Terkini Nasional
Pro Kontra Sri Mulyani Vs Bamsoet, MPR Keberatan hingga Dicap Tak Peduli Rakyat
Protes dari MPR kepada Sri Mulyani soal anggaran mendapat reaksi beragam dari sejumlah pihak.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Baru-baru ini heboh pernyataan dari Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Bambang Soesatyo yang mengkritik Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani terkait anggaran MPR RI.
Muncul juga protes dari MPR RI agar Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mencopot Sri Mulyani dari posisi Menkeu.
Protes dari Bamsoet sontak memicu pro dan kontra dari sejumlah pihak.
Baca juga: Disebut Bamsoet Tak Hargai MPR karena Berkali-kali Tak Hadiri Rapat, Sri Mulyani Jawab Ini di IG
1. Itu Urusan Presiden
Menanggapi permasalahan ini, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno menyatakan bahwa pencopotan menteri menjadi sepenuhnya wewenang presiden.
"Kalau itu kan urusannya presiden. Mengenai pengangkatan dan seterusnya, pergantian menteri," ujar Pratikno di kompleks istana kepresidenan, Rabu (1/12/2021).
Pratikno juga menampik isu reshuffle kabinet yang kabarnya akan terjadi pada 8 Desember 2021 mendatang pada Rabu Pon.
2. MPR Merasa Terbebani
Sementara itu Wakil Ketua MPR, Ahmad Muzani menyebut MPR saat ini merasa terbebani dengan kebijakan Sri Mulyani memangkas anggaran.
"Lembaga-lembaga yang penting mestinya mendapat perhatian sehingga jangan ada suasana kurang dipentingkan karena keuangannya berkurang, berkurang, berkurang," kata Muzani, Rabu (1/12/2021).
Ia menyebut, MPR memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga ideologi negara.
Muzani juga mengungkit tugas MPR untuk menjaga empat pilar negara yakni Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.
"Kadang-kadang ketika kita merasa aman, itu enggak dianggap sebagai kebutuhan, tetapi kalau tidak aman, ya bagaimana memahami Pancasila itu menjadi kbutuhan," ujar Muzani.
"Itu yang kemudian teman-teman MPR merasa jangan menganggap beban yang menjadi tanggung jawab MPR itu dianggap kecil sehingga biayanya dianggap kecil," sambungnya.
3. Kekanak-kanakkan