Konflik Rusia Vs Ukraina
Balas Sanksi Negara yang Tak Bersahabat dengan Rusia, Putin Tuntut Pembayaran Gas Dalam Rubel
Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa penjualan gas ke negara-negara yang dianggap tak bersahabat harus dibayar dalam rubel, Rabu (23/3/2022)
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Langkah yang diumumkan ini dinilai dapat membantu mata uang Rusia yang sedang terpuruk.
Pasalnya, banyak negara Eropa, termasuk Jerman, masih bergantung pada Moskow untuk sebagian besar pasokan energi mereka.
Nilai rubel telah jatuh secara besar-besaran setelah berita invasi Rusia dan di tengah sanksi Barat yang menyertainya.
Tetapi kembali naik ke level tertinggi terhadap dolar dan euro sejak 2 Maret langsung setelah pengumuman Putin.
Putin mengatakan pemerintah dan bank sentral memiliki waktu satu minggu untuk memikirkan bagaimana memindahkan operasi penjualan gas ke mata uang Rusia
Kemudian, raksasa energi yang dikendalikan negara, Gazprom, akan diperintahkan untuk mengubah kontrak gas yang sesuai.
Jerman menilai peralihan pembayaran ke rubel akan menjadi sebuah pelanggaran kontrak.
Pemerintah Berlin berjanji untuk berkonsultasi dengan sekutunya tentang pembayaran gas ke depannya.
"Pengumuman pembayaran dalam rubel adalah pelanggaran kontrak, dan kami sekarang akan mendiskusikan dengan mitra Eropa kami bagaimana kami akan bereaksi terhadap itu," kata Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck.
Adapun sebelum Moskow menginvasi Ukraina, Jerman mengimpor 55% gas alamnya dari Rusia.
Di sisi lain, perusahaan energi Austria OMV mengatakan tidak memiliki rencana untuk membayar dalam rubel.
Kepala Eksekutif Alfred Stern mengatakan hal ini dalam komentarnya yang disiarkan TV Pul 24.
"Saya tidak akan melakukan hal seperti itu," kata Stern.
Dia mencatat bahwa kontrak yang ada meminta pembayaran dalam euro.
Sebagai informasi, sekitar 80% gas yang digunakan di Austria berasal dari Rusia.
Baca juga: Heboh Putin akan Datang ke Indonesia Hadiri KTT G20 di Bali, PM Australia Langsung Hubungi Jokowi
Baca juga: Rusia Balas Dendam Kenakan Sanksi pada 13 Pejabat AS, Mulai dari Joe Biden sampai Hillary Clinton