Terkini Daerah
Fakta Konflik di Desa Wadas, Alasan Warga Menolak Tambang hingga Respons Pemerintah
Kini, satu desa bernama Desa Wadas di Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, sedang menjadi sorotan.
Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Satu desa bernama Desa Wadas di Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, sedang menjadi sorotan.
Warga desa hingga DPR bahkan kementerian buka suara terkait konflik di Desa Wadas itu.
Dilansir dari Tribunnews.com, konflik di sana dimulai ketika pemerintah berencana mengambil batu andesit yang ada di Desa Wadas untuk digunakan sebagai material pembangunan Waduk Bener.
Baca juga: Takut Pemerintah Ingkar Janji, Warga Wadas Curhat Ceritakan Hal Ini kepada Ganjar Pranowo
Baca juga: Temui Warga Desa Wadas, Ganjar Titip Pesan ke Ibu-ibu soal Uang Ganti Rugi hingga Jaga Kerukunan
Setidaknya, ada 124 hektar lahan di sana yang rencananya akan menjadi tambang batu andesit.
Waduk Bener atau Bendungan Bener sendiri merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang berada di Kecamatan Bener, Purworejo.
Konstruksi bangunan ini sendiri sudah dimulai pada 2018 dan rencananya bakal selesai pada 2023.
Sumber air Bendungan Bener berasal dari Sungai Bogowonto yang merupakan salah satu sungai terbesar di Jawa Tengah.
Baca juga: LBH Yogyakarta Sebut 64 Warga Wadas Termasuk Anak-anak Ditangkap, Mabes Polri: Sudah Dipulangkan
Pembiayaan proyek ini sendiri mencapai lebih dari Rp 2,06 triliun yang diambil dari dana APBN.
Waduk ini, juga rencananya akan memiliki kapasitas sebesar 100.94 meter kubik dan untuk mengairi lahan seluas 15069 hektare, mengurangi debit banjir sebesar 210 meter kubik/detik, menyediakan pasokan air baku sebesar 1,60 meter kubik/detik, dan menghasilkan listrik sebesar 6,00 MW.
Selain itu, bendungan ini juga akan memasok sebagian besar kebutuhan air di Yogyakarta International Airport (YIA) di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Berikut sejumlah fakta terkait penolakan warga terhadap penambangan batu andesit:
1. Alasan Warga Penolak Tambang
Sejak adanya rencana pembangunan waduk dan penambangan batu andesit, warga sendiri terpecah antara penolak dan pendukung.
Sejumlah warga yang menolak memiliki berbagai alasan termasuk masalah ekologi dan masalah ekonomi.
Lahan yang digunakan dianggap merupakan lahan warga yang sudah digunakan secara turun temurun dan dijaga kelestariannya.
Batu andesit yang akan diambil untuk Waduk bener juga berada di bukit yang ada di Desa Wadas.
Hal itu lah yang menjadi titik tolak warga dan awal mula perlawanan.
Warga sendiri menyebut bahwa bukit itu merupakan penyangga Bedah Menoreh dan sudah ada di Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Purworejo.
"Perbukitan Wadas itu penyangga Bedang Menoreh yang rawan bencana terutama tanah longsor. Jadi tidak bisa jadi penambangan. Akan tetapi, entah bagaimana RT/RW berubah kalau kawasan Wadas boleh ditambang," ujar Siswanto (30), melalui sambungan telepon Rabu (9/2/2022), dikutip dari Kompas.com.
"Warga sudah tahu turun-temurun dengan wilayahnya, bahkan tanpa proses AMDAL. Penambangan akan mengancam keselamatan warga Wadas dan sekitarnya. Perbukitan Wadas itu rawan bencana tanah longsor," urai Siswanto.

2. Konflik Muncuk ke Permukaan
Meski sudah cukup lama menolak tambang, namun Desa Wadas mulai menjadi sorotan ketika ada ratusan polisi mendatangi Desa Wadas untuk mendampingi Badan Pertanahan Nasional (BPN) pada Selasa (8/2/2022).
Videdo-video penampakan ratusan polisi datang ke Desa Wadas kemudian beredar luas di media sosial.
Di sosial media, tagar #WadasMelawan, #SaveWadas, #WadasTolakTambang kemudian viral dengan video-video yang menunjukkan lokasi di lapangan.
Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Pol M Iqbal Alqudusy, mengatakan, setidaknya ada 250 petugas gabungan TNI, Polri, dan Satpol PP yang diterjunkan ke dalam satu desa.
"Mendampingi sekitar 70 petugas BPN (Badan Pertanahan Nasional) dan Dinas Pertanian yang melaksanakan pengukuran dan penghitungan tanaman tumbuh," kata Iqbal Alqudusy.
Pihaknya, mengakui ada ketegangan antara pihak kepolisian dan warga yang menolak tambang.
Warga penolak tambang disebut melakukan provokasi kepada warga yang pro dan ditemukan ada senjata tajam.
"Adu mulut dan ancaman kepada warga yang pro. Aparat kemudian mengamankan warga yang membawa sanjata tajam dan parang ke Polsek Bener," kata dia.