Konflik Rusia Vs Ukraina
Beredar Video Hoaks Putin Umumkan Rusia dan Ukraina Berdamai hingga Zelensky Menyerah Kalah
Kabar simpang siur dan propaganda mewarnai berlangsungnya konflik antara Rusia dan Ukraina.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Kabar simpang siur dan propaganda mewarnai berlangsungnya konflik antara Rusia dan Ukraina.
Belum lama, beredar video Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang menyatakan menyerah pada Rusia.
Sementara, di media sosial juga ramai dibagikan sosok Presiden Rusia Vladimir Putin yang mengumumkan perdamaian.

Baca juga: Beredar Video Warga Dibunuh saat Antre Beli Roti, Rusia Sebut Produk Propaganda Intelijen Ukraina
Baca juga: Jurnalis AS Bongkar Isi Berita yang Disiarkan TV Pemerintah Rusia soal Konflik di Ukraina
Dikutip TribunWow.com dari telegraph.co.uk, Jumat (18/3/2022), terlihat melalui sebuah video, sosok seperti Putin menyatakan bahwa pihaknya telah berdamai dengan negara tetangga.
Rupanya, Video tersebut merupakan deepfake atau video rekayasa.
Jurnalis BBC, Shayan Sardarizadeh mencurigai media yang menyebar video Putin bukanlah media resmi Rusia.
Ia pun menyoroti dua keanehan video tersebut dan menuliskan deduksinya.
"a) Kok bisa akun ini tahu, tapi para reporter yang ada di Rusia malah tidak tahu?
b) Jika mereka 'menjelaskan' bahwa mereka "tidak mematuhi" perintah Presiden Putin, maka mereka pasti sudah kehilangan pekerjaan," tulisnya.
Sementara itu, dilansir TribunWow.com dari BBC, Jumat (18/3/2022), Meta dan YouTube juga telah menghapus video deepfake dari presiden Ukraina yang berbicara tentang menyerah kepada Rusia.
Kepalsuan video Zelensky yang tidak meyakinkan justru menjadi bahan ejekan oleh banyak orang Ukraina.
Dalam video tersebut, Zelensky muncul di belakang podium, menyuruh warga Ukraina meletakkan senjata mereka.
Namun, dalam video itu, kepalanya tampak terlalu besar dan lebih terlihat kabur daripada tubuhnya.
Sementara, suara yang dikeluarkan saat bicara tak seperti Zelensky lantaran terdengar lebih dalam.
Dalam sebuah video yang diposting ke akun Instagram resminya, Zelensky menanggapi video deepfake tersebut dan menyebutnya sebagai provokasi kekanak-kanakan.
Namun sebelumnya, Pusat Komunikasi Strategis Ukraina telah memperingatkan bahwa pemerintah Rusia mungkin menggunakan deepfake untuk meyakinkan Ukraina agar menyerah.
Dalam utas Twitter, kepala kebijakan keamanan Meta Nathaniel Gleicher mengatakan telah dengan cepat meninjau dan menghapus deepfake tersebut.
Ia menyatakan video palsu itu melanggar kebijakan penyiaran media lantaran telah dimanipulasi untuk menyesatkan.
YouTube juga mengatakan video terkait telah dihapus karena melanggar kebijakan informasi yang salah.
Nina Schick, penulis buku Deepfakes, menyebutkan bahwa video itu sangat kasar dan mudah terlihat palsu.
"Platform terkait bisa saja membuat kehebohan besar dalam menangani ini," kata Schick.
"Padahal mereka tidak melakukan lebih banyak pada bentuk disinformasi lainnya. Ada begitu banyak bentuk disinformasi lain dalam perang ini yang belum dihapus."
"Meskipun video saat ini terlihat sangat buruk dan kasar, namun di masa depan, hal ini bisa saja tak terjadi (video lebih mirip aslinya).
Schick khawatir hal ini akan mengikis kepercayaan pada media yang menyiarkan kebenaran.
"Orang-orang mulai percaya bahwa semuanya bisa dipalsukan," kata Schick.
"Ini adalah senjata baru dan bentuk disinformasi visual yang ampuh, dan siapa pun bisa melakukannya."
Transkrip deepfake Mr Zelensky pertama kali muncul di ticker jaringan TV Ukraina, Ukrayina 24, selama siaran langsung pada hari Rabu.
Tangkapan layar dan transkrip lengkap kemudian muncul di situs webnya.
Ukrayina 24 mengkonfirmasi kedua situs web, tidak dapat diakses untuk sebagian besar hari Rabu, dan ticker telah diretas.
Video itu kemudian dibagikan secara luas di Telegram berbahasa Rusia dan platform VK yang setara dengan Facebook.
Dari sana, video tersebut menyebar ke platform seperti Facebook, Instagram dan Twitter.
Baca juga: Zelensky Rahasiakan Bantuan Militer dari AS, Sebut Adanya Taktik Baru untuk Kalahkan Rusia
Baca juga: Sindir Diplomat Negaranya, Eks Menteri Rusia: Mereka Mempermalukan Diri Sendiri
Facebook dan Instagram Bebaskan Ujaran Kebencian ke Putin
Serangan bertubi-tubi terus diterima oleh Rusia seusai Presiden Vladimir Putin melakukan operasi militer spesial di Ukraina sejak 24 Februari 2022 lalu.
Bentuk serangan terhadap Ukraina dilakukan lewat beragam cara mulai dari sanksi ekonomi hingga serangan di dunia maya seperti peretasan dan pemblokiran.
Kini media sosial (medsos) yang berada di bawah Meta yakni Facebook dan Instagram diketahui telah melonggarkan aturan soal ujaran kebencian terhadap Putin dan Rusia.
Dikutip TribunWow.com dari Sky News, Meta diketahui telah mengirim email ke moderator yang berisi penjelasan bahwa konten politis yang biasanya dilarang saat ini diperbolehkan.
Konten yang dilarang hanya konten yang berisi ujaran kebencian terhadap warga sipil Rusia dan jika konten tersebut berisi detail rencana aksi kejahatan, contohnya rencana pembunuhan Putin.
Pengendoran aturan ujaran kebencian ini juga berlaku terhadap Presiden Belarus, Alexander Lukashenko.
Diketahui, pelonggaran aturan ini telah terjadi di Armenia, Azerbajian, Estonia, Georgia, Hungaria, Latvia, Lithuania, Polandia, Romania, Rusia, Slovakia, dan Ukraina.
Di sisi lain, sudah seminggu berlalu sejak pemerintah Rusia menyatakan memblokir Facebook di negaranya.
Sebelumnya, tokoh-tokoh kenamaan Rusia dan Ukraina merespons konflik yang terjadi di antara dua negaranya.
Media sosial belakangan ini dipenuhi pesan-pesan dan video yang mengecam serangan Rusia terhadap Ukraina.
Unggahan tersebut ramai digaungkan dengan berani, mengabaikan risiko atas penentangan terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin." (TribunWow.com/Via/Anung)