Virus Corona
Diklaim Cegah Keparahan Covid-19, Studi Jelaskan Manfaat Konsumsi Vitamin D saat Isolasi Mandiri
Vitamin D telah disebut bisa mengurangi risiko terpapar Covid-19 dan mengurangi risiko mengalami sakit parah akibat Covid-19.
Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Vitamin D diketahui menjadi benar-benar terkenal saat pandemi Covid-19.
Pasalnya, vitamin D telah disebut bisa mengurangi risiko terpapar Covid-19 dan mengurangi risiko mengalami sakit parah akibat Covid-19.
Hal itu didasari fakta apabila orang yang sakit parah atau meninggal karena Covid-19 merupakan orang yang kekurangan vitamin D.
Baca juga: Tak Hanya Berjemur, Penuhi Vitamin D saat Isolasi Mandiri Covid-19 dengan 6 Cara ini
Baca juga: Di AS, Anak Usia 5-11 Tahun akan Segera Dapat Vaksin Covid-19, Kemenkes Buka Suara untuk Indonesia
Dilansir dari Healthline, dijelaskan bahwa vitamin D secara umum memang bisa meningkatkan respons kekebalan tubuh.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa memiliki kadar vitamin D yang sehat dapat membantu menjaga sistem kekebalan Anda tetap sehat dan dapat melindungi terhadap penyakit pernapasan secara umum.
Kini, studi juga telah mengungkap adanya hubungan yang baik antara kadar vitamin D dengan risiko sakit parah dan kematian.
Vitamin D diperlukan untuk berfungsinya sistem kekebalan yang merupakan garis pertahanan pertama tubuh terhadap infeksi dan penyakit.
Vitamin ini memainkan peran penting dalam meningkatkan respons imun.
Ini memiliki sifat anti-inflamasi dan imunoregulasi, dan sangat penting untuk aktivasi pertahanan sistem kekebalan tubuh.
Vitamin D dikenal untuk meningkatkan fungsi sel kekebalan, termasuk sel T dan makrofag, yang melindungi tubuh Anda dari patogen.
Baca juga: Studi Ungkap Faktor-faktor yang Bikin Pasien Long Covid Alami Masalah Kesehatan Mental
Faktanya, vitamin ini sangat penting untuk fungsi kekebalan tubuh sehingga kadar vitamin D yang rendah telah dikaitkan dengan peningkatan kerentanan terhadap infeksi, penyakit, dan gangguan terkait kekebalan.
Misalnya, kadar vitamin D yang rendah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit pernapasan, termasuk TBC, asma, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), serta infeksi saluran pernapasan akibat virus dan bakteri.
Terlebih lagi, kekurangan vitamin D telah dikaitkan dengan penurunan fungsi paru-paru, yang dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi pernapasan.
Data rumah sakit dari 235 pasien dengan Covid-19 dianalisis.
Pasien yang lebih tua dari usia 40 tahun, mereka yang memiliki kadar vitamin D yang memadai 51,5 persen lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami hasil yang merugikan, termasuk menjadi tidak sadar, hipoksia, dan kematian.