Terkini Internasional
Indonesia dan Malaysia Suarakan Kekecewaan, Tak Ada Perkembangan Perdamaian Junta Myanmar
Indonesia dan Malaysia ungkap rasa kecewa karena tak ada kemajuan perdamaian junta Myanmar, yang juga tak izinkan utusan khusus ASEAN bertemu Suu Kyi.
Penulis: Alma Dyani Putri
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM – Negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) menyuarakan kekecewaan mereka atas komitmen militer Myanmar terhadap rencana perdamaian yang sudah disepakati pada Senin (4/10/2021).
Ungkapan kekecewaan itu dinyatakan menjelang pertemuan puncak regional pada akhir bulan ini.
Dilansir dari The Straits Time, Indonesia dan Malaysia menjadi dua negara yang memberikan pendapatnya atas ketiadaan respon positif dari pihak militer Myanmar, terkait upaya perdamaian yang selama ini dilakukan oleh ASEAN.

Baca juga: Junta Myanmar Tahan 100 Kerabat Aktivis sebagai Sandera, Ada Anak-anak
Baca juga: Myanmar Didesak Beberapa Negara Hentikan Kekerasan, Mulai dari Indonesia hingga Inggris
Militer Myanmar telah dikecam oleh masyarakat internasional atas kudeta 1 Februari untuk menjatuhkan pemerintahan Aung San Suu Kyi saat itu.
Amerika Serikat, China dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), telah mendukung upaya diplomatik utusan ASEAN untuk melakukan dialog, dengan melibatkan junta dan lawannya guna mengakhiri krisis di Myanmar.
“Tidak ada kemajuan berarti di Myanmar. Militer belum memberikan respon positif terhadap apa yang telah diupayakan oleh utusan khusus tersebut,” kata Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, dalam konferensi pers seusai pertemuan dengan Menlu ASEAN pada Senin (4/10/2021).
"Sebagian besar anggota menyatakan kekecewaan," tambahnya.
"Beberapa negara menyatakan bahwa ASEAN tidak dapat bertindak seperti biasa, ketika melihat perkembangan ini."
Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Malaysia, Saifuddin Abdullah, menyebut bahwa dirinya kecewa karena otoritas Myanmar tidak bekerja sama dengan utusan khusus ASEAN, melalui akun Twitternya.
Saifuddin Abdullah juga menyatakan, jika tidak ada kemajuan dalam upaya perdamaian dengan junta Myanmar, akan sulit untuk meminta ketua Dewan Administrasi Negara (SAC) di KTT ASEAN.
Kegagalan Myanmar untuk bekerja sama dengan utusan khusus ASEAN akan mempersulit pemimpin junta di negara itu menghadiri pertemuan puncak ASEAN.
Menteri Luar Negeri Singapura, Vivian Balakrishnan, mengatakan utusan khusus tersebut telah memberi tahu ASEAN tentang tantangan yang dihadapinya di Myanmar.
Dia mengatakan para menteri sudah mendesak SAC, sebutan bagi junta, untuk bekerja sama.
Belum jelas apakah proposal telah dibuat untuk mengecualikan pemimpin junta Myanmar, Min Aung Hlaing, dari KTT akhir bulan ini, tepatnya pada 26 hingga 28 Oktober mendatang.
Sebelumnya, junta Myanmar menyatakan tidak mungkin mengizinkan pertemuan utusan khusus ASEAN, Erywan Yusof, dengan Penasihat Negara yang dikudeta, Aung San Suu Kyi, sebagai upaya dialog menuju perdamaian, dikutip dari AFP pada Sabtu (1/10/2021).