Konflik Rusia Vs Ukraina
Warga Afrika Pilih Jadi Relawan Perang di Ukraina ketimbang Tinggal di Negara Asal Mereka
Ratusan warga negara-negara Afrika tertarik untuk mendaftar menjadi relawan perang di Ukraina melawan pasukan Rusia.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Kontroversi kebijakan relawan perang yang diumumkan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sampai saat ini masih terus terjadi.
Ratusan warga negara-negara Afrika memanfaatkan momen ini sebagai kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup mereka di negara Eropa.
Seorang pria lulusan filsafat bernama Ottah Abraham (27) mengaku paham bahwa perang adalah hal yang serius.
Baca juga: Di Ukraina, Relawan Asal Inggris Lihat Jasad Tentara Rusia Dipajang di Pos Pemeriksaan
Baca juga: Pakai Senjata hingga Taktik Kuno, Relawan Inggris Siap Bela Ukraina Hadapi Pasukan Rusia
Dikutip TribunWow.com dari BBC.com, namun pria asal Nigeria itu tetap memilih untuk pergi ke Ukraina ketimbang berada di negaranya.
"Tetapi menjadi tentara di Ukraina akan lebih baik ketimbang di sini," kata Abraham.
"Saya mungkin dipersilakan untuk terus tinggal ketika perang berakhir, belum lagi saya akan menjadi pahlawan dan berperang melawan musuh," ujarnya.
Di sisi lain, warga Nigera yang lain yakni Kereti Usoroh mengaku ingin menjadi relawan perang karena tidak bisa tinggal diam melihat konflik yang terjadi di sana.
"Saya telah hidup dengan nyaman. Jika saya ingin pergi ke Eropa, saya akan melakukannya melalui jalur pendidikan, bukan perang," ujar Usoroh yang bekerja sebagai pengacara di Nigeria.
Pemerintah Nigeria sendiri telah memperingatkan tidak akan menoleransi negara yang menggunakan tentara bayaran.
Sementara itu Kedutaan Besar Ukraina di Nigeria telah menolak para warga negara Nigeria yang tiba di kedutaan untuk mendaftar menjadi relawan.
Tak hanya Nigeria, negara-negara Afrika lain seperti Senegal dan Aljazair juga tidak mendukung dan melarang penggunaan tentara bayaran.
Kontroversi Relawan Perang
Beragam kontroversi terjadi di tengah konflik antara Rusia dan Ukraina yang dimulai pada 24 Februari 2022 lalu.
Satu dari beberapa kontroversi tersebut adalah warga negara lain yang kini dipersilakan untuk ikut berperang.
Semua berawal ketika Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengumumkan pemerintahannya mempersilakan warga dari negara lain secara sukarela datang ke Ukraina untuk memerangi Rusia.