Breaking News:

Terkini Nasional

Gus Yahya dan Aqil Siradj Resmi Jadi Caketum PBNU, Sosok Ini Unggul 100 Suara Lebih

Proses pengambilan suara untuk memilih Ketua Umum PBNU periode 2021-2026 telah dimulai

Penulis: anung aulia malik
Editor: Atri Wahyu Mukti
Tribunlampung.co.id / Deni Saputra
Proses pemilihan Ketua Umum PBNU periode 2021-2026 dalam Muktamar ke-34 NU masih berlangsung. 

Dalam pidato pembukaan Muktamar ke-34 NU, Rabu (22/12/2021) di Lampung Tengah, Said mengungkit soal sikap NU terhadap Hizbut Tahrir (HTI) dan Front Pembela Islam (FPI).

Dalam pidato Said yang diterima oleh TribunWow.com, awalnya Said menjelaskan bagaimana pengalaman dirinya belasan tahun hidup di Arab.

Baca juga: Habib Bahar Terus Tertawa Bahas Viral Video di Jacuzzi: Saya di Situ Pakai Sarung, Baju

Ia membandingkan perbedaan mencolok tentang ulama di negara-negara Arab dan di Indonesia.

Perbedaan yang dimaksud oleh Aqil adalah hanya di Indonesia ulama memiliki rasa nasionalisme yang tinggi.

Said menyebut, tidak adanya rasa nasionalisme itu turut menyumbang terjadinya konflik di negara-negara timur tengah.

"Di Timur Tengah, tak banyak kita jumpai ulama yang nasionalis, sebagaimana sangat jarang kita temukan kaum nasionalis yang
sekaligus ulama.

Sebagai akibatnya, nasionalisme dan agama seringkali bertentangan lalu lahirlah satu demi satu konflik-konflik sektarian. Apa yang kita saksikan di Palestina, Myanmar, Rohingya, Israel, Somalia, Suriah, Yaman, hingga Afghanistan adalah rangkaian  ketidaktuntasan menjawab tantangan zaman."

Said kemudian mengungkit upaya NU bersikap tawasuth atau moderat dan berusaha memoderasi kutub-kutub ekstrem di Indonesia, di antaranya HTI dan FPI.

"Nasionalisme dan Agama adalah dua kutub yang salingmenguatkan. Keduanya jangan dipertentangkan. Demikianlah
pusaka wasiat dari Hadratussyaikh Kyai Hasyim Asy’ari yang diamini dan disuarakan ribuan ulama Pesantren.

Dan dengan demikian kita mengerti bahwa ujian atas sikap tawasuth, ujian memoderasi polarisasi dua kutub ekstrim, memang sudah khas NU sejak awal mula pendiriannya.

Mereka yang tidak faham sikap tegas NU atas HTI maupun FPI barangkali memang belum mengerti betapa berat amanah memoderasi kutub-kutub ekstrim di negeri ini.

Bagi NU dan Pesantren, menjaga NKRI adalah amanah karena hanya dengan bersetia kepada konstitusi, tatanan bersama dapat terselenggara."

Said lalu menjelaskan bagaimana sulitnya bersikap tawasuth karena harus memiliki kecakapan antara pengetahuan dan kebijaksanaan.

"Tawasuth mempersyaratkan kecakapan pengetahuan dan kebijaksanaan. Dua hal ini lah yang diteladankan para Imam Mazhab dan Ulama-ulama kita. Sementara untuk menjadi ekstrimis, seseorang cukup bermodalkan semangat dan fanatisme buta." (TribunWow.com/Anung)

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunLampung.co.id dengan judul Muktamar NU 2021, Said Aqil dan Yahya Cholil Siap Lanjutkan Proses Pemilihan Lewat Voting

Berita lain terkait Said Aqil

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Gus YahyaSaid Aqil SiradjPengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)SosokmuktamarYahya Cholil Staquf
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved