Terkini Internasional
Mata-mata Rusia Dituduh Curi Formula Vaksin Covid-19 Oxford-AstraZeneca untuk Kembangkan Sputnik V
Rusia dituduh menggunakan mata-mata yang ditempatkan di Inggris untuk mencuri formula vaksin Covid-19 Oxford-AstraZeneca guna kembangkan Sputnik V.
Penulis: Alma Dyani Putri
Editor: Elfan Fajar Nugroho
TRIBUNWOW.COM – Rusia telah dituduh menggunakan mata-mata yang ditempatkan di Inggris untuk mencuri formula vaksin Covid-19 Oxford-AstraZeneca.
Dilansir dari Daily Mail, sebuah laporan menyatakan pihak kemanan Inggris diduga memberi tahu para menteri, bahwa mereka memiliki bukti kuat terkait pencurian informasi penting oleh mata-mata Rusia, termasuk cetak biru vaksin Covid-19 Oxford-AstraZeneca.
Informasi tersebut kemudian digunakan Rusia untuk membuat vaksin mereka sendiri, Sputnik V.

Baca juga: Keracunan Massal, 29 Orang Tewas seusai Konsumsi Minuman Keras Palsu Mengandung Metanol di Rusia
Baca juga: Kontak Erat Positif Covid-19, Presiden Rusia Vladimir Putin Jalani Isolasi Mandiri
Meskipun begitu, belum jelas apakah dokumen tersebut didapatkan Rusia dari laboratorium atau perusahaan farmasi di Inggris.
Intelijen Inggris mengatakan bahwa agen mata-mata Rusia telah meluncurkan berulang kali upaya untuk melakukan serangan dunia maya kepada Universitas Oxford sejak Maret 2020.
Itu terjadi sebulan setelah ilmuwan Inggris mengumumkan bahwa mereka telah mulai mengembangkan vaksin Covid-19.
Oxford-AstraZeneca pertama kali mengumumkan akan melakukan uji coba vaksin Covid-19 terhadap manusia pada April 2020.
Sebulan berikutnya, Rusia mengumumkan telah menemukan vaksin buatan negara mereka sendiri.
Presiden Vladimir Putin juga menyatakan hal serupa dalam pidatonya pada Agustus 2020, yang mengklaim bahwa Rusia telah berhasil memenangkan perlombaan global untuk memproduksi vaksin virus Covid-19 pertama di dunia.
Belakangan ini diketahui bahwa vaksin buatan Rusia, Sputnik V, menggunakan teknologi serupa dengan vaksin Oxford-AstraZeneca.
Keduanya sama-sama vaksin vektor virus yang menggunakan virus lain yang tidak aktif untuk merangsang respons kekebalan terhadap Covid-19
Menteri Keamanan Inggris, Damian Hinds, menolak untuk mengkonfirmasi laporan tersebut dan tidak secara langsung membantahnya.
“Adalah adil untuk berasumsi bahwa pasti ada negara asing yang terus-menerus ingin mendapatkan informasi sensitif, termasuk informasi komersial dan rahasia ilmiah serta kekayaan intelektual,” kata Damian Hinds.
Namun, Damian Hinds mengakui serangan dunia maya menjadi lebih canggih sekarang ini.
“Kita hidup di dunia, saya khawatir, di mana ada aktivitas negara yang berusaha terlibat dalam spionase industri dan spionase ekonomi, ada serangan dunia maya yang terjadi dan sebagainya,” katanya kepada LBC, dikutip dari The Independent, Senin (11/11/2021).
Baca juga: Uji Coba Obat Covid-19 kepada Pasien Isolasi Mandiri di 13 Negara, AstraZeneca Ungkap Hasilnya
Baca juga: Momen PM Inggris Ajak Presiden Brasil yang Anti-Vaksin Gunakan AstraZeneca