Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Fyodorov Panas-panasi Putin agar Tembakkan Rudal Balistik ke Laboraturium AS, Yakin Tak Bisa Dibalas

Politikus Rusia Yevgeny Alexeyevich Fyodorov mendesak Presiden Vladimir Putin untuk menembakkan rudal balistik ke Amerika Serikat.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
AFP/Dima Korotayev
ICBM Topol milik Rusia dipamerkan di luar Moskow dalam parade tahunan nasional Hari Kemenangan 9 Mei. Terbaru, politikus Rusia memanas-manasi Putin agar menembakkan rudal balistik ke wilayah Amerika Serikat, Selasa (15/3/2022). 

TRIBUNWOW.COM - Politikus Rusia Yevgeny Alexeyevich Fyodorov mendesak Presiden Vladimir Putin untuk menembakkan rudal balistik di situs pengujian senjata terbesar di Nevada, Amerika Serikat (AS).

Hal itu dilakukan sebagai bentuk peringatan lantaran pihak AS meremehkan Putin dan menyebutnya tak punya kekuatan.

Karenanya, alih-alih makin menggencarkan serangan di Ukraina, Fyodorov menilai pengeboman langsung ke AS akan lebih efektif.

Menurutnya, AS tak akan membalas serangan tersebut lantaran adanya sejumlah pertimbangan.

Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) tersenyum saat menjabat tangan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dalam pertemuan bilateral perdana di Villa la Grange, Jenewa, Swiss, pada 16 Juni 2021. Terbaru, Joe Biden buka suara soal agresi Rusia ke Ukraina pada Kamis (24/2/2022).
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) tersenyum saat menjabat tangan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dalam pertemuan bilateral perdana di Villa la Grange, Jenewa, Swiss, pada 16 Juni 2021. Terbaru, Joe Biden buka suara soal agresi Rusia ke Ukraina pada Kamis (24/2/2022). (AFP PHOTO/SPUTNIK/MIKHAIL METZEL)

Baca juga: Didenda Rp 4 Juta, Ini Nasib Jurnalis Rusia yang Protes Tolak Perang saat Siaran Langsung

Baca juga: Liput Medan Perang Rusia-Ukraina, Jurnalis Perlihatkan Mayat Dibiarkan di Jalan

Dilansir TribunWow.com dari Mirror Daily UK, Selasa (15/3/2022), Rusia kini menjadi negara yang paling banyak dikenai sanksi internasional akibat agresi militer ke Ukraina.

Putin telah memperingatkan pada negara-negara pemberi sanksi bahwa embargo yang dilakukan sama saja dengan tindakan perang terhadap Rusia.

Menanggapi hal tersebut, Fyodorov, dalam sebuah wawancara yang diterjemahkan oleh MEMRI TV, angkat suara.

Ia menilai pihak Barat tak akan bergeming jika Rusia belum melakukan tindakan nyata.

"Sampai ada demonstrasi fisik dari tekad (Moskow), Amerika akan menganggap posisi Rusia dan (Putin) sebagai gertakan," ujar Fyodorov.

"Jadi mereka membutuhkan demonstrasi. Demonstrasi yang paling meyakinkan adalah penghancuran fisik fasilitas Departemen Pertahanan Amerika. Saya berbicara tentang fasilitas, yang menurut hukum internasional diizinkan untuk dihancurkan (saat perang-red)."

Anggota parlemen Rusia itu juga mengklaim bahwa serangan rudal itu dapat saja sekaligus menghantam laboratorium yang mengembangkan Covid-19.

"Misalnya, ini bisa menjadi laboratorium yang sama yang mengembangkan Covid-19 atau kita bisa secara demonstratif menyerang pengujian senjata di Nevada dengan rudal balistik."

Fyodorov mengakui bahwa setelah penyerangan tersebut, hubungan Rusia dan AS akan semakin memburuk.

Alih-alih bekerja sama, dua negara adi daya itu akan semakin gencar bersaing dan bermusuhan.

Namun, penyerangan yang disebutkan sebagai demonstrasi kekuatan itu dinilai perlu untuk memperlihatkan kedaulatan Rusia.

"Tentu saja, tidak akan ada jalan kembali setelah menembakkan rudal semacam itu," ujar Fyodorov.

"Namun, dalam perang ini kita seharusnya tidak mengancam dengan serangan atau serangan di Ukraina, tetapi dengan merusak wilayah AS."

"Jika kita menciptakan di wilayah AS, katakanlah, dengan risiko 10 ribu korban, dari serangan bahkan rudal yang lemah, maka AS akan menganggap ini sebagai ancaman 10 juta korban. Ini adalah psikologi Amerika, bagaimana mereka berpikir tentang negara mereka."

Fyodorov menambahkan bahwa karena persepsi psikologi itu, tidak akan ada serangan balasan dari AS ke Rusia.

Dia juga memperingatkan bahwa rudal tersebut bisa menjadi ledakan nuklir karena menurut Fyodorov, situs pengujian Nevada secara aktif menguji rudal nuklir.

Baca juga: Update Negosiasi Damai, Putin Sebut Ukraina Tak Serius, Penasihat Zelensky Yakin Ada Peluang

Baca juga: Rusia Balas Dendam Kenakan Sanksi pada 13 Pejabat AS, Mulai dari Joe Biden sampai Hillary Clinton

Gertakan NATO Pada Rusia

Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) merilis tanggapan resmi terkait tindakan Rusia menginvasi Ukraina.

Sekretaris Jenderal NATO, Perdana Menteri Norwegia Jens Stoltenberg, mengecam keras keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin tersebut.

Pihaknya mengingatkan akan adanya konsekuensi atas tindakan yang mengancam keseimbangan negara-negara di kawasan Atlantik utara tersebut.

Dilansir laman resmi nato.int, Kamis (24/2/2022), Jens Stoltenberg mengecam invasi militer Rusia tersebut.

Ia menyebut tindakan pasukan Vladimir Putin terlalu ceroboh dan berisiko tinggi pada keselamatan rakyat.

Jens Stoltenberg juga menyinggung berbagai upaya damai yang tak digubris oleh Rusia.

"Saya mengutuk keras serangan Rusia yang sembrono tidak beralasan terhadap Ukraina, yang membahayakan nyawa warga sipil yang tak terhitung jumlahnya," tegas Jens Stoltenberg secara tertulis dikutip TribunWow.com.

"Sekali lagi, terlepas dari peringatan berulang kali dan upaya tak kenal lelah kami untuk terlibat dalam diplomasi, Rusia telah memilih jalan agresi terhadap negara yang berdaulat dan merdeka."

Pihak NATO menilai serangan yang dilakukan Rusia mencederai perdamaian yang sudah tercipta.

Ia pun meminta Rusia menghentikan tindakannya yang dikhawatirkan akan menimbulkan perang antar negara.

"Ini adalah pelanggaran berat hukum internasional, dan ancaman serius bagi keamanan Euro-Atlantik," kata Jens Stoltenberg.

"Saya meminta Rusia untuk segera menghentikan aksi militernya dan menghormati kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina."

Atas tindakan Rusia, pihak NATO berjanji akan menggelar pertemuan demi mengambil sikap atas tindakan Rusia.

NATO menyatakan membela Ukraina yang kini tengah bersiap untuk mempertahankan negara.

Disebutkan juga adanya konsekuensi yang akan diterima Rusia atas tindakannya menginvasi Ukraina.

"Sekutu NATO akan bertemu untuk membahas konsekuensi dari tindakan agresif Rusia. Kami berdiri bersama rakyat Ukraina pada saat yang mengerikan ini. NATO akan melakukan semua yang diperlukan untuk melindungi dan membela semua Sekutu," terang Jens Stoltenberg.

Diketahui, NATO merupakan himpunan militer yang terdiri dari 30 negara di sekitar kawasan Atlantik Utara termasuk Italia, Perancis Amerika Serikat dan Inggris.

Organisasi ini awalnya dibentuk untuk menanggulangi serangan Uni Soviet seusai perang Dunia ke-II.

Meski Uni Soviet kini telah bubar, NATO terus berdiri dan

Ukraina yang awalnya berencana untuk bergabung pada organisasi tersebut, akhirnya menarik diri setelah Rusia menyatakan keberatannya.(TribunWow.com)

Berita terkait lainnya

Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaUkrainaRusiaVladimir PutinAmerika Serikat
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved