang menyerah, batalion nasionalis (Ukraina) secara sistematis menerima perintah dari otoritas Kiev untuk mempersiapkan video tentang kekejaman, pembunuhan massal warga sipil, penjarahan dan perusakan infrastruktur sosial seakan-akan dilakukan oleh tentara Rusia," papar Mizintsev.
Mizintsev menyampaikan, demi melakukan aksinya tersebut, para nasionalis Ukraina tak pandang bulu meskipun akan mengorbankan lansia, wanita hingga anak-anak.
Menurut keterangan Mizintsev, tujuan akhir video tersebut untuk membuat persepsi negatif terhadap operasi militer spesial yang dilakukan oleh pasukan militer Rusia.
Sebelumnya pemerintah Rusia menyatakan tengah melakukan penyelidikan terkait beredarnya sebuah video penyiksaan tentara Rusia oleh tentara Ukraina.
Di dalam video tersebut ditampilkan para tentara Rusia yang telah menjadi tahanan perang disiksa secara sadis hingga ada yang tewas saat diinterogasi.
Komite Investigatif Rusia menyatakan, video tersebut beredar luas di dunia maya.
Dikutip TribunWow.com dari rt.com, saat ini Kepala Komite Investigatif Rusia, Alexander Bastrykin mengatakan tengah mengumpulkan segala bukti yang terkait dengan insiden tersebut.
Sementara ini video itu diduga diambil di sebuah fasilitas militer milik pasukan Ukraina di bagian timur Ukraina.
Komite Investigatif Rusia menduga ada keterlibatan kelompok nasionalis Ukraina dalam penyiksaan terhadap tentara Rusia yang menjadi tahanan perang.
Ada beberapa bagian video yang beredar di internet.
Di dalam sebuah video ditampilkan tentara Rusia yang menjadi tahanan perang dalam kondisi berbaring di tanah penuh luka dan babak belur.
Tentara yang terluka kemudian diinterogasi oleh sejumlah pria bersenjata yang mana menggunakan aksesori khas tentara Ukraina.
Beberapa tentara Rusia yang terluka parah tampak tewas di tengah proses interogasi.
Pada video lain turut diperlihatkan tiga tentara Rusia kakinya ditembak dari jarak dekat.
Kebiri Tentara Rusia yang Tertangkap
Di sisi lain, pemilik rumah sakit di zona perang Ukraina timur telah menginstruksikan dokternya untuk mengebiri tentara Rusia yang ditangkap.
Ia menilai pasukan Rusia sama harkatnya dengan kecoak yang tak pantas diperlakukan seperti layaknya manusia.
Perintah itu dilakukan setelah Ukraina menolak ultimatum dari Rusia yang menuntut untuk menyerahkan Mariupol.
Dilansir TribunWow.com dari Mirror, Senin (21/3/2020), pemilik rumah sakit keliling Gennadiy Druzenko, (49), mengatakan hal tersebut saat diwawancarai saluran TV Ukraina-24.
Ia merupakan seorang dokter dengan jiwa humanis yang tinggi.
Namun setelah penyerangan Rusia yang membabi buta, Druzenko tampaknya berubah pikiran.
"Saya selalu menjadi seorang humanis yang hebat dan mengatakan bahwa jika seorang pria terluka, dia bukan lagi musuh tetapi seorang pasien," kata Druzenko.
"Tapi sekarang saya memberi perintah yang sangat ketat untuk mengebiri semua orang Rusia yang ditangkap, karena mereka adalah kecoak, bukan manusia."
Sejak 2014, sekitar 500 dokter telah bekerja di rumah sakit keliling Druzenko.
Ia mendirikan Rumah Sakit Mobil Sukarela Pertama yang menempatkan dokter dan perawat sipil di zona konflik dekat dengan republik separatis di Ukraina timur.
"Percayalah pada semua dokter yang telah menyelamatkan pasien, orang Rusia akan mati di sini. Mati dalam jumlah besar," ujar Druzenko.
“Mereka yang datang ke sini akan mengingat mimpi buruk mereka di tanah Ukraina."
“Seperti orang Jerman mengingat Stalingrad."
Komite Investigasi Rusia membuka kasus pidana terhadap komentar tersebut, yang berarti bahwa jika Druzenko ditangkap, dia akan diadili di bawah hukum Rusia.
Ketua komite Alexander Bastrykin, mantan teman kuliah Putin, memprakarsai kasus pidana atas tuntutan pengebirian Druzenko yang bertentangan dengan hukum dan norma-norma etika kedokteran.
"Kepala proyek Rumah Sakit Bergerak Ukraina, Gennady Druzenko, menyerukan kekerasan terhadap tentara Angkatan Bersenjata Rusia yang ditangkap secara langsung di saluran TV Ukraina," terang Bastrykin.
"Dia memberikan instruksi ini kepada para dokter di rumah sakit keliling."
Druzenko akan dimasukkan ke dalam daftar buronan internasional Rusia.
Baca juga: Rusia Minta Media AS Liput Beragam Aksi Kriminal Tentara Ukraina
Baca juga: Saksi Mata Sejarah PD II Asal Ukraina Tewas, Selamat dari Pembantaian Nazi, Gugur di Tangan Rusia
Rusia Dituduh Perbudak Warga Ukraina
Sudah beberapa hari sejak pasukan militer Rusia terus mengepung Kota Mariupol di Ukraina.
Beberapa warga sipil yang berada di Mariupol diketahui dilarikan oleh pihak Rusia ke wilayah mereka tepatnya di Taganrong.
Pemerintah Ukraina telah terjadi praktik perbudakan terhadap warga sipil Ukraina yang dilakukan oleh pemerintah Rusia.
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, informasi ini disampaikan oleh sejumlah tokoh di Ukraina.
Walikota Mariupol, Vadym Boychenko membandingkan aksi yang dilakukan oleh Rusia seperti apa yang dilakukan oleh Nazi pada perang dunia ke-2 dulu.
Sementara itu, kepala administrasi regional Donetsk, Pavlo Kyrylenko menyebut pasukan Rusia dengan sengaja mengirim warga sipil Ukraina ke Rusia.
Sebelum pergi, dokumen milik para warga sipil Ukraina telah disita.
Keterangan serupa disampaikan oleh anggota parlemen Ukraina, Inna Sovsun.
Sovsun menyebut, sejumlah warga sipil Ukraina di Mariupol dikirim oleh pasukan militer Rusia ke sebuah tempat terpencil di Rusia.
"(Warga) dipaksa untuk menandatangani kontrak yang isinya mereka akan tinggal di area tersebut selama dua atau tiga tahun dan mereka akan bekerja secara sukarela di area tersebut," ujar Sovsun.
Sovsun mengiyakan bahwa tindakan itu merupakan sebuah bentuk perbudakan.
Rakyat Mariupol Diduga Dibawa Rusia ke Kamp Konsentrasi
Santer diberitakan bahwa ribuan penduduk Mariupol, Ukraina dibawa paksa pasukan Rusia.
Hingga saat ini belum diketahui nasib penduduk yang didominasi wanita dan anak-anak tersebut.
Muncul kekhawatiran bahwa pasukan Presiden Vladimir Putin mengumpulkan para penduduk tersebut ke semacam kamp konsentrasi.
Dilansir TribunWow.com dari Sky News, Minggu (20/3/2022), Walikota Mariupol Vadym Boychenko mengklaim bahwa beberapa ribu penduduk Mariupol telah dibawa secara paksa ke Rusia.
Namun, belum ada bukti maupun konfirmasi dari pihak terkait mengenai tudingan ini.
Boychenko menuduh beberapa penduduk diarahkan ke kota-kota terpencil begitu melintasi perbatasan Rusia.
Ia pun membandingkan praktik ini seperti yang pernah terjadi pada masa perang dunia kedua.
Pada masa itu, sejumlah penduduk etnis Yahudi dibawa oleh tentara Nazi ke kamp-kamp konsentrasi untuk dieksekusi atau mengalami penyiksaan.
Dia mengatakan orang-orang secara ilegal dipindahkan dari distrik tepi kiri dan tempat perlindungan di gedung klub olahraga.
Tempat perlindungan tersebut disebut berisi dari seribu orang yang bersembunyi dari pengeboman.
Sehingga diasumsikan para pengungsi tersebut banyak berasal dari kalangan anak-anak dan wanita yang memang diprioritaskan untuk berlindung.
Menurut Boychenko, militer Ukraina telah ditarik dari daerah itu untuk menghindari situasi yang menempatkan warga sipil dalam bahaya.
Melalui postingan Telegram, Boychenko menyebut warga Mariupol yang ditangkap dibawa ke kamp penyaringan, di mana penjaga memeriksa ponsel dan dokumen warga.
"Setelah pemeriksaan, beberapa warga Mariupol dialihkan ke kota-kota terpencil di Rusia, nasib yang lain masih belum diketahui," tulis Boychenko.
"Apa yang dilakukan penjajah hari ini sudah tidak asing lagi bagi generasi tua, yang melihat peristiwa mengerikan Perang Dunia II, ketika Nazi menangkap orang secara paksa."
"Sulit membayangkan bahwa di abad ke-21 orang akan dideportasi secara paksa ke negara lain."
Dikutip dari kanal Ukrinform, Senin (21/3/2022), Boychenko juga sempat mengungapkan kegeramannya.
"Pasukan Rusia tidak hanya menghancurkan Mariupol kita yang damai, mereka bahkan telah melangkah lebih jauh dan mulai mengusir penduduk Mariupol," seru Boychenko.
"Semua kejahatan perang oleh Rusia harus mendapatkan hukuman yang paling berat," pungkasnya. (TribunWow.com/Anung/Via)