Breaking News:

Virus Corona

Ingin Obat Covid-19 Molnupiravir Bisa Diproduksi di Indonesia, Luhut dan Menkes Agendakan ke AS

Di sana Budi Gunawan mengatakan akan berusaha untuk merayu Merck agar Molnupiravir bisa diproduksi di Indonesia. 

Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Atri Wahyu Mukti
Kompas.com/Nicholas Ryan Aditya
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Budi Gunadi menyebut dirinya dan Luhut akan terbang ke Amerika Serikat demi obat Covid-19. 

TRIBUNWOW.COM - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin rencananya akan terbang ke Amerika Serikat (AS) untuk melakukan pertemuan dengan pihak dari Perusahaan Farmasi Merck.

Pertemuan itu rencananya akan dilakukan pada Rabu (20/10/2021) besok untuk membahas terkait obat Covid-19 termasuk yang dikembangkan Merck, Molnipiravir.

Di sana Budi Gunawan mengatakan akan berusaha untuk merayu Merck agar Molnupiravir bisa diproduksi di Indonesia. 

Baca juga: Selain Molnupiravir, Pemerintah Jajaki 2 Jenis Obat Covid-19 untuk Digunakan di Indonesia

Baca juga: Diminati Banyak Negara, Kenali Obat Covid-19 Ronapreve yang Diklaim Cegah Kematian hingga 70 Persen

"Kita sudah ketemu dengan pihak-pihak yang ada di sini dan kita minta mereka untuk coba melakukan kerja sama dan mau untuk investasi dan produksi obat mereka di Indonesia," kata Budi Gunadi dalam konfrensi pers evaluasi PPKM secara virtual, dikutip dari Kompas.com Selasa (19/10/2021).

Molnupiravir memang telah menjadi populer sejak Merck merilis hasil awal uji klinis tahap akhir obat tersebut. 

Menurut hasil awal uji klinis tersebut obat itu disebut bisa mencegah keparahan dan kematian hingga 50 persen untuk pasien berisiko tinggi seperti lansia dan orang dengan komorbid. 

Namun, yang membuatnya dianggap menjanjikan dan bisa meruban pandemi adalah karena obat itu berbentuk pil dan akan dikonsumsi secara oral.

Ini bisa menjadi solusi untuk menjangkau daerah pedalaman dan orang-orang yang karena alasan tertentu tidak bisa mendapat vaksin Covid-19.

Selain menggencarkan vaksin dan menerapkan protokol kesehatan, obat-obatan ini juga diperlukan untuk memerangi Covid-19. 

Baca juga: Bukan Molnupiravir, Ini 2 Jenis Obat Terapi Covid-19 yang Diamankan Pemerintah Australia

Terlebih setelah pintu gerbang Indonesia dibuka bagi mancanegara. 

Dia menjelaskan ada 19 negara yang sudah mendapat izin kembali untuk masuk ke Indonesia.

Hal ini karena ke 19 negara itu berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memiliki jumlah kasus dan tingkat positivitas yang rendah.

"Terkait hal ini, Presiden Joko Widodo telah mengingatkan agar terus melakukan evaluasi mingguan untuk memitigasi dampak buruk yang mungkin ada," ucapnya.

Untuk itu, kesiapan alat kesehatan menjadi penting, hal itu juga untuk mengantisipasi gelombang ketiga Covid-19 yang diprediksikan bakal terjadi pada saat Natal dan Tahun Baru.

Selain Molnupiravir, ada dua obat lain juga sedang dijajaki pemerintah untuk bisa digunakan di Indonesia. 

Obat tersebut adalah AT-527 yang dikembangkan oleh Rosche dan Atea Pharmaceutical, serta proxalutamide yang diproduksi oleh Kintor Pharmaceutical.

"Sekarang kita sedang menjajaki beberapa obat-obatan antivirus baru yang promising atau memberikan harapan dan sekarang sedang ramai dibicarakan antara lain adalah Molnupiravir dari Merck," kata Budi dalam konferensi pers, Senin (18/10/2021), dikutip dari Tribunnews.com.

Kemudian obat-obat lain juga ikut dipelajari untuk menjadi alternatif pilihan.

Termasuk obat antivirus lain dengan merk AT-527 yang dikembangkan oleh Rosche dan atea pharmaceutical.

