Terkini Daerah
Kisah Warung Kerekan di Tepi Kali Mampang, Makanan Dikerek Pakai Ember, Pernah Dapat Uang Segepok
Kisah warung erekan di tepi Kali Mampang Mampang Prapatan, Jakarta Selatan jadi lahan penghidupan bagi warga tepi Kali Mampang.
Editor: Mohamad Yoenus
Di antaranya karyawan hotel, karyawan pemasaran, penjaga parkir dan petugas kebersihan.
Lauk untuk nasi rames yang dijual Mpok Neneng terbilang beranekaragam.
Menu ayamnya pun bisa digeprek, digoreng dan dipenyet.
Ada juga soto dan gado-gado.
Pesan MestiTeriak
Berbeda dengan warung nasi umumnya, memesan makanan di warung kerekan Mpok Neneng punya sensasi tersendiri.
Komunikasi penjual dan pembeli berlangsung dengan berteriak. Menurut Mpok Neneng, cara seperti itu malah bisa menghilangkan stres.
"Itu ciri khasnya, yang bikin orang seneng buat ngilangin stres," katanya enteng.
Pembayaran dilakukan dengan cara berteriak. Bila sudah terdengar berapa harganya, pembeli meletakkan uang di ember sebelum makanan jadi.
Nanti, uang kembalian dan makanan yang dimasukkan ke dalam ember akan diantarkan lagi kepada pembeli.
Biasanya pembeli yang berteriak tidak memiliki nomor whatsapp Mpok Neneng atau pembeli baru.
"Mereka teriak, ada apa aja bu? saya bilang apa aja ada. Sayurnya apaan? sayur asem. Tumisnya apaan? Tergantung dia mintanya apaan," tambahnya.
Namun, komunikasi dengan cara berteriak ini punya risiko bagi para penjual di warung kerekan. Bila salah dengar pesanan, bisa-bisa malah jadi buntung alias rugi.
Seperti penjual di warung kerekan, Ibu Khatirah (58). Tak jarang Ibu Khatirah keliru mendengar pesanan yang disampaikan pembeli dari seberang kali.
"Sering keliru, karena ibu sama bapak pendengarannya udah kurang. Itu di dekat kali ada air grojogan (air yang turun dari saluran air) suaranya kenceng kalau lagi ngalir," ceritanya.
Ketika pembeli berteriak, penjualnya pun terkadang iya-iya saja.
Ibu Khatirah akhirnya mengganti pesanan pembeli yang salah.
"Ya nanti diganti. Mau enggak mau rugi. Risiko orang dagang," tambahnya.
Raup Untung besar
Meski warungnya terlihat sederhana, para penjual bisa meraup untung gila-gilaan dari berjualan makanan.
Warung kerekan diminati bagi para karyawan lantaran harga makanan dan minuman yang murah, sesuai kocek mereka.
Mpok Neneng bercerita sebelum pandemi Covid-19, omzet per hari warungnya bisa meraup sekitar Rp 1,5 juta!
Sebab, Mpok Neneng dan penjual lainnya tak perlu bayar harga sewa tempat.
Itu tentu berbeda ketika ia membuka kantin di gedung tinggi yang harga sewa saja bisa mencapai Rp 3,3 juta sebulan.
Mereka tentu berharap pandemi Covid-19 lekas berlalu, agar roda perekonomian yang sempat seret bisa kembali berjalan mulus.
Bermodal tambang dan ember, untung besar pun dituai warga pinggiran ibu kota ini. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Cerita Pemilik Warung Erekan di Tepi Kali Mampang, Pernah Dapat Uang Segepok di Ember dari Pelanggan