Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Alasan Rusia Tak Pakai Serangan Siber untuk Bungkam Ukraina, Bagian Strategi Rahasia Putin?

Sejumlah pertanyaan bermunculan mengenai alasan Rusia tak gunakan kemampuan teknologinya dalam perang Ukraina.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Istimewa via Kompas.com
Anonymous #Op Charlie Hebdo. Terbaru, Anonymous menyerbu Rusia pasca serangan Putin ke Ukraina. Terbaru, berikut alasan Rusia tak gunakan serangan cyber untuk lumpuhkan komunikasi Ukraina. 

TRIBUNWOW.COM - Sejumlah pertanyaan bermunculan mengenai alasan Rusia tak gunakan kemampuan teknologinya dalam perang Ukraina.

Pasalnya, hingga saat ini website pemerintah masih berjalan, begitu pun Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky masih bebas membagikan informasi lewat sosial media.

Rupanya, ada beberapa faktor yang diperkirakan membuat Rusia tak bisa atau enggan melakukan perang siber.

Kolase potret Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Minggu (27/2/2022).
Kolase potret Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Minggu (27/2/2022). (AFP/Alexei Druzhinin/SPUTNIK)

Baca juga: Ribuan Diculik hingga Ratusan Tewas, Ini Nasib Anak-anak di Ukraina Korban Invasi Rusia

Baca juga: Hacker Anonymous Kembali Ancam Rusia, Ultimatum Nestle hingga Burger King yang Beroperasi di Moskow

Dilansir TribunWow.com dari Politicio, Rabu (23/3/2022), Putin melancarkan invasinya sebulan lalu, para pakar keamanan memperingatkan bahwa konflik yang akan datang akan melibatkan perang dunia maya baik bagi Ukraina maupun AS.

Namun sejauh ini, serangan siber tidak terlalu kentara dalam perang yang dilakukan Rusia dengan menggunakan tank, roket, rudal, dan pemboman warga sipil.

“Kami telah melihat beberapa operasi siber terhadap Ukraina sejak konflik dimulai, tetapi tidak sebanyak yang kami kira,” kata Ciaran Martin, mantan CEO Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris.

Sejauh ini, serangan peretasan terhadap infrastruktur di Ukraina jauh lebih sedikit daripada kemampuan yang sebenarnya bisa dilakukan Rusia.

Berikut sejumlah spekulasi mengapa Rusia tak menggunakan peretasan untuk melumpuhkan sistem Ukraina.

1. Rusia Merasa Tak Membutuhkan Peretasan Massal

Rusia telah mengebom wilayah Ukraina, dan telah memutus banyak daerah, termasuk kota pesisir Mariupol, dari layanan komunikasi.

Upaya ini telah secara efektif menghilangkan kebutuhan untuk menggunakan serangan siber terhadap infrastruktur penting di wilayah Ukraina yang dibombardir.

"Kenyataannya adalah bahwa serangan siber adalah alat yang fantastis untuk konflik zona abu-abu, area antara perdamaian dan perang, di mana anda mencoba untuk membalas pihak lain, tetapi anda tidak ingin meningkatkan ini menjadi konflik kinetik yang sebenarnya," kata Dmitri Alperovitch, salah satu pendiri perusahaan keamanan siber CrowdStrike.

"Begitu konflik benar-benar dimulai, begitu bom diledakkan, serangan siber menjadi kurang berguna."

2. Invasi ke Ukraina Terjadi Terlalu Cepat

Serangan siber yang canggih, seperti yang menghancurkan pembangkit listrik Ukraina dalam beberapa tahun terakhir dan peretasan SolarWinds yang membahayakan setidaknya selusin agen federal AS, membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk direncanakan dan dilaksanakan.

Namun, Putin sepertinya tak memberikan informasi penuh kepada komandan militernya mengenai rencana invasi ke Ukraina.

Sehingga, Rusia kurang memiliki persiapan cukup untuk melancarkan serangan siber.

3. Rusia Sudah Mencoba Tapi Gagal

Satu kemungkinan yang dilontarkan pejabat AS awal bulan ini adalah gagasan bahwa upaya Amerika Serikat untuk memperkuat sistem Ukraina terhadap serangan siber dalam beberapa tahun terakhir telah menumpulkan beberapa pelanggaran siber Rusia.

The New York Times melaporkan awal bulan ini bahwa Komando Siber AS telah menempatkan tim di Eropa Timur untuk mengganggu komunikasi dan serangan Rusia.

"Kami telah bekerja sangat, sangat keras dengan Ukraina selama beberapa tahun terakhir,” ujar Jenderal Paul Nakasone, kepala Badan Keamanan Nasional dan Komando Cyber, saat bersaksi kepada Komite Intelijen Senat pada sidang pekan lalu.

"Kami memiliki tim 'berburu ke depan' dari Komando Siber AS di Kyiv. Kami bekerja sangat, sangat erat dengan serangkaian mitra di NSA dan sektor swasta untuk dapat memberikan informasi itu.”

4. Putin Memiliki Strategi Tersembunyi

Beberapa pejabat berpendapat bahwa Putin mungkin mengandalkan ancaman perang siber untuk memberi efek jera.

Rusia berusaha untuk mengintimidasi AS agar menghindari tindakan seperti mengizinkan pengiriman jet tempur ke Ukraina.

Tapi begitu serangan siber terjadi, kemampuannya untuk menghalangi AS memudar.

Namun, Rusia bisa saja menyimpan kemampuan itu sebagai senjata pamungkas.

"Konflik masih awal dan kami tidak meremehkan kesediaan Rusia untuk menggunakan teknologi siber untuk menyerang Ukraina dan menyerang kami,” kata Ketua Intelijen DPR Adam Schiff (D-Calif.).

5. Memberi Pelajaran Bagi Negara Lain

Penting untuk tidak menyimpulkan bahwa invasi Rusia ke Ukraina sekarang menjadi standar baru untuk pelaksanaan perang siber.

Bagaimanapun, invasi tidak berjalan seperti yang diharapkan Putin, dan Rusia bukan satu-satunya negara dengan kemampuan dunia maya yang canggih.

Kemampuan siber China kemungkinan besar melebihi Rusia, dan China dapat mengambil pelajaran dari Ukraina untuk menginformasikan taktiknya untuk kemungkinan invasi ke Taiwan.

Meski bisa diperdebatkan, memutus rantai informasi di Ukraina akan lebih bermanfaat bagi Rusia, karena dapat mempersulit Zelenskyy untuk memupuk dukungan internasional.

Dan dengan serangan siber, Rusia akan bisa mengganggu transportasi dan listrik di wilayah Ukraina yang jauh dari garis depan.

Hal ini akan mempersulit pasokan pasukan dengan senjata, amunisi, bahan bakar, dan makanan.

"Orang China tentu saja menonton ini, dan mereka akan mengambil pelajaran dari apa yang bisa dilakukan dengan lebih baik atau berbeda," kata Hodges.

Baca juga: Logistik Tentara Rusia Hanya Cukup untuk 3 Hari, Putin Dikhawatirkan akan Nekat Pakai Senjata Kimia

Baca juga: Rahasia Ukraina Tak Menyerah Hadapi Rusia, Ternyata Dipasok Persenjataan dari 33 Negara Berikut

Putin Diserbu Hacker Anonymous

Kelompok hacker bernama Anonymous telah mendeklarasikan perang cyber/siber terhadap Rusia.

Deklarasi ini diumumkan pada hari Jumat (25/2/2022) atau satu hari seusai Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer spesial terhadap Ukraina pada Kamis (24/2/2022).

Sebuah akun media sosial yang mengatasnamakan Anonymous menyatakan para hacker yang tergabung di bawah Anonymous kini akan menyerang pemerintahan Rusia.

Diberitakan oleh media Rusia RT.com, sejumlah website milik pemerintahan Rusia telah menjadi korban.

Website tersebut mengalami gangguan untuk diakses hingga terpaksa harus dimatikan atau offline karena serangan para hacker.

Situs yang telah menjadi korban serangan para hacker di antaranya adalah situs milik pemerintah Rusia, situs milik Kementerian Pertahanan Rusia hingga kantor berita Rusia Today (RT.com).

Dulu sebelum menyerang Rusia, grup hacker Anonymous juga pernah menyerang intelijen Amerika Serikat yakni Central Inteligence Agency (CIA).

Sementara itu, terkait kebijakan Putin melakukan invasi, ternyata tidak semua masyarakat di Rusia setuju.

Fakta ini disampaikan oleh Dubes RI untuk Rusia, Jose Tavares dalam acara Breaking News tvOne, Jumat (25/2/2022).

Jose menjelaskan bahwa saat ini masyarakat di Rusia terbagi menjadi dua kubu.

"Sebagian besar mendukung pemerintahnya, terutama masuknya militer atau special military operation di Donbas," jelas Jose.

"Namun ada juga masyarakat yang menentang kalau serangannya itu sampai meluas ke wilayah Ukraina lainnya."

"Jadi ada perbedaan di antara masyarakat Rusia sendiri," ungkapnya.

Sementara itu, dikutip dari Aljazeera.com, sebanyak ribuan masyarakat Rusia pada Kamis (24/2/2022) malam telah melakukan unjuk rasa anti perang.

Demonstrasi ini dilakukan di Moskow dan Saint Petersburg.

Buntut dari demonstrasi ini, sebanyak 1.400 demonstran diamankan oleh pihak kepolisian.

Diberitakan oleh Aljazeera.com, sebelum invasi ke Ukraina terjadi, pemerintahan Putin telah menciduk tokoh-tokoh oposisi, mulai dari aktivis, politisi hingga demonstran.

Satu di antaranya adalah pimpinan oposisi bernama Alexey Navalny yang kini dipenjara selama dua tahun seusai mengorganisir demo terhadap Putin.

Dalam demonstrasi anti perang di Moskow pada Kamis (24/2/2022), peserta demo meneriakkan anti perang dan protes terhadap Putin. (TribunWow.com/Via/Anung)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Tags:
UkrainaRusiaVladimir PutinVolodymyr Zelensky
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved