Konflik di Afghanistan
Taliban Kecam Anggotanya yang Suka Pamerkan Selfie di Media Sosial dan Berwisata, Ini Alasannya
Aktivitas anggota Taliban yang suka berwisata dan mengambil foto selfie dikecam oleh pejabat senior kelompok itu, dianggap merusak status
Penulis: Alma Dyani Putri
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Menteri Pertahanan pemerintah Afghanistan bentukan Taliban, mengecam para anggotanya karena pergi berkumpul dalam kelompok besar dan melakukan perjalanan ke tempat wisata.
Dilansir dari The Wall Street Journal, Menteri Pertahanan Mawlawi Mohammad Yaqoob juga memberikan instruksi untuk berhenti mengambil banyak foto selfie.
Anggota Taliban telah bersenang-senang di Kabul setelah merebut ibu kota Afghanistan itu sejak 15 Agustus lalu.

Baca juga: Ingin Peringatkan Warga, Taliban Gantung Jasad Terduga Penculik di Pusat Kota Herat Afghanistan
Baca juga: Tukang Cukur di Afghanistan Khawatirkan Dampak Aturan Potongan Rambut Pria oleh Taliban
Banyak di antara mereka belum pernah ke kota besar sebelumnya sehingga saat tidak bertugas, mereka memilih untuk berpiknik dan mengunjungi taman hiburan.
Beberapa foto sempat beredar di media sosial, memperlihatkan anggota Taliban mengendarai perahu angsa di sebuah danau.
Atraksi perkotaan terpopuler untuk bersantai bagi Taliban adalah Danau Qargha yang memiliki perahu pedal berbentuk angsa.
Kemudian kebun binatang Kabul dan lingkungan Wazir Akbar Khan di mana pengunjung bisa berjalan-jalan di bukit berumput yang menghadap ke kota.
“Saya biasa menyusup, untuk mengumpulkan intelijen atau menembak orang yang kami targetkan,” kata Shafiullah Masood, seorang anggota Taliban di pusat hiburan City Park bersama anggota lainnya.
“Saya senang orang-orang menikmati kehidupan yang damai di sini sekarang,” tambahnya.
Menteri Pertahanan Mawlawi Mohammad Yaqoob mengungkapkan tanggapannya dalam pesan suara yang dirilis pada Kamis (23/9/2021).
“Tetap pada tugas yang telah diberikan kepada Anda,” katanya.
Baca juga: Taliban Kembali Umumkan Pejabat Baru Afghanistan, Tetap Tak Ada Perempuan
“Anda merusak status kami, yang telah diciptakan dengan darah para martir kami,” tambahnya.
Mawlawi Yaqoob sangat kesal karena anggota Taliban mengeluarkan ponsel mereka untuk mengambil gambar dengan para pemimpin gerakan itu setiap kali bertemu.
Dia memperingatkan ketika foto-foto itu tersebar di media sosial, mereka bisa membahayakan keamanan karena dianggap memberikan informasi lokasi dan aktivitas anggota senior Taliban.
Mawlawi Yaqoob juga mengkritik tindakan beberapa anggota Taliban yang pergi ke kantor-kantor pemerintah di mana mereka tidak memiliki urusan dan hanya mengambil foto.
“Ini sangat tidak pantas karena semua orang membawa ponsel dan mengambil foto di kementerian yang penting dan sensitif tanpa alasan apa pun,” ungkapnya, dikutip dari Reuters.
“Bergaul dan mengambil foto serta video seperti itu tidak akan membantu Anda di dunia ini, dan juga di akhirat,” lanjutnya.
Mawlawi Yaqoob juga memerintahkan anggota Taliban untuk memperbaiki sikap dan penampilan mereka dengan menumbuhkan janggut, rambut dan berpakaian sesuai dengan aturan Islam.
Selama masa kekuasaan pertama Taliban dari tahun 1996 hingga 2001, kelompok itu melarang gaya rambut pendek dan memaksa pria menumbuhkan janggut.
Hal serupa juga terjadi setelah Taliban kembali menguasai Afghanistan saat ini.
Baca juga: Taliban Tutup Kementerian Urusan Wanita Afghanistan, Pilih Aktifkan Kembali Polisi Moralitas
Aturan itu menyebabkan beberapa tukang cukur di Afghanistan kesulitan karena warga di negara itu hanya memiliki sedikit uang dan terlalu takut dihukum karena memotong pendek rambutnya, dilansir dari France24 pada Rabu (22/9/2021).
Seorang tukang cukur di Afghanistan, Nader Shah, mengungkapkan perubahan kebiasan pria di negara itu dalam memotong rambut.
“Sebelumnya, orang-orang datang dan meminta gaya rambut yang berbeda, tapi sekarang tidak seperti itu lagi,” kata Shah di toko tukang cukurnya.
“Sekarang mereka patah hati,” tambahnya.
Saat Taliban digulingkan pada 2001 lalu, bercukur bersih sering dianggap sebagai tanda modernitas, termasuk di kota barat Herat yang relatif kosmopolitan.
“Sekarang orang datang ke sini dan mereka hanya meminta potongan sederhana,” ungkap Shah.
“Mereka juga tidak mencukur janggut mereka, jadi itu masalah sekarang,”
Nader Shah yang sudah menjalani pekerjaannya sebagai tukang cukur selama 15 tahun itu menyatakan adanya penurunan pendapatan hariannya dari Rp 213 ribu menjadi sekitar Rp 71 ribu hingga Rp 113 ribu saja. (TribunWow.com/Alma Dyani P)
Berita terkait Konflik di Afghanistan lain