Konflik Rusia Vs Ukraina
Kembali Jemput Keluarga, Pria Asal Mariupol Ukraina Kaget Kotanya Dipenuhi Mayat dan Reruntuhan
Mantan jurnalis Roman Kruglyakov mengaku terkejut saat kembali melihat kota kelahirannya, Mariupol.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Mantan jurnalis Roman Kruglyakov mengaku terkejut saat kembali melihat kota kelahirannya, Mariupol, Ukraina.
Kota pelabuhan di sebelah tenggara Ukraina tersebut telah hancur dibombardir tentara Rusia.
Ia pun sempat menyaksikan mayat-mayat bergelimpangan di jalanan Mariupol dan melukiskan keadaan tersebut seperti neraka.

Baca juga: Video Pria Tua di Mariupol Ukraina Ditembak Tank Rusia, Diduga Meninggal dengan Jasad Hancur
Baca juga: Langgar Gencatan Senjata, Rusia Hancurkan RS Bersalin di Ukraina, Sejumlah Anak Terjebak Reruntuhan
Dilansir TribunWow.com dari The Guardian, Senin (21/3/2022) Roman Kruglyakov telah meninggalkan kota kelahirannya itu untuk tinggal di desa terdekat pada awal perang.
Selama tiga hari di pertengahan Maret, dia melakukan tiga perjalanan kembali ke kota yang hancur untuk menjemput anggota keluarga yang terperangkap.
Menurut Roman Kruglyakov, ia sempat kesulitan menghubungi keluarga dan kerabat yang tidak mendapat sinyal telepon selama lebih dari dua minggu.
Roman Kruglyakov terkejut saat memasuki tempat di mana dia dibesarkan.
Alih-alih mengingatkan pada kenangan masa kecil, ia justru disuguhi pemandangan yang disebutnya seperti neraka.
Ia menyaksikan kondisi menyedihkan dari orang-orang yang masih terperangkap di Mariupol.
Kota yang dikepung tentara Rusia itu kini bahkan dipenuhi mayat dan serpihan-serpihan bekas ledakan.
"Orang-orang keluar dari blok apartemen bertingkat yang terbakar untuk memasak makanan di atas api di jalan," tutur Roman Kruglyakov.
"Saya sedang mengemudi dan ada serpihan-serpihan peluru dan kabel listrik serta mayat-mayat di jalan-jalan."
Kruglyakov ingin menjemput kedua ibu baptisnya dan keluarga mereka.
Ibu baptis pertama terkejut melihatnya tetapi dengan cepat mengumpulkan barang-barang keluarganya.
"Dia tidak pernah berpikir siapa pun akan mempertaruhkan hidup mereka untuknya," ujar Roman Kruglyakov.