Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Momen Jurnalis BBC Membisu Lihat Rumahnya di Ukrania Disiarkan dalam Kondisi Hancur

Jurnalis BBC terdiam melihat rumah di kampung halamannya di Ukraina hancur terdampak invasi Rusia ke Ukraina.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
Twitter/@KarinBBC
Jurnalis BBC Ukraina, Olga Malchevska tak menyangka rumahnya di Kiev hancur dalam invasi Rusia ke Ukraina, Jumat (25/2/2022). 

TRIBUNWOW.COM - Suasana haru dan sedih terjadi saat siaran langsung di kantor berita BBC.

Seorang jurnalis BBC Ukraina bernama Olga Malchevska tiba-tiba terdiam ketika melihat rumahnya di Kiev, Ukraina hancur terkena dampak invasi Rusia yang terjadi sejak Kamis (24/2/2022).

Kejadian ini terjadi saat Olga melakukan siaran langsung bersama Jurnalis BBC Karin Giannone pada Jumat (25/2/2022).

Prajurit Pasukan Militer Ukraina berjalan di garis depan dengan separatis yang didukung Rusia di dekat Novohnativka, wilayah Donetsk, pada 20 Februari 2022. Pemantau OSCE mencatat lebih dari 1.500 pelanggaran gencatan senjata yang diduga berlaku di garis depan di timur Ukraina pada 24 Februari. jam, mereka mengumumkan dalam sebuah pernyataan, rekor tahun ini.
Prajurit Pasukan Militer Ukraina berjalan di garis depan dengan separatis yang didukung Rusia di dekat Novohnativka, wilayah Donetsk, pada 20 Februari 2022. Pemantau OSCE mencatat lebih dari 1.500 pelanggaran gencatan senjata yang diduga berlaku di garis depan di timur Ukraina pada 24 Februari. jam, mereka mengumumkan dalam sebuah pernyataan, rekor tahun ini. (AFP)

Baca juga: Minta Warganya Lawan Pasukan Rusia, Pemerintah Ukraina Sebarkan Tutorial Rakit Bom

Baca juga: Media Rusia Beritakan Ukraina Ditinggal Sendirian seusai NATO Takut Beri Jaminan

Awalnya Karin membahas bagaimana invasi Rusia sudah mulai memasuki kawasan Kiev/Kyiv yang merupakan Ibu Kota Ukraina.

Olga kemudian menjelaskan bahwa dirinya memang sempat mendapat foto tentang rumahnya di Kiev yang hancur karena invasi Rusia.

Suara Olga terdengar bergetar saat menceritakan rumahnya di Ukraina hancur dalam serangan tersebut.

Namun Olga juga mengaku lega sebab ibunya ternyata berhasil selamat.

"Dia sedang berlindung di sebuah shelter, dia sedang bersembunyi di basement," kata Olga.

Olga kemudian menceritakan bahwa rekaman yang beredar di media massa yang menampilkan sebuah gedung bangunan apartemen hancur adalah rumahnya.

"Terima kasih Tuhan keluargaku selamat," kata Olga.

"Bangunan ini memang benar rumahku," ucap Olga sembari mendeskripsikan rekaman video yang ditayangkan oleh BBC.

Olga kemudian tampak membisu sembari melihat tayangan video rumahnya hancur parah.

Rekan jurnalis Olga yakni Karin kemudian meminta agar Olga tak perlu meneruskan bercerita agar tidak trauma.

"Olga saya tidak mau kamu dipaksa untuk berbicara," ucap Karin.

"Bagi kita semua ini hal yang tak bisa dibayangkan," ujarnya.

Simak videonya:

Tujuan Putin Serang Ukraina

Sebelumnya diberitakan, Putin menerima banyak protes dan kecaman dari berbagai pemimpin dunia setelah mengambil langkah melakukan invasi ke Ukraina pada Kamis (24/2/2022).

Putin sendiri berdalih, agresi yang ia lakukan ke Ukraina dilakukan bukan untuk menduduki negara tersebut melainkan bertujuan melakukan demiliterisasi.

Lantas apa yang sebenarnya diinginkan Putin dalam agresi yang ia lakukan ke Ukraina?

Dikutip dari BBC.com, pada tahun 2014 silam, Putin sempat melakukan invasi ke Ukraina dan menganeksasi Crimea.

Agresi Putin ke Ukraina diketahui dipicu dari sikap Putin dan Rusia yang menolak langkah Ukraina bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau biasa dikenal dengan nama NATO.

Putin menginginkan Ukraina tetap menjadi negara yang netral tidak bergabung dengan kubu barat.

Keberadaan tentara NATO di sekitar Ukraina dianggap oleh Putin sebagai ancaman terhadap Rusia.

Secara garis besar ada tiga hal yang diinginkan oleh Putin dalam agresinya ke Ukraina.

Pertama adalah ingin agar NATO tidak melakukan ekspansi lebih jauh.

Seperti yang diketahui Ukraina adalah negara yang berbatasan langsung dengan Rusia.

Deputi Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov menyatakan bahwa Ukraina mutlak tidak boleh menjadi bagian dari NATO.

"Bagi kami, adalah mutlak untuk memastikan Ukraina tidak akan menjadi bagian dari NATO," ujarnya.

Kemudian pada tahun 1994 dulu, Rusia telah menandatangani perjanjian untuk menghormati kedaulatan Ukraina sebagai negara merdeka.

Namun belum lama ini, Putin menjelaskan bahwa Rusia dan Ukraina adalah satu kesatuan.

Ia mengklaim bagaimana Ukraina saat ini adalah hasil pecahan dari Uni Soviet.

Putin juga khawatir apabila Ukraina bergabung dengan NATO, akan ada kemungkinan para anggota NATO bersama Ukraina mencoba kembali merebut Crimea dari Rusia.

Sebagai informasi, NATO dibentuk untuk melindungi anggotanya melalui cara politik dan militer.

Total ada 30 negara yang tergabung di NATO yakni 12 negara pendiri yang terdiri dari Belgia, Kanada, Denmark, Prancis, Islandia, Italia, Luksemburg, Belanda, Norwegia, Portugal, Inggris, dan Amerika Serikat.

Kemudian 18 negara lain non pendiri adalah Yunani, Turki, Jerman, Spanyol, Republik Ceko, Hungaria, Polandia, Bulgaria, Estonia, Slovenia, Latvia, Lituania, Rumania, Slovakia, Albania, Kroasia, Montenegro, dan Makedonia Utara.

Pesan Prabowo Jadi Kenyataan

Terjadinya konflik Rusia dan Ukraina ini mengingatkan kembali akan pesan dari Menteri Pertahanan Prabowo Subianto saat melakukan rapat perdana dengan Komisi I DPR RI pada akhir tahun 2019 silam.

Dalam rapat tersebut, Prabowo berpesan betapa pentingnya negara memiliki sistem pertahanan yang baik.

Prabowo juga mengutip sebuah pepatah kuno terkait peperangan yang menyatakan seseorang harus siap berperang jika mendambakan perdamaian.

Baca juga: Takut Lawan Rusia? Ini Alasan AS Tegaskan Ogah Pakai Militer Hadapi Putin

Berikut penggalan pesan yang disampaikan Prabowo pada saat itu.

"Pelajaran ribuan tahun dari seorang ahli sejarah Vegetius Renatus dari Romawi mengatakan Si Vis Pacem Para Bellum," ujar Prabowo.

Diketahui pepatah itu memiliki arti "Jika kau menghendaki perdamaian bersiaplah untuk perang."

Prabowo kemudian melanjutkan pemaparannya tentang pentingnya memiliki sistem pertahanan yang baik.

"Hendaknya kita mengajak seluruh komponen yang terlibat untuk mari kita mulai meneruskan membangun sistem pertahanan yang baik dengan efisiensi anggaran dan efisiensi kerja," ujar dia.

"Salah satu pandangan kita adalah bahwa kalau tidak ada perdamaian, tidak mungkin ada stabilitas."

"Kalau tidak ada stabilitas, tidak mungkin ada pertumbuhan dan pembangunan ekonomi."

"Dan kalau tidak ada pembangunan ekonomi, tidak mungkin ada kemakmuran," pungkas Prabowo.

Juru bicara Prabowo, Dahnil Anzar pada unggahannya Kamis (24/2/2022) kemudian mengungkit bagaimana konflik Rusia dan Ukraina saat ini membuktikan kebenaran dari pesan Menhan Prabowo.

Dahnil lalu menyindir bagaimana kala itu ada sejumlah pengamat dan politisi yang meyakini bahwa perang yang terjadi di era sekarang ini hanyalah perang siber, bukan perang fisik.

Berikut caption lengkap yang ditulis oleh Dahnil:

"Si Vis Pacem Para Bellum.

Beberapa pengamat dan politisi ngotot bahwa tidak akan ada perang fisik di dunia saat ini dan di masa yang akan datang, jadi penguatan alutsista tak urgen, karena yang ada adalah perang siber bla...bla. Seolah mereka tak pernah belajar tentang teori realisme ketika membahas hubungan luar negeri, hari ini kita dikejutkan dengan perang antara Rusia vs Ukraina. Fakta bahwa perang konvensional kapan dan dimana pun bisa terjadi. Namun, Perdamaian adalah jalan terbaik, karena sejatinya tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan." (TribunWow.com/Anung)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Suara Sirene Peringatan Serangan Udara Meraung di Jantung Ibu Kota Kiev Ukraina

Sumber: TribunWow.com
Tags:
BBCKonflik Rusia Vs UkrainaRusiaUkrainaVladimir PutinVolodymyr ZelenskyJurnalis
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved