Konflik Rusia Vs Ukraina
Dianggap Ingin Bantai Warga Sipil, Pesawat Rusia 30 Menit Sekali Serang Permukiman Penduduk
Pejabat lokal di Ukraina menyampaikan pasukan militer Rusia ingin membantai warga sipil Ukraina.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Elfan Fajar Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Dikepung pasukan militer Rusia, kondisi di Kota Mariupol, Ukraina saat ini menurut pejabat setempat seperti neraka.
Setiap 30 menit sekali, pesawat tempur milik Rusia datang menyerang permukiman penduduk.
Walikota Mariupol, Vadym Boychenko menyebut Rusia menyerang secara membabi buta dan sengaja ke tempat yang ramai warga sipil.

Baca juga: Pemakaman Masal hingga Warga Berkelahi demi Makanan, Ini Kondisi Kota di Ukraina yang Dikepung Rusia
Baca juga: Facebook dan Instagram Persilakan Netizen Tulis Ujaran Kebencian ke Putin dan Rusia
Dikutip TribunWow.com dari Aljazeera.com, akibat serangan bertubi-tubi ini, warga sipil yang ada di Mariupol tidak bisa pergi menjauh dari zona konflik.
"Setiap 30 menit, pesawat datang di Kota Mariupol dan menyerang pemukiman penduduk, membunuh warga sipil, lansia, perempuan, anak-anak," ujar Boychenko.
Penasihat Walikota Mariupol, Petro Andrushenko menyebut pasukan Rusia ingin membantai warga di Mariupol.
"Mereka ingin menghentikan upaya evakuasi," ujar Andrushenko.
Sejauh ini sudah 10 hari Kota Mariupol dikepung oleh pasukan Rusia.
Pemerintah Ukraina menyatakan 1.300 warga Ukraina tewas di Mariupol.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyampaikan, pasukan Rusia menggunakan tank untuk menyerang koridor kemanusiaan supaya warga sipil tak bisa mengungsi.
Dua minggu lebih telah berlalu sejak Presiden Rusia Vladimir Putin menyerang Ukraina sejak 24 Februari 2022 lalu.
Pemandangan menyayat hati kini ditemukan di berbagai tempat di Mariupol.
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, ratusan warga sipil yang masih bertahan di Mariupol saat ini hidup tanpa adanya suplai stabil makanan, air bersih, obat-obatan, dan sumber energi.
Beredar foto dan video warga di Mariupol mengubur anggota keluarga mereka secara massal di Mariupol.
Penggalian makam secara massal ini dilakukan karena terlalu berisiko apabila penggalian makam dilakukan secara terpisah di tengah serangan pasukan Rusia.