"Kita juga sedang mempelajari obat proxalutamide yang diproduksi oleh Kintor pharmaceutical. Jadi kita terus memonitor perkembangan obat-obatan untuk virus-virus Covid-19 ini," terang Budi.

Dia bahkan menawarkan untuk jenis obat-obatan Covid-19 itu melakukan uji klinis tahap akhir termasuk di Indonesia.

"Untuk obat-obatannya memang promising kami akan menawarkan agar uji klinis tahap 3 nya juga bisa dilakukan di Indonesia. Sehingga dengan demikian kita bisa lebih cepat mengetahui kecocokan dari obat-obatan Covid-19 baru ini agar bisa digunakan ke rakyat kita," jelas menkes.

 Pihaknya pun menegaskan akan terus memonitor perkembangan obat-obatan tersebut.

Diharapkan, selain terus memperluas cakupan vaksinasi dan memperkuat protokol kesehatan, mendatangkan obat-obatan juga dapat mempercepat transisi pandemi ke endemi.

"Harapannya agar bisa menangani pandemi ini dan kalau kita sudah melengkapi vaksin dengan obat-obatan diharapkan transisi dari pandemi menjadi endemi akan bisa lebih cepat kita lakukan," kata Budi.

Disambut Baik oleh Pakar

Kini, Molnupiravir sedang dalam proses pengajuan izin penggunaan darurat kepada Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) sebagai terapi Covid-19

Jika disetujui, ini akan menjadi obat pil pertama yang digunakan untuk terapi Covid-19.

Ketua Satgas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Tanggap Covid-19, Zubairi Djoerban menyebut menyambut baik hadirnya obat oral untuk Covid-19 ini. 

"Covid-19 ini memang ada bermacam-macam upaya obat itu ya, jadi ada yang khusus untuk tatalaksana virusnya ada juga untuk mengurangi komplikasinya, dalam hal obat yang baru ini langsung bertujuan terhadap virusnya, dan ini istimewanya dalam bentuk pil," katanya dalam wawancara di kanal Youtube Kompas TV pada, Senin (4/10/2021). 

Dia menyebut, sebelumnya Molnupiravir diketahui ditujukkan untuk virus RNA.

Namun sejumlah penelitian telah membuktikan bahwa Molnupiravir bermanfaat jika digunakan untuk virus lain termasuk Corona yang bisa menyebabkan Covid-19. 

"Dan juga beberapa penyakit lain yang termasuk dalam kelompok Virus Corona, namun, yang sekarang ini terbuktinya kuat banget untuk penyakit Covid ya," katanya. 

Menjelaskan terkait efek Molnupiravir, dia menjelaskan obat ini bisa berguna untuk menghambat replikasi virus ketika berada di dalam tubuh. 

Dijelaskan juga bahwa obat ini berbeda penggunaan dengan obat terapi Covid-19 lain seperti Remdesivir yang sudah digunakan dalam tatalaksana Covid-19 untuk gejala berat.

"Untuk replikasi itu, jadi dibikin eror, dibikin ada kesalahan sehingga virusnya mati atau tidak bisa untuk replikasi," katanya. 

"Sedangkan kalau yang lain itu untuk terhadap protein yang mengalami yang mengalami puncak, jadi beda target dan kelihatannya lebih baik apalagi ini melalui pil," jelasnya. 

Obat ini bisa digunakan untuk orang yang menjalani isolasi mandiri atau bergejala ringan.

Karena penggunaan Molnupiravir terhadap pasien yang dirumah sakit juga sudah dihentikan karena dianggap tidak efektif.

Namun, penggunaan obat ini juga masih butuh waktu untuk menyelesaikan uji klinisnya.

Keterangan Zubairi bisa disimak di:

(Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)

Baca Artikel Terkait Covid-19 Lainnya

Sebagian Artikel ini diolah dari Tribunnews yang berjudul Transisi ke Endemi, Indonesia Jajaki Tiga Produsen Obat Covid-19 dan Kompas.com yang berjudul Terbang ke AS, Luhut dan Menkes Rayu Merck Bikin Obat Covid-19 di Indonesia

Sumber: Kompas.com
Tags:
Covid-19Virus CoronaMolnupiravirWHOKesehatanLuhut PandjaitanBudi Gunadi Sadikin
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved